MediaJatim.com, Jember – Perkembangan politik di Jember semakin dinamis. Figur yang ‘mempromosikan’ diri sebagai bakal calon bupati atau wakil bupati, semakin banyak. Ironisnya sebagian besar adalah tokoh NU. Akibatnya muncul kekhawatiran bahwa suara warga NU akan terpecah, sehingga sulit kader NU memenangkan pertarungan dalam Pilkada Jember 9 Desember 2020.
“Logikanya memang begitu. Jadi semakin banyak tokoh NU yang ‘maju’ , maka semakin kecil kemungkinan tokoh NU bisa memenangkan Pilkada. Kecuali yang maju semuanya adalah tokoh NU,” ujar Wakil Katib Syuriyah PCNU Jember, H Zainul Hasan di kediamannya, Rambipuji, Jember, Selasa (21/7/2020).
Menurut Gus Zen, sapaan akrabnya, untuk mengatasi itu, sebenarnya tak terlalu sulit. Sesungguhnya politik adalah seni berkompromi. Artinya bagaimana mencari titik temu di antara sekian tokoh NU itu hingga mencapai kesepakatan yang sama-sama menguntungkan.
“Ukurannya sama-sama menguntungkan itu apa? Ya kepentingan NU dan Jember harus dinomorsatukan, yaitu reformasi kepemimpinan lima tahun kedepan,” tambahnya.
Ia menambahkan, Pilkada adalah perhelatan politik. Pesertanya merupakan politisi meski latar belakangnya bisa berbeda-beda, misalnya pengusaha, dosen, atau memang murni politisi. Permaian politik itu tidak kaku, fleksibel, tergantung kepentingan. Sehingga muncul istilah “dalam politik tidak ada kawan dan lawan abadi, yang ada adalah kepentingan abadi”.
“Jadi tidak bisa misalnya, seorang politisi bermain kaku, harus begini dan harus begitu sesuai dengan keinginannya. Seorang politisi harus punya jiwa seni. Kesuksesan seorang politisi itu, atau katakanlah bakal calon bupati (Bacabup), adalah tergantung dia dalam membangun kompromi untuk mencapai tujuan yang positif,” urainya.
Reporter: Ardiansyah
Redaktur: A6