Ada Kutukan di Pilbup Sumenep (?)

Media Jatim

Catatan sederhana ini, tidak sepenuhnya rekayasa. Sebagian diantaranya berupa prediksi dan sebagian lainnya didasari sejarah pilbup yang telah terlewati.

Tahun 2015 silam, koalisi kecil PDI Perjuangan, PKB dan Nasdem, dikepung delapan partai lain yang mengusung pasangan Zaeva (Zainal Abidin-Dewi Khalifah). Diantaranya Demokrat, PAN, Gerindra, Golkar, PKS, Hanura, PBB dan PPP.

Saat itu, pasangan Busyro Karim-Achmad Fauzi yang didukung koalisi kecil, keluar sebagai pemenang. Sedangkan koalisi gemuk Zaeva dinyatakan kalah di Pilbup saat itu.

Pilbup tahun ini, koalisi gemuk kembali terjadi. Partai yang menyatakan dukungan pada pasangan Fattah Jasin-Ali Fikri, cukup banyak. Mulai dari PKB, PPP, Demokrat, Hanura, Nasdem dan Golkar, semua satu komando.

Sedangkan koalisi PDI Perjuangan dan PAN, tampak seperti koalisi kecil. Koalisi ini mengusung Achmad Fauzi dan seorang wakil yang pernah dua kali kalah di Pilbup Sumenep, Dewi Khalifah atau lebih akrab disapa Nyi Eva.

Kondisi politik ini menjadi semacam anomali. Sebab jika berdasarkan koalisi pada 2015 silam, semestinya PDI Perjuangan dan PAN, si koalisi kecil, mampu meraup kemenangan.

Baca Juga:  Warga NasDem Jember Bulat Dukung H Marsuki ‘Maju’ dalam Pilkada 2020

Akan tapi jika merujuk pada calon, sangat mungkin koalisi gemuk memenangkan pertarungan. Sebab para calon mereka belum punya pengalaman gagal di Pilbup seperti Nyi Eva.

Mungkin saja, koalisi bukanlah jaminan menang dan calon cabup-cawabup bukan satu-satunya penyebab kekalahan. Akan tapi siapapun yang menang atau kalah, kutukan di Pilbup bisa jadi memang benar adanya.

Misalnya, jika koalisi gemuk berhasil menang, bisa saja kutukannya ada pada calon yang diam-diam selalu membawa sial.

Jika koalisi kecil menang, berarti koalisi gemuk harus dihindari oleh semua partai di Pilbup mendatang. Sebab koalisi macam itu selalu dekat dengan kekalahan.

Secara partai, dugaan kutukan ini tak kalah menarik. Dua kali terakhir Pilbup, calon yang dijagokan Demokrat selalu tumbang. Tapi dua kali calon yang diusung PKB, tidak pernah kalah.

Kini keduanya dalam satu koalisi. Kutukan partai mana yang akan terulang lagi? Demokrat bisa saja kalah berturut-turut hingga tiga kali. Atau PKB mencatatkan kemenangan hattrick di Pilbup kali ini.

Baca Juga:  Prihatin SK DPC PPP Banyuwangi Terancam Dibajak, Forum PAC PPP Se Banyuwangi Datangi DPP PPP

Di koalisi kecil, calon wakil bupati Dewi Khalifah seperti membawa kecemasan. Sebab dirinya sudah dua kali gagal di pilbup.

Apakah benar, dia adalah calon si pembawa sial? ataukah kesialan selalu menghalangi kemenangannya di Pilbup Sumenep pada dua periode sebelumnya? Tahun ini kutukan itu akan terbukti, benar atau tidak.

Jika ditelaah lebih sabar dan teliti lagi, mungkin masih banyak potensi kutukan yang bisa diungkap. Termasuk, apakah benar setiap calon yang “turun” dari Jawa Timur akan selalu dirundung kesialan? Seperti Zainal Abidin.

Ataukah setiap koalisi yang didalamnya ada PPP, selalu sulit meraih kemenangan? Tunggu saja hasil akhirnya pada Rabu sore, 09 Desember 2020 mendatang. Semua kutukan akan terjawab.

Terakhir, kata seorang kawan, seluruh kutukan dalam politik memang penuh anomali. Sebagian diantaranya ditentukan oleh kuatnya perj(uang)an dan bukan sekedar janji. Salam.

Minggu, 26 Juli 2020

*Nur Khalis, seorang jurnalis di Kabupaten Sumenep, Madura, Jawa Timur.