MEDIAJATIM.COM | Pamekasan – Ketua Gerakan Pemuda Ansor Kabupaten Pamekasan, Syafiuddin, menggerakkan para pengurus berziarah ke Asta Asy-Syahidul Kabir Kiai Djufri Marzuki, Blumbungan, Larangan, Pamekasan, Rabu (30/9/2020).
Wakil Ketua DPRD Pamekasan tersebut bertekad melawan lupa atas kekejaman PKI terhadap para kiai NU. Ya, Kiai Djufri merupakan salah satu Kiai NU Madura yang syahid atas kekejaman PKI.
“Kiai kami dibunuh oleh PKI. Sangat menyakitkan bila ada isu NU berafiliasi dengan PKI. Itu fitnah, karena nyatanya Kiai NU dibunuh hingga tetes darah penghabisan oleh PKI,” tegas Syafiuddin saat memberi sambutan usai istighatsah di asta Kiai Djufri.
Dari informasi yang disampaikan para sesepuh NU dan sesepuh Madura, tambah Syafiuddin, tatkala PKI bergerak massif menyisir pedesaan guna membunuh para kiai, rakyat Madura nyaris tiap malam bangun.
“Saat PKI beraksi hendak membunuh para Kiai NU, masyarakat Madura nyaris tiap malam bangun. Mereka sulit tidur; berusaha kuat membentengi para kiai dari keganasan PKI,” ungkap Syafiuddin.
Alumnus Universitas Islam Madura itu menyesalkan film dokumenter G30S PKI yang tidak utuh menghadirkan sejarah; tidak menyampaikan secara nyata para Kiai NU yang dibunuh oleh PKI.
“Termasuk aksi heroik Banser GP Ansor yang turut menghalau gerilya PKI, sama sekali tidak digambarkan dalam film tersebut. Itu yang melahirkan kontroversi. Tapi kami menyerahkan kembali ke masyarakat, apakah mau percaya dengan cerita di film atau tidak. Itu terkait dengan ilmu sejarah,” paparnya.
Pihaknya punya keyakinan PKI tak mungkin bisa lahir lagi di negeri ini. Jejak sejarah kelam yang ditorehkannya tidak akan pernah dilupakan oleh generasi bangsa ini.
“PKI itu kena kuwalat karena sudah membunuh para Kiai NU. Dari yang semula mereka jadi pembunuh, akhirnya terbunuh hingga ajarannya terberangus,” tegasnya.
Syafiuddin berdoa dan berharap spirit perjuangan Kiai Djufri menjadi kristal bagi kemajuan NU, khususnya di Kabupaten Pamekasan. Di bawah kepemimpinannya, GP Ansor Pamekasan bertekad untuk memupuk sekaligus merawat ideologi Aswaja An-Nahdliyah dalam implementasi gerakan bernafaskan pengabdian pada bangsa, agama, dan negara.
“Kiai Djufri dikenal sangat kuat cintanya pada NU. Bahkan, genting-genting kediaman beliau ditulisi NU. Kecintaannya pada NU, hingga kini mendarah daging di tubuh keluarga beserta para santrinya,” tukas Syafiuddin.
Sementara itu, Ra Abror selaku keturunan almarhum Kiai Djufri menegaskan, pihaknya berharap GP Ansor dan warga nahdliyin secara umum tidak sekadar mengenang kewafatan Kiai Djufri di tangan PKI. Kiai Djufri dibunuh usai pidato atau menyampaikan ceramah agama.
“Kalau hanya dikenang kewafatannya, nanti ujung-ujungnya hanya kasihan,” terang Ra Abror.
Untuk itu, Ra Abror menekankan agar kecintaan dan perjuangan Kiai Djufri di NU mesti juga dipelajari dan jadi cerminan dalam mengabdi di NU.
“Luar biasa perjuangan beliau dalam menggerakkan NU di masanya. Bahkan, dari saking cintanya, genting-genting kediaman beliau ditulisi Nahdlatul Ulama,” tegasnya.
Dalam kesempatan itu, Ra Abror berpesan agar para pengurus dan kader GP Ansor tidak sekadar bangga ber-Ansor.
“Para pengurus dan kader GP Ansor harus gelisah ketika tetangganya dan para pemuda lainnya tidak gabung GP Ansor. Harus ber-Ansor sembari mengajak para pemuda turut ber-Ansor,” pungkasnya.
Reporter: A6
Redaktur: Zul
Luar biasa, saya ingat. Dulu ada kaleng2 cat kayu itu di luarnya berlambang PKI. Apakah sekarang masih ada gambar tersebut..? Entah..? Semoga menjadi lebih tertekan terhadap saya khususnya umumnya terhadap kaula muda menginspirasi perjuangan bliau. Dan mendapatkan barokahnya bliau