MEDIAJATIM.COM | Jember – Selah seorang pengasuh Pondok Pesantren Al-Qodiri, Gebang, Kecamatan Patrang, Kabupaten Jember, Lora Achmad Fadil Muzakki mengaku heran dengan tagline yang diusung pasangan calon (Paslon) Faida-Vian, yaitu pemimpin perubahan. Sebab jargon tersebut bisa dimaknai bahwa selama ini Jember belum ada perubahan apapun.
“Baru bangun setelah mau Pilkada, begitu kira-kira,” ujarnya saat menjadi narasumber dalam rapat konsolidasi di rumah Junaidi, Desa Sabrang, Kecamatan Ambulu, Kabupaten Jember, Kamis (26/11/2020).
Menurut Ra Fadil, sapaan akrabnya, seharusnya jargon itu milik kompetitor, bukan petahana karena memang Paslon yang benar-benar mengusung perubahan adalah kompetitor, tepatnya Paslon H Hendy-Gus Firjaun.
“Kedua tokoh itu mempunyai modal dan kapasitas untuk melakukan perubahan di Jember,” urainya.
Di tempat yang sama, pentolan IPNU Jember, Moch Eksan menyatakan bahwa posisi Jember dalam beberapa tahun terakhir cukup memprihatinkan. Di antaranya adalah Jember tidak punya APBD tahun ini. Akibatnya, pembangunan tidak jalan, dana ratusan miliar masuk ke SiLPA. Dan yang lebh mengerikan, masyarakat Jember kehilangan kesempatan untuk mengikuti tes CPNS.
Katanya, itu semua jelas tak lepas dari amburadulnya kemimpinan di Jember. Sebab, jika Jember dikelola dengan baik, maka masyarakat tidak perlu kehilangan kesempatan untuk mengikuti tes CPNS. Tidak perlu juga setiap tahun, dana ratusan miliar masuk SiLPA.
“Coba dana ratusan miliar masuk SiLPA, itu kan mubadzir, tidak dipakai untuk tahun berjalan. Yang rugi juga masyarakat,” pungakksnya.
Ia menegaskan bahwa perubahan di Jember adalah suatu keniscayaan. Sebab selama ini perkekambangan di Jember jalan di tempat, tak ada perubahan yang berarti. Bahkan yang ada adalah perseteruan yang tak pernah habis antara bupati dan DPRD Jember.
“Logika saja, bagaimana mau membangun jika Jember tidak kondusif, isinya ribut dan ribut dengan DPRD,” urainya.
Reporter: Aryudi A Razaq
Redaktur: Sulaiman