Naufan, Desainer Grafis Asal Madura yang Go Internasional

Media Jatim

MEDIAJATIM.COM | Pamekasan – Akrab disapa Naufan dari nama lahir Naufan Noordyanto. Desainer grafis asal Pamekasan ini merupakan akademisi yang menaruh perhatian pada studi interdisiplin desain grafis dan tipografi yang cenderung didekati dengan perspektif sosial-budaya.

5 April 1990 menjadi kalender kelahiran pria berkacamata ini. Dia ditakdirkan menghirup oksigen pertamanya di Kota Pendidikan, sebutan lain dari Kabupaten Pamekasan, Madura.

Dalam catatan blog pribadinya, tertulis bahwa dia tertarik dengan kritik desain dan eksperimentasi desain grafis. Sedang karir akademiknya tercatat di papan akademika sebagai pengajar di Departemen Desain Komunikasi Visual (DKV), Fakultas Desain Kreatif dan Bisnis Digital (F-DKBD), Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), Surabaya.

Di lembaran kerjanya, Naufan tertulis sebagai desainer grafis independen yang fokus pada desain grafis, seperti poster, visual branding, bidang tipografi, dan ilustrasi. Kerapkali terlibat dalam berbagai pameran seni dan desain sebagai upaya pengembangan diri, partisipasi global dan sosialisasi atau rekognisi internasional, serta bagian dari aktivitas penjenamaan diri atau personal branding.

Di kanvas keberhasilannya terlukis berbagai penghargaan: menjadi desainer terpilih maupun undangan di lebih dari 140+ event, festival, dan kompetisi seni atau desain internasional, serta tidak kurang dari 20 event, festival, dan kompetisi seni atau desain nasional.

Karya-karyanya pernah nongkrong di 40 negara, yaitu di Indonesia sendiri, Amerika Serikat, Belanda, Belgia, Ciprus, Ekuador, Estonia, Hungaria, India, Inggris Raya, Iran, Italia, Jamaika, Jepang, Jerman, Korea Selatan, Macedonia (Skopje), Meksiko, Mesir, Perancis, Peru, Polandia, Republik Ceko, Republik Rakyat Cina, Rusia, Serbia, Slovakia, Slovenia, Spanyol, Swiss, Taiwan, Thailand, Tunisia, Turki, Ukraina, Uni Emirat Arab, Uruguay, dan Yunani.

Naufan juga turut berkontribusi dalam pameran karya desain poster di galeri virtual seperti di laman ShowUsYourType.com dan Blankposter.com. Karya-karyanya pernah dievaluasi dan dipamerkan bersama dengan para tokoh-tokoh desain legendaris dan populer, seperti David Carson, Niklaus Troxler, Milton Glaser, Ivan Chermayeff, Armando Milani, Luba Lukova, Prof. Elizabeth Resnick, Reza Abedini, Mirko Ilic, dan Pelipe Apeloig.

Berkat keterlibatannya dalam ragam event, Naufan sering diundang menjadi pembicara, dosen tamu, atau juri di berbagai kegiatan seni dan desain dengan skala kabupaten, provinsi, nasional, hingga internasional. Seperti Virus is Over Taiwan Global Anti Virus Graphic Design Exhibition 2020 yang diinisiasi oleh Kaohsiung Creators Association, Taiwan; The First International Image Meeting 2020: Verne And The Right To Imagine yg diinisiasi oleh Red Internacional de Creadores Visuales (RINC), Meksiko; serta International Design Cup 2018, Kirgystan-Rusia.

Meskipun namanya tercatat di ragam event baik di dalam negeri dan luar negeri, tidak membuat Naufan terjebak dalam pengapnya pribahasa ‘kacang lupa pada kulitnya’. Naufan pun turut berkontribusi di daerah kelahirannya. Namanya tercatat di papan anggota komunitas seniman di Pamekasan. Dia juga aktif bekerja dalam proyek sosial dengan skala lokal untuk membantu seniman dan pelajar dan mahasiswa lokal untuk mengembangkan kemampuan dan pengetahuan seninya, serta dalam kepentingan lomba-lomba seni.

Baca Juga:  Sambut Idulfitri 1444 Hijriah, PLN UP3 Pamekasan Siapkan Posko Mudik dan Siaga Keandalan Listrik

Rekam pendidikan formalnya dia bidang seni tersimpan rapi dalam memori akademik Desain Komunikasi Visual (DKV) Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta. Di sanalah dia memulai album kesarjanaan hingga meraih gelar Sarjana Seni (S.Sn). Album kesarjanaannya full, Naufan pun membuat album baru, album pascasarjana di kampus yang sama. Pada jenjang itu, dia memilih minat utama Pengkajian Seni-DKV hingga memperoleh gelar Magister Seni (M.Sn).

Salah satu karya desain grafis Naufan. (Foto: Ist)

Sejak kapan Naufan memulainya hingga bisa go internasional?

Naufan bilang, kesukaannya pada bidang seni khususnya desain grafis bermula dari sejak dia duduk di bangku Sekolah Dasar. Saat itu, jelasnya, dia suka meniru ayahnya yang memiliki aktivitas menulis nama pada ijazah, spanduk, dan lettering papan.

“Awalnya saya suka menggambar dan mencorat-coret sejak kecil. Sejak SD mulai suka lettering atau menulis indah, belajar dan meniru aktivitas ayah yang sering menulis lettering nama untuk ijazah, membuat spanduk, lettering papan nama dan lainnya,” terang Naufan, Kamis (10/12/2020) lalu kepada Media Jatim.

Kegemarannya itu, tambahnya, berlanjut hingga SMP dan SMA. Setiap ada tugas menggambar, dia kerjakan penuh antusias. Dia mengaku, mulai mengenal desain grafis dan karya-karya penciptaan lewat komputer. Dari yang awalnya sekadar gemar saja akhirnya Naufan memutuskan untuk menempuh studi Desain Komunikasi Visual di ISI Jogja.

“Untuk bisa mencapai seribu langkah harus dimulai dari langkah satu” pepatah cina itu mungkin tepat untuk menggambarkan apa yang dilakukan oleh Naufan hingga bisa meraih banyak prestasi di bidang desain grafis. Kata Naufan, proses berkarya tidak serta merta instan. Mulai dari kudu membaca fenomena: sosial, budaya, politik, dan lainnya.

“Membaca literatur juga tidak boleh dilupakan. Dan yang tak boleh dilupakan adalah memperkaya referensi visual. Setelahnya masuk proses ideasi atau membaca masalah desain dan merumuskan gagasan. Lalu, sketsa manual dan akhirnya digitalisasi,” terangnya.

Kenapa harus desain grafis?

Naufan menuturkan, awalnya dia suka pada unsur-unsur grafis atau visual, seperti simbol dan ilustrasi. Selain menarik perhatian mata, imajinasi, dan persepsi, dua hal itu bila dilihat dengan kacamata kelimuan dan profesional, sangat potensial dan berpeluang kerja tinggi. “Bahwa kenyataan di dunia nyata, semuanya didesain, mulai dari daleman sampai luaran. Sementara di dunia, hal yang paling akrab di dunia adalah bahasa dan komunikasi. Matematika pun perlu dibahasakan lewat simbol-simbol angka, aturan-aturan di jalan dibahasakan dengan simbol grafis, dan masih banyak lagi. Desain grafis lah yang berperan,” jelas pria kelahiran Branta Pesisir, Tlanakan, Pamekasan tersebut.

Baca Juga:  Khotib di Pamekasan Diduga Fitnah Pendiri NU, Warga Geram dan Segel Masjid Usman bin Affan

Naufan menambahkan, lupa sejak kapan mulai terlibat di event-event internasional. Akan tetapi, katanya, yang di ingat pernah ikut event tingkat internasional tahun 2015.

Lembar catatan penghargaan di tingkat nasional tertulis sekitar 20 penghargaan yang didapat. Pada 2017 lalu, dia mendapat juara satu sayembara maskot pilkada 5 kali. Seperti di Kota Serang, Kabupaten : Belitung, Lumajang, Pamekasan, dan Sampang. Selebihnya juara tiga, seperti di Komisi Pemilihan Umum (KPU) Mamasa dan Sukoharjo.

“Per Desember 2020, terlibat di lebih 140 event internasional. Baik sebagai pemenang, undangan, dan desainer terpilih. Secara keseluruhan, keterlibatan saya di ragam kompetisi tidak selalu juara satu. Baik di tingkat nasional maupun internasional. Jadi beragam status kejuaraan. Pernah dapat juara 1, 2, 3, TOP 10, 25, 50, 100 winner, Special award, Honorable mention hingga karya terbaik pilihan juri,” beber Naufan.

Apakah skill desain grafisnya bisa menopang kehidupan dari finansial?

“Saya open order desain sejak 2010. Klien tak melulu karena pesan desain. Tapi kadang membtuhkan tenaga saya sebagai juri, pembicara, dosen tamu, dan lainnya. Sejauh ini, klien datang dari ragam instansi. Baik swasta maupun negeri, lembaga pemerintahan maupun perguruan tinggi,” jelasnya.

Apa pesan Naufan kepada pemuda Madura?

Label Madura yang kadang dilihat sebelah mata bahkan tidak dibaca sebagai penghasil desainer atau karya-karya desain dan seni rupa keren, tegas Naufan, mestinya bukan jadi penghalang untuk tampil maksimal. Menurutnya, hal itu justru bisa dijadikan sebagai pemicu untuk terus berlatih dan belajar, terutama memaksimalkan potensi desain, atau potensi-potensi lain yang dimiliki, khususnya bagi pemuda di Madura.

“Dan berprogreslah, kembangankan dan tingkatkan belajarnya. Jangan begitu-begitu saja belajarnya. Harus berkemajuan dan harus mau belajar disiplin rutin tiap hari. Saya aja belajar sekitar 8 jam tiap hari,” pesan Naufan.

Selain itu, ujar Naufan, seni dan desain grafis bisa menjadi solusi atau penyaluran semangat muda yang menggebu-gebu. Naufan menyarankan, daripada terjerumus pada hal-hal tak berguna yang menghancurkan masa depan, seperti menenggak minuman keras, narkoba, dan prilaku negatif lainnya, lebih baik mengasah potensi yang tentunya bermanfaat bagi dirinya dan orang lain. Termasuk menekuni desain grafis.

*) Tulisan ini merupakan perpaduan antara jejak digital Naufan dengan hasil wawancara Media Jatim pada Kamis (10/12/2012).

Reporter: Gafur

Redaktur: Zul