MEDIAJATIM.COM | Bondowoso – Kader muda NU asal Jember, Fandrik Ahmad, mengingatkan pentingnya membangun tradisi literasi di era digital. Hal tersebut disampaikan di depan para kader muda NU Bodowoso asuhan pengurus Lajnah Ta’lif wan Nasyr (LTN) NU Kabupaten Bondowoso di Graha NU Bondowoso, Sabtu kemarin (23/1/2021).
Pengurus Lesbumi Jember tersebut mengatakan bahwa gerakan kepentingan ideologi melalui media mudah sekali diterima oleh masyarakat melalui konten atau tulisan. Sasarannya adalah masyarakat milenial yang tidak memiliki pengangan teguh terhadap akidah-akidah tertentu.
“Penyebaran ideologi melalui literasi berkembang sangat cepat, selaras dengan perkembangan teknologi dan informasi. Masyarakat cenderung tanpa filter ketika membagikan kepada publik melalui medsos yang mereka punya,” ungkapnya.
Menurutnya, literasi juga berusan dengan syiar. NU juga masih lemah di sini. Syiar keaswawajaan masih sangat minim. Oleh karena itu, peran pemuda NU sangat dibutuhkan untuk mengimbangi derasnya arus informasi yang mengusung ideologi berbeda dengan ideologi ahlussunnah wal jamaah Hadratus Syekh Hasyim Asy’ary.
“Setiap penulis pasti memuat ideologi dalam setiap tulisan-tulisannya. Ideologi itu terbentuk atas keyakinan yang mereka pegang. Nah, kita (kader NU) memiliki keyakinan yang sama. Tidak mungkin kita melepas ‘baju’ dan mengangkat ideologi lain yang tak sepaham dengan kita,” ungkap penulis yang baru menerbitkan kumcer Lelaki Ketujuh itu.
Andiono Putra, ketua LTN NU Kabupaten Bondowoso, yang memfasilitasi kegiatan temu tenulis kader NU dan sharing kepenulisan itu berterima kasih dan mengapresiasi antusiasme para kader NU yang berkomitmen menggerakkan syiar keaswajaan melalui jalan literasi.
“Temu penulis ini memang tiada lain untuk memacu dan saling memberikan semangat kepada para kader NU. Apa pun itu, sebelum melakukan aksi nyata, semangat harus dijaga. Kita sudah memberikan wadah kepada mereka. Namanya wartanu.com,” ungkapnya.
Ya, wartanu.com merupakan rintisan pengurus LTN NU Kabupaten Bondowoso untuk mewadahi para kader NU yang menyukai dunia literasi. Mereka bebas mengirim tulisan baik itu berita, artikel, opini, esai, resensi, dan sastra.
“Tentu tulisan yang dimuat harus sesuai dengan nilai-nilai ke-NU-an,” tambahnya.
Reporter: Zul
Redaktur: A6