MEDIAJATIM.COM | Pamekasan – Kamis (11/2/2021) pagi, Komunitas Ruang Kita menggelar pelatihan menulis cerpen berbahasa Madura mengakat tema ‘Bercerita dengan Bahasa Ibu’ di Kafe Jagad, Pamekasan.
Komunitas berbasis literasi tersebut mengundang Zainal Abidin Hanafi, penulis kumpulan cerpen ‘Èsarèp Bèncong’ dan novela ‘Bâjing Tana yang ditulis dalam Bahasa Madura.
Zainal, begitu disapa, menyampaikan sekilas sejarah dan perubahan ejaan Bahasa Madura. Menurutnya. Bahasa Madura terus mengalami perubahan dari masa ke masa. Itu ditandai dengan adanya Kongres dan kesepakatan lainnya, dari pemangku kebijakan bahasa daerah. Bisa dilihat dari tahun ke tahun dimulainya Kongres dan sesudahnya.
“Jadi sebenarnya pedoman ejaan Bahasa Madura ini bisa mengacu pada dua referensi. Yakni perubahan pada 1973 dan 2011. Tetapi kalau saya menggunakan yang 2011. Akan tetapi sejarah juga mencatat bahwa, di Pamekasan pernah ada pertemuan yang membahas tentang Bahasa Madura, yakni tahun 1988,” terangnya.
Dia menambahkan, struktur menulis cerpen berbahasa Madura itu tidak jauh berbeda dengan struktur menulis cerpen berbahasa Indonesia. Secara umum, menulis cerpen berbahasa Madura ini tidak lepas dari unsur intrinsik dan ekstrinsik.
“Bagi saya, menulis cerpen dengan Bahasa Madura ini asyik. Selain ikut merawat bahasa kita sendiri selaku orang Madura, kita juga bisa memasukkan kata-kata maupun kalimat yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari,” ujarnya.
Zainal menyarankan, bagi pemula, menulis cerpen berbahasa Madura tidak perlu menulisnya secara langsung. Bisa menulis cerpennya dalam Bahasa Indonesia terlebih dahulu, lalu bisa diterjemahkan ke dalam Bahasa Madura.
“Hal yang tak boleh dilupakan adalah kaidah kepenulisan. Kita bisa belajar dari karya-karya berbahasa Madura. Minimal belajar kosa kata Bahasa Madura melalui kamus yang ada,”
Gafur Abdullah, perwakilan Ruang Kita mengatakan, banyak cara merawat Bahasa Madura. Salah satunya melalui cerita pendek. “Ruang Kita, yang notabene lahir di Madura, ingin menjadi salah satu elemen yang merawat Bahasa Madura,” katanya.
Dia bilang, kegiatan pelatihan cerpen tersebut tidak hanya berhenti di situ. Akan tetapi akan dilanjutkan melalui kegiatan selanjutnya. Salah satunya diskusi karya melalui platform digital.
Royyan Julian, salah satu partisipan dalam kegiatan tersebut mengusulkan, perlu wadah khusus untuk penulis Madura yang ingin konsisten menulis dalam bahasa Madura.
“Salah satu cara sebagai tindak lanjut dari kegiatan ini, kita perlu membuat wadah. Ya, misal Zainal dan teman-teman bisa membuat website khusus untuk membuat karya berbasa Madura. Sementara bisa memuat puisi dan cerpen,” ujarnya.
Reporter: Ist
Redaktur: Zul