MEDIAJATIM.COM | Pamekasan – Pernyataan Aliansi Presiden Mahasiswa (Presma) Pamekasan periode 2011-2012 memantik reaksi keras. Ketua Majelis Permusyawaratan Mahasiswa (MPM) Universitas Islam Madura (UIM) periode 2012-2013 Agus Budiyono menilai pernyataan itu tidak berdasar.
Pernyataan yang menilai karakter mahasiswa saat ini minim prestasi akademik dan lemah dalam mengawal kebijakan pemerintah itu, dianggap tanpa pembuktian yang jelas.
Menurut aktivis Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) itu, mahasiswa saat ini berbeda dengan mahasiswa jaman mereka. Pendekatan dan strateginya pun berbeda. Agus menilai, aliansi presma mengeluarkan pernyataan tanpa dilengkapi bukti autentik.
Dalam berita yang dimuat oleh salah satu surat kabar, mereka menyebut prestasi akademik mahasiswa saat ini merosot. Namun tidak dijelaskan, prestasi apa yang merosot. Sedangkan menurutnya, capaian prestasi mahasiswa saat ini justru lebih tinggi dibandingkan jaman mereka.
Capaian prestasi itu didukung oleh besarnya dana yang dialokasikan pemerintah. Terutama untuk peningkatan prestasi akademik mahasiswa. Bahkan, saat ini skema kompetisi nasional lebih bervariatif dibanding jaman para mantan presma itu jadi mahasiswa.
Salah satu contohnya, urai Agus, skema program kreatif mahasiswa di masa mereka hanya terdiri dari tujuh bidang, sementara saat ini sudah ada skema tambahan tentang gagasan futuristik konstruktif. Dengan begitu, pencapaian prestasi mahasiswa saat ini tentu lebih banyak.
“Sekarang ada program bina desa oleh ormawa kampus. Bahkan, beberapa ormawa kampus di Pamekasan mampu meraih hibah program ini,” tegas dosen Pendidikan Fisika UIM itu.
Tidak hanya itu, dengan kebijakan Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM), menurutnya telah memberikan peluang bagi mahasiswa untuk terlibat aktif dalam prestasi akademik di tingkat nasional. Bahkan beberapa mahasiswa di Pamekasan lolos dalam seleksi MBKM.
Agus juga membantah anggapan lemahnya pengawasan mahasiswa saat ini terhadap kebijakan pemerintah. Menurutnya, aksi demonstrasi tidak bisa dijadikan indikator pengawasan kebijakan pemerintah. Sebab pandemi Covid-19 membuat segala aktivitas menjadi terbatas.
Mengawal dan memberi solusi atas kebijakan pemerintah tanpa aksi demontrasi menurutnya jauh lebih bijak. Salah satu bukti nyatanya sebagaimana dilakukan oleh aktivis PMII Komisariat UIM Pamekasan baru-baru ini.
“Mereka berhasil mengadvokasi aspirasi masyarakat, mengalihkan jalur kendaraan berat dari Jalan Nyalabu-Teja. Karena itu membahayakan warga, santri dan mahasiswa,” pungkasnya.
Reporter: Zul
Redaktur: A6