MEDIAJATIM.COM | Banyuwangi – Upaya pelestarian budaya tradisional Nusantara terus dilakukan oleh Dompet Dhuafa. Melalui Program Serambi Budaya, Dompet Dhuafa mencoba untuk mengangkat dan melestarikan budaya-budaya daerah yang begitu beranekaragam. Usai meluncurkan Serambi Budaya di Sumatra Barat dan Maluku, kini Dompet Dhuafa meluncurkan Serambi Budaya di Banyuwangi, Jawa Timur, pada Sabtu (12/2/2022). Peluncuran Serambi Budaya kali ini dilaksanakan di Balai Desa Tamansuruh, Kecamatan Glagah, Kabupaten Banyuwangi.
Pilihan Desa Tamansuruh sebagai Serambi Budaya sangatlah tepat, mengingat desa yang terletak di kawasan kaki Gunung Ijen ini sangat kaya akan etnik budaya seperti Mocoan Lontar Yusuf, Burdah, Kuntulan, Pencak Sumping dan seni budaya lainnya. Di wilayah Kabupaten Banyuwangi sendiri banyak memiliki destinasi wisata budaya yang cukup banyak dengan berbagai macam potensi seni. Selain itu, Desa Tamansuruh telah beradaptasi dengan akulturasi perpaduan antara kalangan orangtua dan kaum milenial yang sadar untuk melestarikan juga memberikan pendidikan dan pengajaran tentang tradisi pendahulunya. Para masyarakat kelompok milenial Desa Tamansuruh pun sadar bahwa tradisi terdahulu harus tetap dijaga dan dilestarikan.
Dengan mengusung tema “Nggagas Budoyo Netepi Weluri”, peluncuran Serambi Budaya ini dihadiri oleh Ketua DPRD Banyuwangi I Made Cahyana Negara, Dinas Pariwisata Choliqul Ridho, Camat Glagah Nanik Machrufi, Kepala Desa Tamansuruh Teguh Eko Rahardi, Direktur Dakwah Budaya dan Pelayanan Masyarakat (DBPM) Ust. Ahmad Shonhaji, Pimpinan Cabang Dompet Dhuafa Jawa Timur Kholid Abdillah, Kepala Unit Dompet Dhuafa Banyuwangi Achmad Effendi, Super Volunteer Dompet Dhuafa Aliah Sayuti, juga para masyarakat Desa Tamansuruh.
Membahas tentang peran budaya bagi kehidupan manusia, Teguh Eko Rahardi selaku Kepala Desa Tamansuruh menyampaikan, budaya adalah perekat persatuan bangsa Indonesia. Menurutnya, yang menjadi perekat keharmonisan masyarakat Indonesia adalah karena agama, negara, dan budaya. Ia berharap, Serambi Budaya yang digagas oleh Dompet Dhuafa bersama masyarakat Desa Tamansuruh ini dapat menjadi stimulus serta motivasi bagi masyarakat Indonesia untuk mencintai budaya asli negeri.
“Budaya menjadi perekat persatuan bangsa dan Negara Indonesia ini. Agama, negara dan budaya adalah perekat keharmonisan masyarakat Indonesia. Terima kasih, mudah-mudahan dengan hadirnya Serambi Budaya bersama Dompet Dhuafa ini, ke depan masyarakat Banyuwangi khususnya dan masyarakat Indonesia umumnya semakin melek dan mencintai budaya negeri,” jelas Teguh.
Dalam acara peluncuran tersebut, Dompet Dhuafa menghadirkan penampilan-penampilan budaya asli masyarakat osing di Desa Tamansuruh. Di antaranya Burdah, Mocoan Lontar Yusuf, Pencak Sumping dan Kuntulan. Burdah atau masyarakat osing kerap menyebutnya Berdah adalah seni pertunjukan yang berisikan seni musik, dan seni tarik suara. Di dalamnya ada pembacaan Al-kawakib Ad Durriyah, syair yang berisi puji-pujian terhadap Nabi dan Kitab Al-Barzanji serta gendhing-gendhing Banyuwangian. Sedangkan Mocoan Lontar Yusuf adalah salah satu seni budaya pilihan para penyebar agama Islam di Banyuwangi hingga kini. Berikutnya, Pencak Sumping adalah atraksi seni bela diri khas masyarakat Osing yang dilakukan secara turun menurun. Kemudian Kuntulan merupakan kesenian hasil akulturasi budaya agama Islam dengan budaya asli Banyuwangi dengan menyanyikan Salawat Nabi berisi tentang puji-pujian kepada Nabi Muhammad SAW diiringi alat musik rebana dan tarian.
Direktur DBPM, Ust. Ahmad Shonhaji, dalam sambutannya menyampaikan, Budaya telah mampu menggagas prinsip-prinsip persatuan Indonesia. Ada 6 (enam) desa yang diangkat dan dipilih sebagai lokasi Serambi Budaya Dompet Dhuafa. Enam desa ini dipilih karena potensi budayanya yang unik dan mampu berkembang, namun juga berpotensi mati jika tidak lestari. Keenam desa ini tersebar di seluruh belahan-belahan Nusantara yaitu di Maluku, Sumatera Barat, Sulawesi Selatan, Kepulauan Riau, Kalimantan Tengah, dan Banyuwangi, Jawa Timur. Namun Dompet Dhuafa akan terus mengembangkan Serambi Budaya ini hingga kelak setiap budaya yang ada di Nusantara ini menjadi kebanggaan seluruh masyarakat Indonesia.
“Ini lah sinergi Bhineka Tunggal Ika. Beraneka budaya namun menjadi satu kesatuan Republik Indonesia. Budaya telah mampu menggagas prinsip-prinsip persatuan dan menjaga nilai-nilai perilaku kehidupan. Budaya bukan hanya tentang seni. Budaya adalah seluruh aspek perilaku kehidupan yang mencakup adat istiadat, sikap dan perilaku, serta tatanan sosial di masyarakat. Sehingga apa yang Dompet Dhuafa lakukan sebagai sebagai lembaga zakat infaq dan sedekah ingin berkontribusi menjaga nilai-nilai persatuan negeri ini melalui gerakan Serambi Budaya. Dengan jaringan Dompet Dhuafa yang tersebar di seluruh 34 provinsi negeri ini dan juga cabang-cabang yang ada di luar negeri, ini akan menjadi berita bahwa ini lah tradisi Nusantara kita. Saya bangga terhadap masyarakat Desa Tamansuruh ini karena para pelestari budayanya dari para sesepuh senior maupun milenial. Ini harus kita jaga supaya budaya asli kita tidak terkikis oleh budaya-budaya luar,” jelas Ustadz Sonhaji.
Menurut Kholikul Rido sebagai Sekretaris Dinas Pariwisata, menjelaskan bahwa Kabupaten Banyuwangi terus berusaha melestarikan segala budaya yang ada di Banyuwangi. Salah satunya tradisi Lontar Yusuf yang menjadi perhatian dalam Serambi Budaya Dompet Dhuafa ini, telah ditetapkan menjadi warisan budaya tak benda pada tahun 2020 lalu. Ini tentu menjadi suatu kebanggaan bagi masyarakat Banyuwangi dan Pemerintah Kabupaten Banyuwangi pun menyadari bahwa budaya dan tradisi masyarakat Banyuwangi menjadi pondasi bagi pembangunan yang ada di Banyuwangi.
“Kecamatan Glagah ini adalah kecamatan budaya. Tamansuruh salah satunya adalah desa budaya yang dimiliki oleh Banyuwangi. Mari lah kita bersama-sama menjaga tradisi dan budaya yang ada di di Kecamatan Glagah ini khususnya Desa Tamansuruh sebagai Serambi Budaya supaya tetap terjaga dan senantiasa lestari dan berkembang,” seru Rido kepada masyarakat yang hadir pada peluncuran Serambi Budaya saat itu.
Ketua DPRD Banyuwangi, I Made Cahyana Negara pun sangat mengapresiasi hadirnya Serambi Budaya di Kabupaten Banyuwangi. Menurutnya, Serambi Budaya ini menjadi bukti bahwa Dompet Dhuafa turut bergotong royong dengan seluruh masyarakat Banyuwangi khususnya Desa Tamansuruh, para tokoh agama maupun tokoh masyarakat juga dengan pemerintah kabupaten, kecamatan, hingga desa, untuk bersama-sama bagaimana bersinergi melestarikan budaya-budaya dan kearifan lokal. (*)