Oleh: Untung Wahyudi
Keberadaan Nadiem Anwar Makarim sebagai Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Mendikbudristek) selama ini membawa angin segar bagi dunia pendidikan. Tak sedikit terobosan atau program yang digulirkan demi kemajuan pendidikan Indonesia. Dua program unggulan yang sangat familier di tengah masyarakat dan pemangku pendidikan adalah Merdeka Belajar dan Kampus Merdeka. Meskipun banyak tantangan dan kritik dalam pelaksanaannya, dua program ini membawa dampak signifikan dalam memajukan pendidikan.
Bagaimana respons publik dengan berbagai program yang digulirkan Mendikbudristek Nadiem Makarim? Apakah program yang selama ini dijalankan membawa dampak positif, atau sebaliknya?
Sebagaimana diketahui, selama pandemi Covid-19 banyak program Kemendikbudristek yang cukup ramai dibahas seperti dihapusnya pelaksanaan Ujian Nasional dan Belajar dari Rumah (BDR) untuk menekan angka penyebaran Covid-19.
Untuk mengetahui bagaimana respons masyarakat terhadap kinerja Mendikbudristek, dibutuhkan survei dari lembaga yang hasilnya valid dan bisa dipertanggungjawabkan. Hasil survei yang dilakukan Indikator Politik Indonesia menunjukkan, selama ini 75% masyarakat puas dengan kinerja dan program yang dilaksanakan Kemendikbudristek.
Pelaksana Tugas (Plt.) Kepala Biro Kerja Sama dan Hubungan Masyarakat Kemendikbudristek, Anang Ristanto, mengungkapkan bahwa, hasil survei merupakan bentuk gotong royong dan partisipasi publik untuk bersama-sama memajukan pendidikan di Indonesia. Anang meyakini, walaupun tingkat kebermanfaatan sudah tinggi, namun masih ada kisaran 5-25 persen yang tingkat kebermanfaatannya masih kurang.
Anang mengungkapkan, inilah tantangan bagi Kemendikbudristek agar menjadi lebih baik lagi untuk meningkatkan pengetahuan dan meyakinkan masyarakat akan program Kemendikbudristek. Pihaknya akan berupaya untuk terus melakukan perbaikan, salah satunya dengan melakukan sosialisasi melalui berbagai media kepada pemangku kepentingan dan juga dengan pelibatan publik.
Tantangan dalam Memajukan Pendidikan
Berbagai program seperti Merdeka Belajar yang selama ini dijalankan pemerintah melalui Kemendikbursitek memang membutuhkan partisipasi aktif masyarakat. Dukungan sangat diperlukan agar program yang digulirkan bisa berjalan sesuai apa yang diharapkan. Banyaknya program baru seperti Merdeka Belajar dan Kampus Merdeka selama ini bukan tanpa tantangan. Untuk merealisasikan program ini, pemerintah harus mensosialisakannya dengan baik.
Dilansir dari okezone.com (19/6/2022), dalam webinar Rilis Survei Nasional Indikator Politik Indonesia “Arah Baru Pendidikan Indonesia: Sikap Publik terhadap Kebijakan Kemendikbudristek”, Rektor Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta, Prof. Dr. Jamal Wiwoho, S.H., M.Hum menjelaskan, banyak tantangan yang harus dihadapi karena program yang selama ini dijalankan sifatnya program baru. Untuk mengimplementasikannya butuh persiapan yang matang.
Tantangan yang dimaksud Jamal Wiwoho meliputi tantangan dalam pemerataan kualitas guru untuk mengurangi disparitas kualitas pendidikan masing-masing sekolah, penerapan pembelajaran dengan Higher Order Thinking Skills (HOTS), peningkatan kompetensi guru dalam pengembangan materi dan metode pembelajaran yang kreatif dan inovatif.
Inovasi Itu Perlu
Dunia pendidikan di Indonesia memang sedang mengalami masa transisi. Untuk mendapatkan hasil yang sesuai harapan, pihak Kemendikbudristek perlu melakukan inovasi sehingga program demi program yang digulirkan bisa berjalan sesuai rencana.
Pihak Kemendikbudristek perlu melakukan penyeimbangan antara fleksibilitas pembelajaran dengan penjaminan mutu pembelajaran, implementasi asesmen kompetensi minimum dan survei karakter yang berkualitas dan komprehensif, recovery atas potensi learning loss yang mungkin terjadi selama pembelajaran daring karena pandemi Covid-19, dan mendorong kemandirian belajar siswa.
Demikianlah. Kemajuan pendidikan di Indonesia tidak lepas dari partisipasi masyarakat dan dukungan penuh dari para pemangku kebijakan sehingga, program yang dilaksanakan bisa terlaksana dengan baik. Siswa yang selama ini terbelenggu dengan berbagai metode pembelajaran, termasuk daring selama masa pandemi, bisa kembali menemukan gaya belajar yang nyaman dan sesuai dengan karakter siswa. Siswa tidak hanya dijejali metode pembelajaran yang seabrek, tetapi juga mampu mengimplementasikannya dengan baik. Dengan begitu, tujuan pendidikan bisa tercapai dan berlangsung dengan semestinya. [*]