DPRD Bangkalan Sebut Absensi Finger Print Pegawai Bisa Diakali saat Ajukan TPP

Media Jatim
Finger print
(Helmi Yahya/Media Jatim) Seorang warga mencoba absensi finger print di Kantor Bupati Bangkalan, Senin (28/11/2022).

Bangkalan — Absensi pegawai melalui finger print dinilai tidak akurat lagi. DPRD Bangkalan menuding, absensi sidik jari ini bisa diakali bahkan dimanipulasi.

IMG-20250610-WA0026
IMG-20250610-WA0028
IMG-20250608-WA0056
IMG-20250610-WA0027
IMG-20250610-WA0029

Manipulasi dimaksud, pegawai bisa menggunakan sidik jari tukang kebun yang datang setiap pagi di daftar sistem absensi pegawai.

IMG-20250609-WA0045

Kemudian, pegawai bisa beralasan finger print rusak atau sidik jari tergores sehingga tidak bisa melakukan absensi jari dan akhirnya memakai absensi manual yang mudah direkayasa.

Anggota Komisi A DPRD Bangkalan Moh Khotib menyampaikan, absensi finger print ini sudah saatnya dialihkan ke absensi retina mata.

Baca Juga:  Anggota DPRD Bangkalan Sebut Kebijakan Rotasi 8 JPT Pratama Plt Bupati Melanggar Aturan

“Absen manual ini rawan dimanipulasi, dan ini bisa semata-mata agar serapan anggaran Tambahan Penghasilan Pegawai (TPP) tinggi,” sebutnya, Senin (28/11/2022).

Apalagi, kata Khotib, penegakan disiplin pegawai saat ini dikembalikan ke setiap pimpinan organisasi perangkat daerah (OPD), yang hal itu bisa menyebabkan tingkat akurasi disiplin pegawai akan semakin rendah.

“Kalau masih pakai finger, itu rawan juga dimanipulasi, jika ingin disiplin, bisa pakai retina mata,” tegasnya.

Sekretaris Badan Kepegawaian dan Sumber Daya Aparatur (BKPSDA) Bangkalan Ari Murfianto menerangkan, sampai saat ini pihaknya belum menerima laporan ada finger print yang rusak.

Baca Juga:  Puluhan Titik Jalan Rusak di Bangkalan Gagal Diperbaiki, Anggaran Dipangkas untuk Biaya Pilkada

Namun, jika nanti finger print ini rusak, maka akan ada surat edaran yang memperbolehkan pengajuan TPP ini menggunakan absensi manual.

“Sepertinya ada surat yang mengatur agar TPP bisa diajukan pakai kehadiran manual, namun selama ini belum ada laporan OPD yang rusak finger print-nya,” terangnya.

Di sisi lain, Arik juga mengakui, bahwa absensi menggunakaan finger print ini akurasinya rendah dibandingkan dengan absensi wajah atau retina mata.

“Kalau pakai retina, masak ada pegawai mau titip retina matanya untuk absen, kan, tidak mungkin. Tapi untuk belanja absensi retina ini dikembalikan ke kebijakan masing-masing OPD,” pungkasnya.(hel/ky)