Bangkalan — Absensi pegawai melalui finger print dinilai tidak akurat lagi. DPRD Bangkalan menuding, absensi sidik jari ini bisa diakali bahkan dimanipulasi.
Manipulasi dimaksud, pegawai bisa menggunakan sidik jari tukang kebun yang datang setiap pagi di daftar sistem absensi pegawai.
Kemudian, pegawai bisa beralasan finger print rusak atau sidik jari tergores sehingga tidak bisa melakukan absensi jari dan akhirnya memakai absensi manual yang mudah direkayasa.
Anggota Komisi A DPRD Bangkalan Moh Khotib menyampaikan, absensi finger print ini sudah saatnya dialihkan ke absensi retina mata.
“Absen manual ini rawan dimanipulasi, dan ini bisa semata-mata agar serapan anggaran Tambahan Penghasilan Pegawai (TPP) tinggi,” sebutnya, Senin (28/11/2022).
Apalagi, kata Khotib, penegakan disiplin pegawai saat ini dikembalikan ke setiap pimpinan organisasi perangkat daerah (OPD), yang hal itu bisa menyebabkan tingkat akurasi disiplin pegawai akan semakin rendah.
“Kalau masih pakai finger, itu rawan juga dimanipulasi, jika ingin disiplin, bisa pakai retina mata,” tegasnya.
Sekretaris Badan Kepegawaian dan Sumber Daya Aparatur (BKPSDA) Bangkalan Ari Murfianto menerangkan, sampai saat ini pihaknya belum menerima laporan ada finger print yang rusak.
Namun, jika nanti finger print ini rusak, maka akan ada surat edaran yang memperbolehkan pengajuan TPP ini menggunakan absensi manual.
“Sepertinya ada surat yang mengatur agar TPP bisa diajukan pakai kehadiran manual, namun selama ini belum ada laporan OPD yang rusak finger print-nya,” terangnya.
Di sisi lain, Arik juga mengakui, bahwa absensi menggunakaan finger print ini akurasinya rendah dibandingkan dengan absensi wajah atau retina mata.
“Kalau pakai retina, masak ada pegawai mau titip retina matanya untuk absen, kan, tidak mungkin. Tapi untuk belanja absensi retina ini dikembalikan ke kebijakan masing-masing OPD,” pungkasnya.(hel/ky)