Kuliah dengan Jerih Payah Sendiri, Anak Buruh Tani Asal Lamongan Ini Jadi Wisudawan Terbaik UTM

Media Jatim
Wisuda
(Dok. Khilyatul Wardah) Mahasiswa PG PAUD UTM Khilyatul Wardah saat foto bersama Ibundaya usai menjadi wisudawan terbaik dengan IPK 3,96 dan lulus tujuh semester meski sambil mengajar TK, Minggu (19/3/2023).

Bangkalan, mediajatim.com — Universitas Trunojoyo Madura (UTM), menggelar Rapat Senat Terbuka pada Wisuda ke-33 Semester Gasal Tahun Akademik 2022-2023. Proses wisuda kali ini berlangsung dua sesi.

Sesi pertama, UTM mewisuda 648 mahasiswa pada Sabtu (18/3/2023). Sedangkan sesi kedua, dilaksanakan pada Minggu (19/3/2023), dengan jumlah 496 wisudawan. Dari itulah, secara keseluruhan kali ini UTM sukses mewisuda 1.144 mahasiswa.

Salah satu mahasiswa terbaik yang lulus dengan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) 3,95 dengan durasi kuliah tiga setengah tahun adalah Khilyatul Wardah.

Perempuan asal  Dusun Dawar, Desa Kebonagung, Kecamatan Babat, Kabupaten Lamongan ini, menyelesaikan kuliah sarjananya dengan penuh perjuangan.

“Saya lahir dari keluarga yang sangat sederhana. Ayah saya juga sudah wafat saat saya masih bayi, jadi saya hanya dibesarkan oleh seorang Ibu,” ungkapnya saat bercerita pada mediajatim.com, Senin (20/3/2023).

Putri bungsu dari tiga bersaudara itu memang sudah bercita-cita kuliah sejak kecil. Tetapi karena terkendala biaya, berdasarkan cerita Khilya, niat tersebut nyaris akan diurungkan dulu.

Sebab, lanjut Khilya, sejak kepergian Sang Ayah, Sang Ibu, Tianah, hanya mengandalkan hasil jualan jajan ke sekolah dan menjadi buruh tani untuk mencukupi kebutuhan keluarga.

Baca Juga:  DPMD Bangkalan Targetkan Data Penerima BLT-DD Rampung Minggu Ini

“Sejak kecil, Ibu yang banting tulang untuk membiayai hidup kami sekeluarga, jadi merasa tak tega rasanya jika niat kuliah saya harus menambah bebannya,” ucapnya.

Mamun Tuhan maha pengasih. Setelah berusaha belajar dan mencari informasi beasiswa, Khilya mendapat kesempatan berharga untuk kuliah, karena mendapat program Beasiswa Bidikmisi.

“Alhamdulillah saya diberikan rezeki oleh Allah lewat beasiswa itu, amat sangat senang saat pengumuman itu saya baca,” tukasnya.

Saat berhasil meraih beasiswa, Khilya menuturkan, tak sedikit cibiran yang ia terima pada saat itu. “Kata mereka, anaknya orang tidak mampu kok kuliah,” tukasnya.

Sejak saat itulah, kata Khilya, ia bulatkan tekad dan meyakinkan Ibundanya. “Bahwa saya tidak akan membebani Ibu, dan janji tidak akan membuat Ibu sedih soal biaya,” tuturnya.

Sebelum berangkat ke UTM Bangkalan, tepatnya dua bulan sebelum masa orientasi, Khilya mengaku menghabiskan waktunya untuk bekerja di Resto Geprek Bensu di Lamongan.

“Uang gaji saya selama dua bulan itu saya gunakan untuk biaya hidup saya sebelum bidik misi dicairkan,” ujarnya.

Khilya memang dikenal perempuan tangguh dan pekerja keras. Betapa tidak, saat kuliah, perempuan asal Lamongan ini masih menyempatkan diri untuk sambil mengajar di Taman Kanak-kanak (TK) dan (Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPQ). Bahkan, saat malam, ia masih mengisi Bimbel (Bimbingan Belajar).

Baca Juga:  Ritual Keagamaan, Rutinitas Pramuka SMKN 3 Pamekasan Setiap Jelang Acara

“Lelah memang, tapi itu semua saya lakukan agar saya tetap bisa melanjutkan kuliah dan mewujudkan cita-cita tanpa membebani orang tua saya. Karena usia Ibu saya juga memang sudah renta,” terangnya.

Katanya, memang tidak mudah membagi waktu antara kuliah dan mengajar. Tetapi karena di semester-semester awal perkuliahan dulu dilakukan secara online, lanjut Khilya, maka pihaknya bisa mengatur waktu dengan baik.

Kemudian setalah pembelajaran kembali offline, perempuan usia 23 tahun itu sudah bimbingan skripsi.

“Saya bersyukur sekali, alhamdulillah bisa menepati janji pada Ibu saya, dan akhirnya bisa tuntas S1 tanpa membebani ibu,” ujarnya.

Sementara itu, Rektor UTM Safi mengatakan, bahwa jangan pernah takut kuliah karena persoalan biaya. Sebab, pemerintah pusat sudah menyediakan berbagai program beasiswa, seperti Bidikmisi dan KIP, bahkan di UTM pun juga sudah menyiapkan beasiswa prestasi.

“Program beasiswa di kampus negeri sudah banyak, kami bahkan meminta agar kuota beasiswa di UTM ditambah, sehingga masyarakat bisa kuliah, meski ekonominya tergolong kurang mampu,” tutupnya, Sabtu (18/3/2023).(hel/faj)