Bangkalan, mediajatim.com – Menjadi tukang ojek di lingkungan Universitas Trunojoyo Madura (UTM) menjadi peluang pekerjaan yang menggiurkan di kalangan mahasiswa.
Jadi tukang ojek mahasiswa tersebut ramai diminati karena belum ada akses ojek online yang berani masuk ke wilayah UTM Desa Telang, Kecamatan Kamal, Bangkalan.
Kesempatan tersebut akhirnya dimanfaatkan oleh para mahasiswa UTM untuk menambah penghasilan.
Salah seorang mahasiswa UTM yang menjadi tukang ojek adalah Imam Azhari. Mahasiswa Prodi Pendidikan IPA, Fakultas Ilmu Pendidikan UTM ini mengaku sudah aktif ngojek sejak tahun 2020, saat masih semester II.
“Penghasilannya lumayan untuk menyambung hidup dan cari makan tiap hari,” ungkapnya saat diwawancarai mediajatim.com, Jumat (9/6/2023).
Pria asal Banyuwangi itu bercerita, awal mula menjadi tukang ojek di lingkungan UTM lantara diajak oleh temannya.
Pada waktu itu, kata pria yang akrab disapa Kozar teresebut, temannya yang sudah lama jadi tukang ojek mendapat pesanan tiga orang. Sementara pengojek yang lain belum siap. Akhirnya Kozar yang kemudian diminta untuk mengantarkan.
“Saya tinggal di kontrakan, waktu itu hanya diminta mengantar mahasiswa ke Pelabuhan Kamal. Setelah kembali ke kontrakan, saya dibayar Rp10.000,” ucapnya.
Merasa tertarik dengan aktivitas ngojek tersebut, tanpa berpikir lama, Kozar langsung bergabung ke grup WhatsApp Ojek Mahasiswa UTM.
“Grupnya umum, ada yang pengojek, ada yang langganan, biasanya untuk antar jemput ke Pelabuhan Kamal,” ulasnya.
Tidak hanya jasa antar jemput penumpang, terang Kozar, Ojek Mahasiswa UTM itu juga menyediakan jasa antar jemput makanan dan minuman. Biasanya pelanggan memesan di grup WhatsApp, mencantumkan pesanan dan alamat, kemudian nanti akan direspon oleh pengojek yang siap.
“Kalau antar jemput di lingkungan kampus UTM, biasanya hanya Rp5.000. Sementara dari kampus ke pelabuhan Rp10.000, dari kampus ke Desa Gili Timur, biasanya Rp7.000,” paparnya.
Peluang usaha ini, lanjut Kozar, cukup menjanjikan bagi mahasiswa yang jarang pulang dan berusaha untuk mandiri di Bangkalan, khususnya di lingkungan UTM. Apalagi bagi mahasiswa Bidikmisi yang memang berasal dari keluarga menengah ke bawah.
“Modalnya cukup bisa bawa motor, tidak perlu pakai helm atau identitas apa pun. Saya saja kadang pinjam motor teman,” tuturnya.
Menurutnya, para pelaku ojek mahasiswa UTM memang sengaja tidak membuat jaket atau identitas. Sebab, wilayah UTM dikuasai oleh tukang becak dan bentor. Bahkan tidak jarang pengojek yang ketahuan mengantar penumpang, langsung diinterogasi dan diancaman oleh tukang becak dan bentor.
“Mahasiswa lebih nyaman diantar menggunakan motor karena lebih murah dan cepat, makanya kami tetap beroperasi diam-diam,” Jelasnya.
Lebih lanjut Kozar menerangkan, grup ojek mahasiswa UTM tidak hanya ada satu. Ada banyak grup atau komunitas yang menyediakan jasa serupa, karena memang jangkauan dan peluangnya besar.
“Grup WhatsApp-nya itu banyak, ada Ojek Pergerakan, ada K-One, dan seterusnya. Biasanya saat menjelang liburan, pemesan banyak, bahkan sehari bisa sepuluh kali antar jemput dari Telang ke Pelabuhan Kamal,” pungkas.(hel/faj)