IAIN Ambon Akan Klarifikasi Pemuatan Artikel Plagiat 3 Penulis IAIN Madura di Jurnal Mediasi Besok!

Media Jatim
Jurnal Mediasi IAIN Ambon
(Dok. Lpmlintas.com) Kampus IAIN Ambon di Kecamatan Nusaniwe, Kota Ambon.

Nasional, mediajatim.com — IAIN Ambon mengaku akan segera menelusuri artikel plagiat yang terbit di Jurnal Mediasi Tahun 2022 kiriman tiga penulis dari IAIN Madura, Senin (16/10/2023) besok.

Pemimpin Redaksi Jurnal Mediasi IAIN Ambon Fadli Pelu mengaku tidak bisa berkomentar banyak. Namun yang pasti, pihaknya mengatakan akan menelusuri aksi plagiarisme tersebut besok.

“Senin kita akan telusuri dan klarifikasi,” tuturnya kepada mediajatim.com, Sabtu (14/10/2023) malam.

Sebagaimana diberitakan mediajatim.com, Sabtu (15/10/2023), tiga penulis dari IAIN Madura bernama Khoirul Anwar, Herman Efendi dan Siti Mariyam menulis artikel di Jurnal Mediasi IAIN Ambon Vol. 1, No. 2, Desember 2022, IAIN Ambon berjudul “Makna Tengka dalam Tradisi Masyarakat Madura”.

Artikel tersebut kemudian ketahuan memplagiat tesis Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Tahun 2018 berjudul “Tengka: Etika Sosial dalam Masyarakat Tradisional Madura” karya Hasani Utsman.

Aksi plagiarisme ini dibongkar langsung oleh Hasani Utsman melalui akun facebook-nya, Sabtu (14/10/2023).

Abstrak artikel yang dikirim Khoirul Anwar, Herman Efendi dan Siti Mariyam yang terbit di Jurnal Mediasi IAIN Ambon Vol. 1, No. 2, Desember 2022, IAIN Ambon berjudul “Makna Tengka dalam Tradisi Masyarakat Madura” ialah sebagai berikut:

Abstrak: Masyarakat Madura kontemporer berada di tengah dua arus utama antara tradisionalitas dan modernitas dalam berbagai bidang. Pengembangan etika dengan latar belakang etnisitas sebagai orientasi bagi masyarakat itu sendiri di tengah globalisasi yang berdampak tidak selalu baik. Laporan penelitian masyarakat Madura terkonsentrasi pada implikasi sosial yang berujung kekerasan sedangkan etika sosial mereka tidak banyak mendapatkan perhatian, kondisi demikian karena masyarakat Madura yang tidak percaya pada upaya teoritisasi sistem moral mereka seperti terhadap tengka dengan beranggapan bahwa tengka hanya ada di ruang-ruang praktik, menjadi penting untuk mengetahui makna tengka secara kultural dan praktiknya dalam ruang lingkup sosial. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif berdasarkan mengolah dan mengamati, etnografi digunakan untuk memperoleh sudut pandang pelaku tengka hingga melahirkan deskripsi. Tengka mengandung banyak interpretasi yang disebabkan oleh adanya perbedaan lapisan sosial masyarakat Madura, dimaknai sebagai tertib sosial, segala keutamaan, sebatas tatakrama hingga mutlak tanggung jawab. Kontribusi paling penting dari penelitian ini adalah meyakinkan masyarakat Madura bahwa sistem moral mereka mungkin untuk diteorisasikan.

Baca Juga:  Bangkalan Jadi Zona Merah pada Pemilu 2024, Polres Siap Kerahkan Ribuan Pasukan untuk Jaga Keamanan

Abstrak tesis Hasani Utsman di Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta Tahun 2018 berjudul “Tengka: Etika Sosial dalam Masyarakat Tradisional Madura” sebagai berikut dan yang dicetak miring adalah unsur kata yang diplagiat:

Masyarakat Madura kontemporer berada di tengah dua arus utama antara tradisionalitas dan modernitas dalam berbagai bidang. Sistem moral tradisional sebagai kultur masyarakat di banyak tempat perlahan mulai dilupakan dan terbengkalai karena semakin membaiknya infrastruktur dalam mendukung pembangunan fisik, disusul kesadaran masyarakat akan hukum yang juga semakin baik hingga pergaulan yang semakin pluralistik, termasuk di Madura.

Pengembangan etika dengan latar belakang etnisitas sebagai orientasi bagi masyarakat itu sendiri di tengah globalisasi yang berdampak tidak selalu baik. Laporan penelitian kemaduraan terkonsentrasi pada implikasi sosial yang berujung kekerasan sedangkan etika sosial mereka tidak banyak mendapatkan perhatian, kondisi demikian karena masyarakat Madura yang tidak percaya pada upaya teoritisasi sistem moral mereka seperti terhadap tengka dengan beranggapan bahwa tengka hanya ada di ruang-ruang praktik, menjadi penting untuk mengetahui makna tengka secara kultural dan praktiknya dalam ruang lingkup sosial, menganalisis ragam faktor yang berpengaruh terhadap ketahanannya di tengah kokohnya Islam yang mengandung dimensi moral tersendiri sebagai agama yang dianut mayoritas masyarakat Madura.

Penelitian ini merupakan riset lapangan, ditulis secara kualitatif berdasarkan pengamatan, partisipasi dan interaksi peneliti dengan masyarakat, etnografi digunakan untuk memperoleh sudut pandang pelaku tengka hingga melahirkan deskripsi, hasil wawancara menjadi data primer sedangkan data sekunder dari tradisi kepustakaan yang mendukung dalam membuat konsepsi-konsepsi tengka dan analisis-analisis kualitatif. Teori dan hukum-hukum determinisme Ibnu Khaldun dipakai untuk menjelaskan hubungan antara faktor-faktor yang berpengaruh terhadap perilaku manusia dan masyarakat, menurut Ibnu Khaldun, iklim, lingkungan dan agama merupakan faktor-faktor determinan terhadap akhlak manusia, tiga hukum determinisme yaitu hukum kausalitas, peniruan, dan hukum perbedaan diterapkan dalam analisis-analisis historis ketahanan tengka dalam masyarakat Madura.

Baca Juga:  Dituduh PKI, Kuliah Umum Saut Sitomurang Dibatalkan

Tengka mengandung banyak interpretasi yang disebabkan oleh adanya perbedaan pelapisan sosial-keagamaan dalam masyarakat Madura, dimaknai sebagai tertib sosial, segala keutamaan, sebatas tata krama hingga mutlak tanggung jawab. Dalam praktiknya di berbagai bidang mengedepankan beberapa prinsip dan norma yang dipengaruhi oleh ragam faktor determinan yaitu maskulinitas, hormat, legal-formal legal-kultural, rukun, selaras dengan alam dan makhluk gaib. Tengka bertahan sebagai sistem moral karena merupakan akibat dari keislaman masyarakat Madura yang formalistik, norma-norma tengka meniru dari tradisi-budaya Jawa yang superior, tengka kemudian ditegaskan sebagai bagian dari identitas kemaduraan. Kontribusi paling penting dari penelitian ini adalah meyakinkan masyarakat Madura bahwa sistem moral mereka mungkin untuk diteorisasikan.

Hasani mengatakan bahwa abstrak artikel tersebut ternyata sepenuhnya salin tempel dari tesis karyanya.

“Termasuk latar belakang, metode, pembahasan, kesimpulan sampai daftar pustaka. Sepenuhnya (artikel di atas, red) salin tempel dari tesis saya semua. Salin tempel murni,” ungkap Hasani.

Dia mengatakan, tindakan plagiat itu harus dia sampaikan karena dalam perjalanannya ke depan, kalau tidak diklarifikasi, bisa-bisa dirinya yang dianggap memplagiat karya orang lain.(*/ky)

Respon (1)

  1. Harusnya pengelola jurnal memiliki aplikasi deteksi plagiarisme..
    Ini kesalahan penulis sekaligus keteledoran pengelola jurnal.

Komentar ditutup.