Kursi kepala daerah di dua kabupaten di Madura, yakni Bangkalan dan Pamekasan, diduduki seorang Penjabat (Pj) sejak 24 September 2023.
Pj Bupati Bangkalan adalah orang luar Madura. Namanya Arief Mulya Edie.
Sebelum menjabat, Arief tidak punya jejak apa pun di Bangkalan. Tidak punya riwayat pendidikan di Bangkalan. Tidak punya karir birokrasi di Bangkalan. Tidak punya jejak jaringan kekuasaan di Bangkalan, dan mungkin, juga tidak punya banyak kenalan di Bangkalan.
Boleh disebut, Arief menjadi Pj Bupati Bangkalan tanpa membawa beban historis, tanpa membawa semacam titipan atau tanpa membawa beban komunikasi masa lampau di tangannya.
Sebab itulah, belum sebulan menjabat, dia begitu berani membongkar tunggakan pajak daerah 10 persen senilai miliaran rumah-rumah makan di Bangkalan–terutama rumah makan Bebek Sinjay.
Bahkan, dia berani memasang banner cukup mencolok “belum melunasi kewajiban pajak daerah” di depan rumah-rumah makan yang menunggak pajak.
Gerakan menegakkan pajak ini tidak pernah terjadi dalam beberapa tahun terakhir di Bangkalan.
Bukan cuma itu, Arief juga mulai membuka investasi dan dengan tegas mengatakan tidak mau membocorkan lokasi investasi di Bangkalan karena khawatir diganggu.
Seolah, Arief ingin mengatakan bahwa iklim investasi di Bangkalan tidak aman dan masyarakat Bangkalan adalah masyarakat yang suka mengganggu.
Dan itu semua adalah sikap yang berani, sikap dan statement yang meluncur ke publik melalui media seperti tanpa beban hal-hal berbau masa lalu.
Tanpa beban masa lalu ini Arief bisa mengubah suasana Bangkalan. Mendinamiskan suasana dan kebijakan. Masyarakat pun melihat atmosfer baru di Bangkalan.
Dan, saya yakin, gebrakan-gebrakan ini Arief lakukan karena dia tidak terbelenggu lobi-lobi, kenalan-kenalan, jaringan-jaringan yang kuat di Bangkalan.
Dia tidak banyak kenal orang-orang di Bangkalan. Dia tidak dibebani gerakan politik. Dia tidak dibebani janji di bawah meja. Dia tidak membawa beban dari masa lalu Bangkalan. Dia tidak terkunci kekuatan patron.
“Saya tidak memiliki beban politik di Bangkalan,” kata Arief dengan tegas dalam sebuah acara ngopi bareng di Bangkalan.
Suasana dinamis Bangkalan ini membuat suasana pemberitaan menjadi lebih berwarna, tidak itu-itu saja, dan tidak hanya begitu-begitu saja.
Saya yakin, gerakan yang dinamis dan menyentak dari Pj Bupati Bangkalan ini tidak membuat wartawan bosan untuk liputan dan masyarakat memiliki harapan baru setelah orang nomor satunya, R Abdul Latif, ditangkap KPK karena kasus korupsi.
Tetapi Mari Kita Tengok Bagaimana Kabupaten Pamekasan?
Yang terpilih menjadi Pj Bupati Pamekasan adalah Masrukin. Dia dilantik sebagai Pj pada 24 September 2023.
Dan, Masrukin, dalam analisis saya, adalah pria yang kini mengemban banyak beban historis dan lobi-lobi serta musyawarah di balik layar.
Sebelum menjadi Pj, Masrukin adalah Sekda Pamekasan. Sebelum menjadi Sekda, Masrukin adalah Sekretaris Dewan.
Pernah juga dia menjadi Kasatpol, Kepala DPMD, Lurah Barurambat Timur, Camat dan Kabag Administrasi Umum dan lain-lain.
Masrukin orang asli Malang yang sejak 1996 sudah bertugas di Pamekasan. Bukan waktu yang sebentar. Dia banyak kenal orang. Bahkan, mungkin dan tentu, banyak kenal baik dengan banyak orang.
Masrukin membawa beban historis selama 27 tahun di Pamekasan. Dia mengetahui bagaimana tipikal, pola komunikasi, isu, aktor-aktor dan masyarakat Pamekasan.
Bahkan, barangkali dia tahu bagaimana gerak masyarakat dan atmosfer konstruktif dan destruktif di Pamekasan.
Pengetahuan tersebut sepertinya justru menjadi beban dan kemudian dia menjadi bimbang untuk melangkah apakah harus pesimis atau optimis sebagai pemegang kebijakan tertinggi di Pamekasan.
Hidup di antara pesimis dan optimis itu adalah hidup dalam batas aman atau itu-itu saja. Tidak out of the box. Tidak berani bersikap dan tidak berani melompat dan tidak berani mendobrak.
Tetapi yang pasti, perkenalan Masrukin dengan banyak orang, terkhusus dengan orang-orang berpengaruh (patron) di Pamekasan, menyebabkan dia seperti menjadi “penakut” untuk bergerak, menggebrak dan mendobrak.
Itulah yang saya maksud sebagai beban. Seorang pemimpin yang memiliki jejak historis cukup lama biasanya akan menanggung semakin banyak jaringan komunikasi, lobi-lobi dan perkenalan, dan jika seseorang ini tidak pandai bersikap, maka pemimpin ini hanya akan terjebak ke dalam “beban historis” itu, dan akhirnya, kebijakan yang diketuk hanyalah di taraf apa yang kita sebut sebagai “batas aman”.
Saya kira, Masrukin sudah terjebak di situ. Tolok ukurnya adalah Pj Bupati Bangkalan. Pj Bupati Bangkalan tanpa beban menggebrak-gebrak kevakuman Bangkalan, tapi Pamekasan, justru seperti terjebak-jebak.
Masrukin barangkali membawa beban lobi-lobi legislatif. Dia mantan Sekretaris Dewan. Dia membawa beban eksekutif termasuk bisa jadi membawa beban hutang budi kepada Eks Bupati Pamekasan Baddrut Tamam karena pada masanya dia diangkat Sekda dan didorong hingga duduk di kursi Pj Bupati Pamekasan.
Seperti saya singgung di awal, Masrukin, dalam analisis saya, adalah pria yang kini mengemban banyak beban historis dan lobi-lobi serta musyawarah di balik layar.
Di media massa, tidak muncul hal apa yang spektakuler dikerjakan Masrukin. Dia hanya hadir ke undangan. Geser jadwal dari Senin ke Selasa ke Rabu. Dari tempat ke tempat. Dari pukul 07.00 WIB ke 09.00 WIB dan seterusnya.
Masrukin bak pelaksana harian (Plh) Bupati, bukan Pj Bupati Pamekasan.
Saya menilai, dia seolah hanya menjadi kepanjangan tangan entah siapa. Hendak berbuat seperti takut. Mental dan keberaniannya seperti tercegal entah oleh apa dan siapa.
Sekali lagi, belum ada gerakan dan gebrakan apa pun. Walaupun, jelas, masih banyak pekerjaan rumah (PR) yang harus dituntaskan di Pamekasan. Misal, kekeringan. Kekeringan hanya menjadi alarm dan diatasi dengan cara-cara yang itu saja.
Galian c ilegal, rokok ilegal, banjir, pencemaran sungai, pungli atau jual beli kios pasar pemerintah, PKL, mandeknya pariwisata, dan iklim birokrasi yang stagnan dan berjalan di garis mencari aman–belum lagi yang lain-lain.
Sampai saat ini, saya belum menemukan satu statement Masrukin yang layak dijadikan headline pemberitaan nonadvertorial, jika dibandingkan Pj Bupati Bangkalan.
Apakah Masrukin disiapkan menjadi Pj Bupati Pamekasan hanya untuk running by the way? Sebagaimana prinsip dan konsep hidup Masrukin yang “running by the way” sebagaimana dia ungkapkan di koran harian Radar Madura?
Entahlah, namun saya kira, dan rasanya, Masrukin tebelenggu dari segala penjuru. Dia hanya sekadar menduduki kursi Pj, namun, pengatur regulasi yang sesungguhnya rasanya ada di balik kursi dan entah siapa.
Ya, Masrukin memang baru sebulan menjadi Pj Bupati Pamekasan. Kita masih berharap beberapa waktu ke depan memberi jawaban. Meskipun jelas di Bangkalan, Pj sudah bergerak belum sampai sebulan.
Namun yang pasti, sampai di sini, saya menjadi mengerti bahwa, sebaiknya, Pj Bupati diisi oleh orang-orang yang tidak mengenal medan sebelumnya, tidak mengenal jaringan lobi sebelumnya, sehingga, tidak ada beban titipan historis bilamana ingin menggebrak-gebrak kebijakan yang lunglai di Pamekasan.
Karena sekali lagi, perkenalan baik dengan banyak orang justru menambah belenggu langkah dan kebijakan jika salah jalan. Tetapi bukan maksud seseorang tidak boleh berkenalan baik, namun maksudnya, salah jalan selalu membuat perkenalan baik menjadi beban saat hendak menegakkan kebijakan.(*)
_____
*Ongky Arista UA
Pemimpin Redaksi Media Jatim
Ketua Forum Wartawan Pamekasan