Pamekasan, mediajatim.com — Kumandang takbir Idulfitri 1445 hijriah sudah terdengar nyaring. Dari musala dan masjid. Beberapa perantau sudah tiba di kampung halaman. Menikmati gema takbir malam lebaran.
Mereka, para perantau ini, sudah bertemu keluarga. Mereka melepas rindu dan berbagi kebahagiaan karena telah tuntas berpuasa sepanjang ramadan.
Ya, sebagaimana diketahui, Idulfitri tidak hanya menjadi momen sakral keagamaan, tapi juga jadi momentum khusus bagi para perantau untuk pulang dan memeluk keluarga di kampung halaman.
Dari jutaan orang yang mudik tahun ini, ada ribuan orang yang seharusnya pulang namun tidak pulang ke kampung halamannya karena terikat tugas dan kewajiban.
Satu di antara ribuan orang yang tidak bisa pulang ke kampung halamannya itu adalah dr. Regi (24).
Dokter asal Jakarta Selatan (Jaksel) itu tidak bisa mudik. Dia harus standby di IGD RSUD Smart Pamekasan, Jawa Timur, untuk melayani pasien, Selasa (9/4/2024) malam.
“Beberapa tahun berjaga di IGD RSUD Smart Pamekasan perasaan saya campur aduk, sedih dan haru. Sedih karena tidak bisa pulang untuk berkumpul bersama keluarga dan sanak famili saat lebaran,” ucap dr. Regi, Selasa (9/4/2024) malam.
dr. Regi mengaku harus tetap tegar dan tentu ikhlas menjalani profesinya sebagai dokter. Keluarganya, kata dr. Regi, juga sudah memahami dan terbiasa dengan tanggung jawab yang diemban dirinya.
Dia mengatakan, bahwa bagi seorang dokter, tidak ada istilah libur atau cuti melayani pasien karena kondisi kritis dan tindakan pertolongan tidak mengenal waktu.
“Pada malam takbiran tahun lalu, pada saat sedang takbiran itu, saya melakukan tindakan medis kepada pasien kritis. Saya juga merasakan haru karena alhamdulillah bisa menolongnya,” kata dr Regi.
Selain dr. Regi, cerita haru itu juga datang dari Kiki (23). Salah satu perawat IGD ini juga standby alias tidak pulang ke kampungnya di malam lebaran ini.
Perempuan asal Jawa Tengah ini tetap bekerja malam. Dialah yang kerap mengantar pasien rujukan dari RSUD Smart Pamekasan ke RSUD dr. Soetomo Surabaya bersama dr. Regi.
“Biasanya seperti lebaran tahun kemarin, saya bisa mudik ke Jawa Tengah. Tetapi tahun ini tidak bisa. Lebaran tahun ini hanya bisa menyapa dan mengucapkan hari raya kepada keluarga melalui video call,” ungkap Kiki.
Kiki mengatakan, meskipun tidak pulang kampung, dia tetap merasakan khidmatnya hari lebaran sebab tidak sedikit teman seprofesinya datang ke rumah sakit membawa berbagai makanan khas lebaran.
“Ada keluarga pasien yang juga memberi makanan saat lebaran. Saya tahu mereka sedang dalam kondisi sulit karena keluarganya sakit, tapi mereka mau berbagi karena tahu bagaimana rasanya masih bekerja saat lebaran. Suasana itu yang membuat kami tetap semangat. Karena kalau bukan kita, siapa lagi,” pungkasnya.(*/ky)