Baddrut Tamam dan Politik Kuda Troyanya

Media Jatim
Esa Arif Pamekasan
Esa Arif

Pascapemilu Serentak tahun 2024, Pamekasan menjadi salah satu kabupaten di Jawa Timur yang akan menggelar Pilkada.

Sejak bulan Maret baliho sejumlah tokoh yang ingin berebut kuasa, baik menjadi bakal calon bupati maupun calon wakil bupati mulai dipasang di sudut-sudut kota maupun desa.

Sepanjang lima bulan terhitung sejak Maret hingga bulan Juli tahun 2024 ini, baliho maupun poster mantan Bupati Pamekasan Baddrut Tamam tidak nampak. Tetapi di pertengahan bulan Juli ini justru namanya mulai muncul menjadi warna dalam kontestasi politik lima tahunan ini.

Kemunculan nama politikus PKB ini tentu mengejutkan bagi sebagian pengamat dan petarung politik di kota Gerbang Salam, sebab, banyak yang telah memprediksi bahwa pria yang akrab disapa RBT–singkatan dari nama Ra Baddrut Tamam–tidak akan maju kembali untuk merebut kekuasaan dengan berbagai analisanya, baik karena catatan laju pemerintahannya selama lima tahun maupun karena kekalahannya di Pemilu Legislatif (Pileg) DPR RI yang cukup telak.

Di sisi lain, publik sudah kadung menelan mentah-mentah masakan informasi bahwa rekomendasi PKB akan turun kepada Fattah Jasin sebab Fattah merupakan tokoh yang mendapatkan surat tugas pertama dari partai ini.

Bahkan Ketua DPC PKB Pamekasan KH. Ali Wafa pernah menegaskan bahwa RBT tidak akan maju di Pilkada Pamekasan karena yang bersangkutan mempunyai tugas berat di PKB sebagai Ketua Desk Pilkada Provinsi Jawa Timur.

Baca Juga:  Tembakau Rp4 Miliar Milik Grendel Internasional Terbakar, Polisi Duga Korsleting Listrik

Faktanya selain Fattah Jasin, baik RBT dan Ketua DPC PKB Pamekasan KH. Ali Wafa sama-sama mempunyai surat tugas dan sama-sama diberi peluang untuk diusung di Pilkada Pamekasan 2024.

Maka wajar bilamana spekulasi liar dan sejumlah teori tentang RBT akan maju kembali ini mulai bermunculan, termasuk adanya siasat kuda troya untuk mengembalikan kekuasaannya, kembali menduduki jabatan sebagai orang nomor satu di Kabupaten Pamekasan.

Ingatlah yang diungkapkan oleh Ibnu Khaldun bahwa kekuasaan merupakan kedudukan yang menyenangkan dari berbagai aspek meterialistik maupun spritualistik sehingga yang ingin berkuasa mencari legitimasi dengan beraneka siasat.

Siasat politik kuda troya ini cukup melegenda dalam mitologi Yunani, yakni sebuah tipu daya klasik dalam perang di mana orang-orang Yunani berhasil menaklukkan Kota Troya dan memenangkan peperangan.

Analisis siasat ini digunakan oleh RBT sebab ia muncul di jelang pendaftaran calon bupati dan wakil bupati pada Agustus depan, pada situasi para kandidat lain yang tidak kunjung mendeklarasikan pasangannya dan kebuntuan rekomendasi partai.

Baca Juga:  NasDem Jember Komitmen Politik Tanpa Mahar

Munculnya nama RBT di pengujung pendaftaran calon ini bisa diasumsikan sebagai sebuah strategi bukan sebuah kebetulan.

RBT muncul bersama kuda troyanya yang penuh dengan pasukan di dalamnya, sebab ia adalah petahana.

Dalam fikih politik, seorang petahana pasti akan maju kembali untuk mempertahankan kekuasaannya, jika ada petahana yang tidak maju kembali, hal itu di luar kaidah.

Kemunculan nama RBT ini bukan hanya bisa menenggelamkan hajat politik sesama politikus PKB yang selama ini namanya sudah diperbincangkan publik, tetapi hal ini juga menjadi ancaman bagi kontestan dari partai politik lainnya.

Maka kondisi ini perlu diwaspadai oleh para kompetitor yang sejak beberapa bulan lalu telah mem-branding diri, berlumuran dengan janji guna merebut hati rakyat dengan berbagai strategi agar popularitasnya terus meninggi.

Tetapi ingat, jika berbicara soal popularitas, RBT telah memiliki itu penuh di kantongnya. Tetapi tunggu dulu, sebab popularitas sering tidak seirama dengan elektabilitasnya.(*)

_____
*Penulis bernama Esa Arif. Jurnalis senior Pamekasan. Saat ini aktif sebagai Dosen Ilmu Komunikasi Prodi KPI IAIN Madura. Penasihat Aliansi Jurnalis Pamekasan (AJP) dan Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Kabupaten Pamekasan.