Ibu Hendak Melahirkan Mengaku Dipersulit Urus Rujukan di Puskesmas Pasongsongan: Kondisi Kritis hanya Diminta Istirahat!

Media Jatim
Puskesmas Pasongsongan
(Ikhwan Fajarisman/Media Jatim) Pengendara motor melintas di depan Puskesmas Pasongsongan di Jalan Abu Bakar Siddiq, Desa Panaongan, Selasa (17/9/2024).

Sumenep, mediajatim.com — Salah seorang warga Kecamatan Pasongsongan berinisial U mengaku dipersulit mendapatkan surat rujukan untuk istrinya di Puskesmas setempat, Kamis (12/9/2024).

Saat itu, sekitar pukul 16.30 WIB, U membawa istrinya berinisial I yang hendak melahirkan ke Puskesmas Pasongsongan.

Pada saat itu, kondisi bayi dalam perut I tidak bergerak. Ditambah, I merasa perutnya sakit.

Di Puskesmas Pasongsongan, I ditangani dan diperiksa seorang bidan. Usai diperiksa, I hanya diminta istirahat.

“Padahal air ketuban istri sudah keruh dan bayi sudah jarang bergerak,” ungkap U kepada mediajatim.com, Senin (16/9/2024).

Karena selama empat jam tidak mendapat tindakan apa pun dari Puskesmas Pasongsongan, lalu atas saran orang tuanya, U berencana membawa sang istri ke Rumah Sakit Ibu dan Anak (RSIA) Esto Ebhu di Kota Sumenep.

U lalu melapor dan meminta surat rujukan kepada bidan yang bertugas. “Tapi dicegah oleh bidan Puskesmas. Alasannya, karena istri dan anak saya baik-baik saja. Dan disuruh menunggu hingga keesokan harinya,” beber U.

Baca Juga:  Camat Ambunten Tolak Teken Perjanjian Netralitas, Warga: Jangan Cawe-Cawe Soal Pilkada Sumenep!

Karena merasa dipersulit mendapat surat rujukan, U lalu pamit ke bidan untuk membawa pulang istrinya. U segera pamit ke bidan lantaran tidak kuat melihat istrinya yang kesakitan.

Sekitar pukul 00.15 WIB, Jumat (13/9/2024), U dan I tiba di RSIA Esto Ebhu di Jalan Dr. Cipto Nomor 38 Kota Sumenep.

“Kami mendaftar jalur umum meskipun istri saya punya BPJS Kesehatan. Karena Puskesmas Pasongsongan tidak memberikan surat rujukan,” terang dia.

Di RSIA Esto Ebhu, I ditangani dan dinyatakan kritis oleh dokter yang bertugas.

“Istri mengalami sesak napas, air ketuban sedikit dan bayi mengalami lilitan. Bahkan, istri saya menambah darah dan dioksigen sebelum dioperasi,” cerita U.

Baca Juga:  Warga Gersik Putih Sumenep Patroli Malam, Cegat Masuknya Material Pembangunan Tambak Garam

Pada pukul 04.00 WIB, I dioperasi oleh dokter Yanuar Prionggo dan kondisi bayi ketika keluar dalam kondisi lemah.

“Normalnya bayi, kan, menangis ketika keluar dari perut ibunya. Tapi, bayi saya tidak. Karena kondisinya sudah lemah,” bebernya.

Karena tidak menggunakan layanan BPJS ketika operasi, U harus menanggung biaya cukup besar.

“Seluruh biaya persalinan dan kebutuhan lainnya, saya menghabiskan sekitar Rp32 juta,” jelasnya.

mediajatim.com berusaha mengonfirmasi sulitnya mendapatkan surat rujukan ini ke Kepala Puskesmas Pasongsongan Ariyanis Rasdyahati. Akan tetapi, hingga berita ini dimuat yang bersangkutan tidak merespons.

Terpisah, Kepala Dinas Kesehatan Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (Dinkes P2KB) Sumenep Ellya Fardasyah mengatakan akan menindaklanjuti hal tersebut.

“Mau saya tanyakan dulu, apa masalahnya ke Kepala Puskesmas Pasongsongan,” singkatnya.(man/ky)