Soal Dugaan Pemotongan Uang KIP Kuliah, Ketua STKIP PGRI Sampang Sebut Itu Deposit!

Media Jatim
Ketua STKIP Sampang
(Dok. Tangkapan layar Youtube STKIP PGRI Sampang Official) Ketua STKIP PGRI Sampang Moh. Ari Wibowo.

Sampang, mediajatim.com — Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) PGRI Sampang diduga memotong uang Kartu Indonesia Pintar (KIP) Kuliah Rp2,4 juta milik mahasiswa.

Sebagaimana diberitakan mediajatim.com sebelumnya, STKIP PGRI setempat mengaku pemotongan KIP Kuliah tersebut dialokasikan untuk program pengembangan akademik, salah satunya untuk pengadaan laptop.

“Kami sudah mengumpulkan mahasiswa dengan walinya, untuk menyosialisasikan program pengembangan suasana akademik,” kata Ari, Senin (4/11/2024).

Ari juga menyebut, bahwa pihaknya telah membelikan laptop bagi penerima KIP Kuliah. “Itu termasuk program yang sudah berjalan,” sambungnya.

Pada Rabu (6/11/2024), dia menegaskan tidak pernah melakukan pemotongan uang KIP Kuliah dan tidak menyalahi regulasi pelaksanaannya.

Baca Juga:  Mengenal Founder Rumah Desa Hebat, dari Jualan Peyek hingga Jadi Penggagas Program 1.000 Sarjana

“Saya tidak pernah menyampaikan untuk dipotong dan pemotongan kepada mahasiswa, itu deposit untuk kegiatan diluar perkuliahan,” jelasnya.

Ari mengaku sudah membaca Peraturan Sekretaris Jenderal Kemendikbudristek RI Nomor 13 Tahun 2023 tentang Petunjuk Pelaksanaan Program Indonesia Pintar Pendidikan Tinggi, BAB III tentang Mekanisme Pelaksanaan.

“Kalau hubungannya di luar perkuliahan, seperti almamater, tas kuliah, kemudian wisuda, dan yang berhubungan dengan perangkat itu boleh ditarik sebenarnya,” bebernya.

Menanggapi itu, salah seorang mahasiswa penerima KIP Kuliah yang enggan disebutkan identitasnya mengaku menerima notebook, bukan laptop, dengan merek Lenovo dari kampus.

Baca Juga:  Wartawan Mesti Perhatikan Prinsip Penulisan Berita

“Meskipun baru dan tersegel namun usai setahun diterima sudah rusak layarnya,” tutur dia kepada mediajatim.com, Rabu (6/11/2024).

Dia menyebut, bahwa kerusakan itu tidak hanya dialami olehnya, namun juga oleh beberapa notebook milik temannya juga banyak yang rusak.

“Punya teman saya tiba-tiba mati, ada yang rusak keyboard-nya,” imbuhnya.

Di sisi lain, katanya, harga notebook yang disampaikan pihak kampus tidak sesuai barang yang diterima.

“Keterangan dari kampus harganya Rp5 juta, tapi saya cek tidak sampai, hanya sekitar Rp2 juta setengah,” pungkasnya.(mj1/rif/ky)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *