MediaJatim.com, Pamekasan – Anggota Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia (DPD RI), Ahmad Nawardi mengungkap rahasia Indonesia masih bisa bertahan hingga kini saat hadir mengisi acara Sosialisasi 4 Pilar Kebangsaan yang diadakan PAC GP Ansor Pamekasan, Jum’at (05/10).
Menurut Ahmad Nawardi, Indonesia adalah negara berkembang yang sudah menuju puncak kejayaan. Bukti nyata kita lihat di Asian Games 2018, kita menyaksikan Indonesia masuk 4 besar. Setelah China, Jepang dan Korea. Itu baru pertama kali sepanjang sejarah penyelenggaraan Asian Games.
“Selain itu, perkembangan Indonesia lainnya (politik, ekonomi, sosial, budaya, dll) mungkin mengagetkan kita. Tapi itu tidak bagi orang Thailand yang merupakan saingan kita,”
Sebab, lanjut Nawardi, sejak 2008 pertumbungan ekonomi Indonesia tertinggi di Asia di bawah China. Meskipun ekonomi global sekarang tergoncang, tetapi negara Indonesia tetap stabil meski nilai tukar rupiah terhadap dolar melemah.
“Keunggulan selanjutnya, ketika negara-negara mayoritas muslim di Yaman, Mesir, Kibia, Afganistan, Irak, termasuk Arab Saudi tergoncang oleh perang saudara, politik ekonomi habis, pendidikan terbengkalai, tetapi Indonesia dengan penduduk mayoritas muslim tidak tergoyahkan,” jelas pria alumnus UIN Sunan Ampel Surabaya tersebut.
73 tahun merdeka kita tetap utuh sebagai NKRI. Ini yang dikagumi bangsa-bangsa lain. 2032 Indonesia diprediksi pertumbuhan ekonominya terbaik 4 besar di dunia.
“Saya pernah bertemu dengan Ketua Parlemen Prancis (Wakil Presiden). Yang diucapkannya adalah kekaguman sekaligus khawatir Indonesia menjadi macan Asia,” ujarnya.
Pria yang lahir di kabupaten Sampang itu juga mengungkapkan, Nahdlatul Ulama adalah salah satu kunci kedamaian dan persatuan di Indonesia, sehingga hingga kini masih bisa bertahan.
“Mereka tanya apa rahasia Indonesia bertahan?, jawabannya adalah karena ada satu kunci kedamaian dan persatuan, yaitu NU, organisasi terbesar di dunia hingga pelosok desa. Islam Nusantara pun mereka dengarkan; Islam yang unik karena melestarikan ajaran Islam tanpa mengenyampingkan nilai-nilai ke-Indonesiaan,” ungkap Nawardi.
“Bahkan mereka pun tertarik mau ke Indonesia untuk mempelajari NU,” pungkasnya.
Reporter: Sulaiman
Redaktur: Aryudi AR