MediaJatim.com, Jember – Mendung duka bergelayut di langit Jember, Rabu (21/11). Salah satu putra terbaiknya, Miftahul Ulum pergi untuk selamanya. Cak Ulum, sapaan akrabnya, meninggal dunia setelah hampir sebulan dirawat di rumah sakit. Sakit yang dideritanya tak lepas dari efek kecelakaan yang dialaminya sekian bulan yang lalu.
Cak Ulum dikenal sebagai politisi NU yang elegan, murah senyum dan tak pelit bergaul. Sikapnya luwes namun tak pernah kompromi jika yang dihadapi menyangkut hal-hal yang prinsip. Ia fleksibel tapi tangguh. Dengan profil diri yang seperti itu, tak heran bila Cak Ulum selalu lolos dari berbagai prahara politik.
Di antaranya, pertama, ketika Cak Ulum harus berhadapan dengan Muhaimin Iskandar (Ketua DPP PKB) dalam Pilkada Jember (2004). Saat itu, Cak Ulum adalah angota Fraksi Kebangkitan Bangsa DPRD Jember, yang otomatis anak buah Cak Imim, sapaan akrab Muhaimin Iskandar. Cak Ulum mendukung Samsul Hadi Siswoyo yang direkom Gus Dur selaku Ketua Dewan Syuro DPP PKB.
Sedangkan Cak Imin merekomendasikan nama MZA Djalal sebagai calon bupati Jember, yang tentu saja didukung oleh Gus Mamak selaku Ketua DPC PKB Jember.
Seperti diketahui, Abah Samsul terjungkal di Pilkada tersebut. Namun anehnya, nama Cak Ulum semakin berkibar. Bahkan akhirnya ia terpilih sebagai Ketua DPC PKB Jember (menggantikan Gus Mamak) hingga saat ini.
Kedua, rupanya perseteruan Cak Ulum versus Cak Imin masih belum reda benar. Tahun 2008, saat KPUD membuka pendaftaran Caleg, tiba-tiba DPC PKB Jember di bawah kepemimpinan Cak Ulum dibekukan. Cak Imin menunjuk Haris Chudori sebagai ketua baru PKB Jember. Bahkan Caleg dari kubu Haris sudah berduyun-duyun mendaftar ke KPUD Jember. Tapi bukan Cak Ulum namanya kalau tidak melawan.
Akhirnya, mantan Ketua GP Ansor Jember itu menang, dan dia dikembalikan ke posisinya semula oleh Cak Imin.
Ketangguhan Cak Ulum diakui rekannya di DPRD Jawa Timur, Moch. Eksan. Menurutnya, selain tangguh, Cak Ulum adalah sosok politisi yang “NU oriented”. Itu dibuktikan saat Hasan Aminudin (mantan Bupati Probolinggo) meminta nama kepada Cak Ulum untuk ditempatkan sebagai Ketua Partai NasDem Kabupaten Jember. Cak Ulum merekomendasi nama Moch Eksan. Alasannya karena Eksan adalah kader NU tulen sehingga diharapkan kader NU ada dimana-mana, tidak menumpuk hanya di satu partai. Dan pilihan Cak Ulum tidak keliru.
Terbukti, dalam Pileg 2014, Partai NasDem Jember meraih 5 kursi, dan masing-masing dapat satu kursi di DPRD Jawa Timur dan DPR RI.
“Harus diakui, beliau juga mempunyai insting politik yang tinggi. Dan saya bisa jadi seperti ini juga karena peran Cak Ulum yang membukakan pintu politik pertama saya,” ulasnya di sela-sela penguburan Cak Ulum di Desa Wonojati, Kecamatan Jenggawah, Jember.
Sedangkan rekannya yang lain, H Babun Suharto melihat Cak Ulum sebagai sosok yang mengayomi kadernya. Jika kadernya terlibat dalam satu persoalan, apapun pasti Cak Ulum lakukan untuk membelanya asalkan si kader benar.
“Pesan yang paling saya ingat dari almarhum adalah bahwa dalam berteman jangan melihat kekurangannya, tapi lihatlah kelebihannya. Sehingga dengan begitu, pertemanan akan abadi,” jelas rektor IAIN Jember itu.
Ya, Cak Ulum telah tiada. Tak ada yang tersisa kecuali amal baiknya, termasuk ia telah begitu banyak mencetak kader Ansor dan politisi NU. Tak ada yang bisa dikenang kecuali keramahan dan keluwesannya. Ia telah pergi dari hiruk pikuk duniawi, menuju tuhannya dengan senyum dikulum.
Oh, selamat jalan wahai jiwa tenang..!
Reporter: Aryudi A Razaq
Redaktur: Sulaiman