Ada sebagian orang yang memilih hidup di desa dibandingkan hidup di kota, dengan kata lain mereka lebih suka kehidupan di daerah perdesaan. Tentu hal demikian berdasarkan beberapa kelebihan yang ada di daerah perdesaan, yang tidak didapat di wilayah perkotaan, salah satunya adalah suasana desa yang asri dan sejuk, yang selalu memanjakan para penduduk setempat maupun para pelancong. Sebagaimana kita tahu bahwa rumah di perdesaan itu tidak berdempetan seperti di kota-kota besar, artinya di desa itu tidak padat penduduk, dalam satu bangunan rumah ada beberapa petak tanah atau pekarangan yang dapat ditanami beberapa pohon besar ataupun bunga-bunga yang menghiasi rumah, sehingga hal demikian bisa menciptakan suasana yang elok dan sejuk.
Beberapa petak tanah di sekeliling rumah di perdesaan, yang biasa disebut pekarangan, sangat membawa banyak manfaat bagi si empunya, selain menciptakan suasa yang sejuk, pekarangan juga mempunyai banyak fungsi, menurut Karyono setidak-tidaknya ada enam fungsi: fungsi sosial-ekonomi, sosial-budaya, pendidikan, produksi, peningkatan gizi, dan perlindungn terhadap tanah dan air, (halaman 8). Dengan kata lain, pekarangan merupakan sumber daya alam yang sangat bermanfaat bagi kesehatan dan kenyamanan kehidupan manusia, sehingga dengan demikian melalui pengelolahan pekarangan secara baik bisa menciptakan desa yang makmur dan sejahtera.
Usman Siswanto melalui bukunya mengajak masyarakat untuk bersama-sama membangun desa dengan cara memanfaatkan pekarangan dan waktu senggang. Mengelolah pekarangan tidak harus dijadikan sebagai pekerjaan utama yang dapat mengabaikan beberapa aktivitas kita yang lain, mengurus pekarangan dapat dilakukan ketika waktu kita sedang senggang, dengan kata lain mengelolah pekarangan dapat kita jadikan sebagai pekerjaan sampingan, namun sarat dengan beberapa keuntungan dan manfaat-manfaat bagi kehidupan manusia.
Bagi yang ingin mengelolah pekarangan dengan baik, tidak salahnya untuk membaca buku ini, di dalamnya dijelaskan bahwa pekarangan sangat berpotensi untuk membangun perekonomian masyarakat, ataupun bisa dijadikan sebagai sarana untuk memperkuat tali hubungan sosial antar datu keluarga dengan keluarga lain, karena pekarangan bisa disulap menjadi area pertanian, perikanan, peternakan, dan beberapa hal yang mengandung keuntungan finansial. Misalnya dari segi pertanian, pekarangan bisa ditanami sayur-mayur: bayam, sawi; pepohonan: pisang, mangga; atau bisa juga dibudidayakan sebagai apotek (obat) tradisional. Dari hasil panen tersebut, kita bisa menjualnya dan sebagian bisa dibagi-bagikan ke para tetangga, (halaman 41). Ini baru dari segi pertanian, belum lagi dari hasil perikanan dan peternakan. Pekarangan memang sangat membawa manfaat yang besar bagi kita, jika kita mau mengelolahnya dengan baik dan benar.
Dalam buku ini juga dijelaskan tentang pemanfaatan beberapa air limbah yang sangat baik untuk pertanian, di antaranya adalah sisa cucian air beras, dalam bahasa Jawa lebih dikeal dengan leri, berdasarkan sebuah penelitian, air cucian beras itu mengandung banyak nutrisi yang sangat baik bagi kesuburan tumbuh-tumbuhan, (halaman 34). Selain itu, buku ini juga dilengkapi dengan gambar-gambar tanaman yang cocok untuk ditanam di sebuah pekarangan, serta Uswan juga menyertakan tata cara menanam yang baik, merawat, serta mengolahnya, agar mendapatkan hasil yang baik pula.
Judul: Membangun Desa dengan Memanfaatkan Pekarangan & Waktu Senggang
Penulis: Uswan Siswanto
Penerbit: INDeS
Cetakan: Desember 2016
ISBN: 978-602-6472-03-8
Tebal: 126
*) Mahasiswa Institut Ilmu Keislaman Annuqayah (Instika), Guluk-Guluk, Sumenep