Peran Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama Sebelum Kemerdekaan

Media Jatim

Oleh: Cak Lil (Ketua PKPT IPNU UTM dan Aktivis PMII Komisariat UTM)

Kemerdekaan indonesia tidak lepas dari perjuangan para pahlawan terdahulu kita, entah itu umat Islam, Kristen, Budha dan penganut keyakinan lainnya. Meng-klaim kemerdekaan hanya dimonopoli oleh satu agama, Budha atau Islam, saya rasa itu kurang tepat di dalam memahami evolusi kemerdekaan Indonesia. Sejak memasuki awal perjuangan, transisi dan revolusi kemerdekaan itu sendiri.

Kalau boleh saya hukumi mengenang jasa para pahlawan, itu hukumnya wajib. kenapa saya mengatakan seperti itu ? karena kalau di korelasikan dengan dawuh KH. Hasyim Asy’ari Pendiri Nahdlatul ulama beliau berkata“ Hubbul Wathan Minal Iman”. artinya cinta (membela) pada tanah air adalah bagian dari iman. Di sini saya bisa membayangkan betapa sangat luar biasanya sesorang yang membela dan mempertahankan suatu negara, tepatnya Indonesia. Para pejuang terdahulu tidak hanya mengorbankan materi saja, tapi jiwa pun mereka ikut pertaruhkan demi merdekanya Indonesia dari imprealisme, hingga menjadi Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Sangat perlu kita ketahui dan pahami, sebagai warga negara yang ber-mayoritas beragama Islam dan termasuk terbesar di dunia. Apa saja? dan siapa saja yang ikut berperan dalam kemerdekaan Indonesia?, sampai terbentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Sebelumnya saya tidak ingin menjelaskan peranan Islam secara universal. Akan tetapi, hanya ruang lingkup Organisasi Masyarakat (ORMAS) yang berada dalam umat Islam Indonesia. Yakni Muhammadiyah (MU) dan Nahdlatul Ulama (NU).

Dari dua ORMAS terbesar di atas, tentunya tidak asing lagi di telinga kita dan itu pun sudah lumrah. Dan bahkan sudah menjadi sangat populer di kalangan masyarakat Indonesia. Sedikit banyak pasti kita mengetahui gerak gerik keduanya, mulai dari aspek agama, cultural dan gerakan sosial lainnya.

Baca Juga:  5 Ribu Lebih Warga NU Pamekasan Akan Hadiri Resepsi Puncak Satu Abad, Titik Berangkat di Terminal Barang

Muhammadiyah berdiri jauh sebelum kemerdekaan di kumandangkan. Didirikan oleh KH. Achamd Dahlan Pada Tanggal 12 Nopemper 1912 di Yogyakarta, Jawa tengah. Setelah Muhammadiyah berumur kurang lebih 16 tahun, baru berdirilah Organisasi Masyarakat baru yaitu Nahdlatul Ulama, yang didirikan oleh KH. Hasyim Asy’ari pada tanggal 31 januari 1926 di Surabaya. Keduanya sekarang sudah menjadi ORMAS terbesar di Indonesia dan terpencar di berbagai bumi Nusantara dari Sabang sampai Merauke.

Sedikit saya mengulas kembali peranan Muhammadiyah dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia, seperti dalam literatur yang saya baca “Sejarah dan Kebudayaan Islam”, yang ditulis oleh A. Djamil. Dkk. Di dalamnya terdapat peran penting di antaranya; pada tahun 1921, Muhammadiyah mengadakan gerakan membeli kapal sendiri untuk penyelenggaraan ibadah Haji ke Mekkah, karena dipandang tidak pantas apabila disetir atau diselenggarakan oleh Belanda. Dilanjut pada tahun 1931, Muhammdiyah menentang pemerintah penjajah Belanda yang membatasi adanya sekolah-sekolah penduduk asli yang sewaktu-waktu berkembang cepat. Tidak cukup sampai di situ peranannya di dalam memperjuangkan kemerdekaan, setelah Muhammadiyah juga ikut memberikan protes terhadap pemerintah kolonial Belanda, apabila mereka lebih mengutamakan hak dan wewenang kepada Kristen daripada Islam. Dari peranan tersebut Muhammadiyah memang interpretasinya lebih mengarah pada bidang sosial dan bidang pendidikan.

Sedangkan Nahdlatul Ulama juga mempunyai peran penting dalam mengantarkan kemerdekaan Indonesia. Mulai dari penolakan terhadap Kerja Rodi yang dilakukan Belanda terhadap rakyat Indonesia. NU hadir berusaha melepaskan perbudakan tersebut. Dilanjutkan dengan mempertahan nilai-nilai ajaran Islam, seperti menolak Ordonasi Belanda terhadap pencatatan perkawinan karena dinilai nantinya rakyat Indonesia harus patuh dan taat terhadap sistem yang diterapkan oleh Belanda. Tidak sampai di situ saja perjuangannya, namun tetap masih selalu berusaha menembus jalan baru, hingga diadakannya gerakan politik untuk memperjuangkan kemerdekaan. Sehingga menyokong Gabungan Politik Indonesi (GAPI) untuk bergabung terhadap sistem pemerintahan Belanda. Langkah ini tidak lain agar juga bisa memahami strategi dan gerak gerik belanda di dalam menjajah.

Baca Juga:  Peringati Harlah NU, 29 Hafidz UIJ Gelar Khotmil Qur’an bil Ghoib

Memang sedikit berbeda perjuangan Muhammadiyah dengan Nahdlatul Ulama. Kalau Muhammadiyah interpretasinya lebih tertuju pada bidang sosial dan bidang pendidikan, sedangkan Nahdlatul Ulama mengarah di bidang agama dan sosial politik, walaupun sekarang NU sudah tidak menjadi partai politik seperti tahun 1960-an. Keduanya hanya berbeda dalam gerakan, tapi untuk visi dan misi-nya sama. Tetap memperjuangkan kemerdekaan Ind9nesia, seperti yang kita rasakan bersama oleh rakyat Indonesia.

Dari seluruh yang tersurat di atas, itu hanya sebagian kecil perjuangan Nahdlatul ulama dan Muhammdiyah. Masih banyak peranan-peranan penting lainnya, sejak awal perjuang sampai tercapainya kemerdekaan. Kalau saya tuliskan mungkin tidak cukup sekejap duduk lalu selesai dibaca. Jadi saya hanya menulis sekilas saja, seperti apa dan bagaimana perjuangan keduanya di awal kemerdekaan.

Tentunya sebagai rakyat Indonesia, ita masih mempunyai kewajiban yang sangat besar di dalam mepertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Itu pun tidak bisa dielakkan lagi untuk kita lakukan sebagai salah satu bentuk merawat dan melanjutkan perjuangan para pahlawan yang sudah membawa kita pada sebuah peradaban, yang disebut kemerdekaan. Maka, sekarang kita sebagai generasi bangsa sudah seharusnya mengimplementasikan cita-cita bangsa untuk tercapainya kesejahteraan bagi rakyat Indonesia.