MediaJatim.com, Jember – H Hendy Siswanto, nama lengkapnya. Warga Jember tak banyak tahu terhadap sosok yang satu ini. Kendati kiprahnya di bidang pemberdayaan ekonomi dan aktivitas sosialnya cukup moncer, namun namanya seolah tenggelam di tengah keriuhan politik dan banyaknya tokoh lokal yang kerap muncul di panggung-panggung publik.
Maklum, H Hendy tak pernah mencantumkan namanya dalam setiap agenda sosial yang dia lakukan. Ia lebih sreg berada di balik layar dari kerja-kerja kemanusiaannya. Masyarakat justru lebih mengenalnya dengan nama Rien Collection (toko busana miliknya) dibanding nama H Hendy sendiri. Ini satu bukti yang merujuk pada sikapnya yang sangat rendah hati, namanya tidak mau diekspose untuk menjaga keikhlasannya agar tidak tergerus.
H Hendy –sapaan akrabnya- lahir di Jember 57 tahun yang lalu. Sekolah dasar hingga SMP-nya ditempuh di Jember. Terobsesi untuk menemukan kehidupan yang lebih baik, H Hendy pindah ke Jakarta. Tantangan di kota megapolitan yang cukup besar, membuat Hendy muda semakin terpacu untuk menaklukan Jakarta.
Ia pun menjejak awal karirnya di bidang swasta. Namun kemudian ada panggilan jiwa yang membuatnya harus berkarir di birokrasi sebagai abdi negara. Seiring berjalannya waktu, jiwa usaha yang ada dalam diri H Hendy tak bisa dibendung. Ia akhirnya kembali ke swasta sebagai pengusaha. Bagi H Hendy, berkarir di swasta atau sebagai abdi negara, sama saja. Sama-sama untuk kemajuan bangsa.
Selama menjalani usahanya, tentu tidak selalu mulus. H Hendy beberapa kali gagal dalam mengelola bisnisnya, namun tak membuatnya putus harapan. Bahkan kegagalannya dijadikan sebagai pupuk untuk merenda usaha yang lebih mapan di kemudian hari.
Kesabaran, keuletan dan doanya kepada Allah yang tidak putus-putus, akhirnya mengantakan H Hendy sebagai pengusaha sukses di bawah bendera Seven Dream. Beragam usaha Seven Dream telah merambah sejumlah kota besar di Jawa Tengah dan Jawa Timur, dan Jakarta sendiri, tentu.
Namun, setinggi-tingginya burung terbang, kembali ke sarangnya juga. Peribahasa ini tampaknya berlaku untuk H Hendy. Setelah sekian lama ‘merantau’ menjalankan tugasnya di birokrasi dengan baik dan sukses mengembangkan bisnisnya, kini H Hendy terngiang-ngiang dengan Jember.
Bagaimanapun, Jember telah memberikan andil bagi kesuksesan H Hendy dalam berusaha. Sejengkal tanahpun yang pernah ia injak, tak akan pernah dilupakan sebagai bagian dari pengantar kesuksesannya. Begitu juga, setetes airpun yang pernah ia reguk, tak akan pernah dilalaikan sebagai sumber kekuatan hidupnya.
“Jember adalah tempat lahir saya, dan saya ingin terus memberikan kontribusi untuk Jember,” tukasnya singkat.
Dan, sejak lima tahun lalu H Hendy memutuskan untuk kembali ke Jember. Tidak ada maksud lain kecuali ingin berpartisipasi dalam membangun Jember.
Salah satu wujudnya adalah mendirikan masjid yang cukup modern, Raudhotul Muchlisin di Kaliwates. Masjid berarsitektur Turki dengan biaya Rp. 7 Miliar tersebut diresmikan oleh Rais ‘Am PBNU, KH Ma’ruf Amin, Mei 2017.
Rupanya, soal membangun masjid sudah menjadi ‘hoby’ H Hendy sejak lama. Buktinya, selain di Jember, masjid serupa juga ia bangun di sejumlah kota, diantaranya di Palembang , Semarang, Yogyakarta dan Pamekasan. Semua masjid yang dibangun H Hendy, dinamai Az-Zahra, kecuali yang di Jember karena konon memang ada ‘titipan’ dari KH As’ad Syamsul Arifin.
Jember sebagai kota kelahiran H Hendy, tentu mendapat perhatian lebih dari pengusaha yang dekat dengan para kiai itu. Maka dibangunlah pertokoan New Rien Collection di kawasan Jalan Raya Sultan Agung, Jember. Lokasi toko berlantai lima yang menjual busana Muslim ini, tak lain adalah tempat Hendy kecil lahir, bermain-main dengan teman sebaya, dan menghabiskan waktu petang untuk belajar mengaji Al-Qur’an di mushalla sebelah.
Satu lagi usahanya yang sudah eksis di Jember, yaitu air mineral merk Al-Qodiri yang bermaskas di Kelurahan Gebang.
Semua itu, tentu menyerap tenaga kerja yang tidak sedikit. Belum lagi orang-orang yang menerima manfaat secara tidak langsung karena semua usaha yang melibatkan orang banyak, tentu mempunyai multiplayer efek.
Dengan peran dan kiprahnya tersebut, sesungguhnya H Hendy tengah berikhtiar untuk berkontribusi nyata dalam membangun Jember.
Ya, soal ikhtiar dan visi-misi dalam membangun Jember, posisi H Hendy tak perlu diragukan lagi. Ia mempunyai kapasitas sekaligus kompetensi yang cukup mumpuni. Bahkan ia pernah mendapat penghargaan Tanda Kehormatan Satyalencana Pembangunan dari Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (2014).
Penghargaan tersebut terkait dengan posisinya sebagai Pejabat Pembuat Komitmen di Ditjen Perkeretapian Kementerian Perhubungan RI.
Yang juga menarik, jiwa filantropi H Hendy tak pernah padam sepanjang waktu. Ia tak jarang memberikan bantuan material untuk pembangunan masjid. Selain itu, di bulan puasa H Hendy setiap hari tak pernah absen memberikan ribuan nasi kotak kepada mereka yang membutuhkan.
Pengalamannya di birokrasi, kedermawannnya yang tak pernah luntur, dan jiwa enterpreneur-nya yang begitu tinggi, menempatkan H Hendy sebagai sosok yang dipandang tepat untuk membangun Jember di masa-masa mendatang.
Masyarakat menginginkan H Hendy tidak sekadar membangun , tapi dapat meningkatkan derajat kota tembakau ini agar tidak tercecer atau bahkan mengungguli daerah lain di tapal kuda dengan memanfaatkan sumber daya alam yang ada.
H Hendy mempunyai kompetensi, dan masyarakat memiliki obsesi. Dan tentu saja ketika obsesi dan keinginan masyarakat sudah dicuatkan begitu rupa, H Hendy tak punya pilihan lain, kecuali mengamini. Semoga.
Reporter: Ade Nurwahyudi
Editor : A6