MediaJatim.com, Jember-NU tidak pernah minta jabatan, tapi jika diberi amanah pantang ditolak. Ungkapan ini sudah dikenal luas di kalangan warga NU untuk menyikapi momentum politik yang melibatkan pengurus NU. Artinya, warga dan pengurus NU, tidak elok meminta jabatan namun jika diberi jabatan tak boleh ditolak.
“Dan sampai hari ini ungkapan itu masih berlaku,” kata Wakil Ketua Pengurus Lembaga Dakwah Nahdlatul Ulama (LDNU) PBNU, H Badri Hamidi.
Menurut alumnus Pondok Pesantren Nurul Jadid, Problolinggo itu, ungkapan tersebut mencerminkan kerendahan hati NU dalam mengabdi di republik ini. NU tak pernah menampik pengabdian selama itu untuk kepentingan bangsa dan negara. Ketika bangsa dijajah, para kiai NU dan santri berada di barisan depan untuk mengusir mereka. Saat kemerdekan bangsa terancam, NU juga rela mengorbankan segalanya. Dan saat kedaulatan Indonesia digeroti oleh pengkhianat bangsa, NU juga tampil melawan.
“Jadi dalam kondisi apapun, NU selalu tampil membela bangsa tanpa neko-neko, tanpa menuntut ini dan itu. Dan itulah ciri khas NU,” lanjutnya.
Begitu pula dalam momentum politik seperti Pilpres, Pilkada dan seterusnya, NU tak pernah minta jabatan apapun, meski sebagian oknum pengurusnya terlibat sebagai tim sukses dari kontestan yang ada. Termasuk dalam Pilpres kemaren, PBNU tidak pernah minta jatah menteri atau posisi apapun.
“Yang ada ‘kan hanya klaim-klaim dari pihak luar,” jelasnya.
Pengusaha tambang batubaru yang digadang-gading untuk maju dalam bursa Pilkada Jember tahun 2020 itu menegaskan bahwa PBNU tidak pernah risau karena tidak dapat jatah menteri. Sebab dukungan NU untuk Jokowi-KH Ma’ruf Amin dalam Pilpres lalu, berdasarkan azas kemashlahatan bangsa dan negara.
“PBNU tidak pernah ribut karena tidak dikasih jatah menteri. Kalaupun misalnya kiai di sejumlah daerah merasa kecewa dengan Jokowi, itu suara daerah, yang saya kira juga wajar,” ungkapnya.
Reporter: Aryudi A Razaq
Redaktur: A6