Mediajatim.com, Pamekasan – Direktur Pascasarjana STAIN Pamekasan, Dr Zainuddin Syarif, mengetengahkan pemaparan seputar Islam dan kearifan lokal budaya Madura saat menjadi pembicara dalam Workshop Internasional di Lantai II Gedung Multicenter STAIN, Selasa (4/7). Hadir juga sebagai pembicara para peneliti asing dari berbagai mancanegara.
Menurut Dr Zainuddin, masyarakat Madura sangat unik; di satu sisi dikenal dengan temperamennya yang keras, itu terlihat dari seringkali orang Madura ketika konflik diselesaikan dengan carok. Namun di sisi lain, tambahnya, Madura dikenal dengan masyarakat yang sangat menghargai dan patuh terhadap orangtua, guru, dan pemimpin pemerintahan.
“Itu dikenal dengan ungkapan bhuppa’ bhâbhu’ ghuru rato,” ungkapnya.
Selain budaya carok, tambah Dr Zainuddin, Madura juga dikenal dengan Kerapan Sapi yang ada unsur kekerasan dalam pelaksanaannya. Kemudian Pemerintah Kabupaten Pamekasan sebagai Kota Gerbang Salam mengakomodasi kelestarian budaya dengan mengorbitkan regulasi. Yakni, agar pelaksanaan Kerapan Sapi di Madura tidak mengandung unsur kekerasan.
“Tetapi, ditonjolkan pada aspek seni dan budayanya,” tegas Dr Zainuddin.
Mengenai budaya carok, ujarnya, perlu ada peran kiai, ustadz, dan dosen dalam memberikan pencerahan. Bahwa, budaya carok selain melanggar hukum dan agama juga bukan menyelesaikan masalah.
“Tetapi, justru sebagai mata rantai dendam yang tidak akan pernah berakhir,” tukasnya.
Reporter: Fathorrahman
Redaktur: Nur Aini