Tujuh Tahun Kiprah Madura United Warnai Sepak Bola Indonesia

Media Jatim
Anniversary Madura United ke-7
(Dok. Media Jatim) Anniversary ke-7 Madura United.

Pamekasan — 10 Januari 2016, Madura United resmi didirikan oleh Prof. Achsanul Qosasi. Hari ini, Selasa 10 Januari 2023, klub asal Pulau Madura ini merayakan hari jadinya yang ketujuh.

Untuk ukuran perjalanan sebuah klub, usia tujuh tahun masih sangat singkat. Namun, sejatinya cikal bakal klub ini telah memiliki sejarah panjang di dunia persepakbolaan Indonesia.

Klub ini memulai kepesertaannya dalam kompetisi resmi tanah air sejak Liga Indonesia masih bertajuk Galatama dengan nama Pelita Jaya pada musim kompetisi 1986/1987.

Sempat menjadi juara selama dua tahun berturut-turut, tahun 1989 dan 1990, sebelum kemudian bertransformasi menjadi Pelita Bandung Raya (PBR).

Nama Pelita Bandung Raya selanjutnya resmi dihapus setelah pemilik PBR waktu itu Ari D. Sutedi menjualnya kepada Achsanul Qosasi. Pada 10 Januari 2016 yang juga bertepatan dengan hari lahir sang presiden klub, resmi berganti nama menjadi Madura United Football Club (Madura United FC).

Sepanjang tujuh tahun Madura United mengarungi kompetisi Liga Indonesia memang masih belum mampu membawa pulang tropi juara kasta tertinggi sepak bola Indonesia.

Akan tetapi, klub berjuluk Laskar Sape Kerrab menunjukkan diri sebagai klub yang serius untuk turut serta membangun persepakbolaan Indonesia menjadi lebih maju.

Baca Juga:  Bupati Pamekasan Pastikan Pasien Positif Corona Telah Meninggal

Hal itu dibuktikan dengan sistem pengelolaan klub yang profesional. Tercatat, klub ini telah empat kali berturut-turut mendapat lisensi dari federasi sepak bola Asia, Asian Football Confederation (AFC).

AFC Club Licensing Cycle (CLC) diberikan kepada klub yang secara manajemen sudah terverifikasi dan memenuhi standar pengelolaan versi AFC.

Ada lima komponen penilaian untuk mendapatkan lisensi itu, meliputi olahraga, infrastruktur, personel dan adminstrasi, legal, dan finansial. Di dalam komponen tersebut memuat beberapa hal pokok di antaranya program pembinaan usia muda, sertifikasi keamanan stadion, dan laporan tidak memiliki hutang atau terlambat pembayaran gaji pemain.

Selain itu, Madura United membangun tradisi bermain bersih. Dibuktikan dengan dinobatkannya Madura United sebagai tim paling fair play sepanjang Liga 1 2021-2022 dari PT Liga Indonesia Baru.

“Biarlah Madura United menjadi bagian dari portofolio perjalanan timnas ke depan, bagaimana penyaluran sepak bola yang baik, inilah kami!,” tutur Direktur Utama PT Polana Bola Madura Bersatu (PBMB) selaku pengelola Madura United Zia Ul Haq kepada mediajatim.com, Minggu (8/1/2023).

Bahkan, Madura United mampu mendatangkan sejumlah pemain asing berkualitas. Sebut saja, seperti Peter Osaze Odemwingie, Hugo Gomes dos Santos, dan Luiz Marcelo Morais dos Reis alias Lulinha.

Baca Juga:  Banyak Pemain Bintang Dunia Antre Ingin Gabung Madura United

Tidak hanya itu, beberapa pemain lokal berlabel Timnas Indonesia juga pernah berkostum Madura United, Andik Firmasyah, Syahrian Abimanyu, dan El Loco Gonzales. Yang saat masih aktif menjadi pasukan Laskar Sape Kerrab, ada Slamet Nurcahyo, Alberto Goncalves, dan Fachruddin W Ariyanto.

Sosok Luar Biasa di Balik Madura United

Di balik menjelmanya Madura United menjadi salah satu kekuatan besar di kancah sepak bola Indonesia tidak lepas dari peran sang Presiden Klub Prof. Achsanul Qosasi.

Berbekal pengalaman mengelola sepak bola sejak 1998, serta kecintaannya kepada Madura dan sepak bola, Achsanul membangun klub bernama Madura United.

Nama Madura United dipilih dengan harapan bisa menjadi pemersatu masyarakat Madura. Karena sebelumnya, klub-klub Madura yang ada waktu itu masih identik dengan nama kabupaten masing-masing, seperti Persepam Pamekasan, Perssu Sumenep, Persesa Sampang, dan Perseba Bangkalan.

“Niat saya hanya satu, memberikan kebanggaan dan hiburan bagi masyarakat Madura. Kami bangga dengan nama Madura United,” ucap Prof. Achsanul waktu memperkenalkan Madura United ke publik 2016 silam. (ak/zul)