Anak Yatim Berdarah Pamekasan yang Tak Pernah Menolak Keinginan Ibunya Itu Kini Jadi Jenderal Bintang Dua

Media Jatim
Irjen Eko Budi Sampurno
(Dok. Tribuntimur.com) Irjen Polisi Eko Budi Sampurno saat masih menjabat sebagai Kapolda Sulawesi Barat dan belum naik pangkat Inspektur Jenderal Tahun 2020.

Pamekasan, mediajatim.com — Masyarakat Pamekasan patut berbangga hati, sebab, ada salah seorang putra daerah yang memiliki karir moncer di institusi Polri.

Putra daerah tersebut yakni Wakil Kepala Lembaga Pendidikan dan Pelatihan Kepolisian Republik Indonesia (Wakalemdiklat Polri) Inspektur Jenderal (Irjen) Polisi Eko Budi Sampurno.

Jenderal bintang dua lulusan Akademi Kepolisian (Akpol) angkatan 1989 tersebut tercatat sebagai taruna yang cerdas.

Sejak masuk Akabri 1989 (sekarang Akademi TNI, red) hingga Sekolah Staf dan Pimpinan Tinggi (Sespimti) Sespim Lemdiklat Polri 2014, Eko selalu masuk peringkat 10 besar.

“Kedua orang tua saya dari Desa Prekbun, Kecamatan Pademawu, dan hingga saat ini, saya bangga menjadi orang Madura,” ungkapnya saat diwawancarai mediajatim.com, Senin (13/3/2023).

Baca Juga:  Ketum PPP Ternyata Kena Kutukan Orang Madura

Menurut mantan Kapolda Sulawesi Barat itu, karirnya yang cukup cemerlang saat ini tidak lepas dari doa kedua orang tuanya, terutama sang ibu.

“Saya dari awal tidak bercita-cita menjadi polisi, tapi cita-cita saya adalah sekolah gratis, saya dari sekolah dasar (SD) hingga S3 itu beasiswa semua, Alhamdulillah dilancarkan, tentu berkat doa kedua orang tua,” bebernya.

Eko sedikit mengisahkan, bahwa dulu, bapaknya meninggal saat dia masih duduk di kelas dua SD dan ibunya menjadi orang tua tunggal sejak dirinya kecil.

“Makanya dari kecil saya bercita-cita mendapat sekolah atau belajar gratis, agar tidak menyusahkan ibu, dan saya tanamkan itu dari kecil,” tuturnya.

Baca Juga:  Cerita Ibu Muda di Pamekasan Ikut Kontes Foto Bayi Harus Bayar Rp100 Ribu dan Hadiahnya Senilai Rp15 Ribu

Seja kecil itu, semua perintah atau yang ibunya inginkan, kata Eko, tidak mungkin tidak dilakukannya, sebab, sosok ibu adalah segalanya bagi hidupnya.

“Ibu itu adalah azimat, penguat dan hingga beliau wafat pada umur 82 tahun, saya tidak pernah menolak kemauan beliau, meski begitu saya merasa belum berbakti kepadanya,” pungkasnya.(rif/ky)