Berita tentang dugaan fraud atau penipuan uang berjumlah Rp60 miliar dalam beberapa hari ini mewarnai ruang baca masyarakat Madura.
Link berisi sajian informasi tentang penipuan ‘super keren’ bertebaran di WhatsApp Group (WAG), ruang diskusi maya media sosial, dan tentu, dampaknya sangat dahsyat.
Menurut analisis penulis, dampak yang paling sederhana yaitu, sebagian masyarakat yang selama ini menaruh rasa aman dan percaya terhadap dunia perbankan kini mulai sedikit ketar-ketir.
Fraud yang diduga melibatkan oknum warga biasa dan pegawai bank di Sumenep ini menyebar sangat cepat.
Dugaan penipuan hingga Rp60 miliar yang diberitakan salah satu media di Jawa Timur (mediajatim.com) terjadi di Kantor Cabang Pembantu (KCP) Bank Syariah Indonesia (BSI) Sumenep.
Modus penipuannya ialah dengan cara mendebet dana pinjaman yang masuk ke nasabah ke rekening oknum yang diduga pelaku.
Berita dugaan penipuan uang mencapai Rp60 miliar ini tentu memukul nalar pembaca di Kabupaten Sumenep. Alasan normatifnya, ini duit besar.
Di tengah ekonomi warga yang sedikit menurun justru viral pemberitaan dugaan penipuan uang dengan nominal miliaran rupiah, maka, pertanyaan mendasar yang juga hadir, bagaimana hal ini bisa terjadi?
Ancaman Masa Depan Dunia
Perbankan
Realitas fraud atau penipuan uang hingga tembus Rp60 miliar di KCP BSI Sumenep ini menjadi tamparan dalam ruang baca masyarakat.
Perjalanan dunia perbankan di Madura, khususnya Kabupaten Sumenep, sedang diuji. Hal ini bukan hanya persoalan duit yang lembarannya sangat tebal. Akan tetapi, kejadian ini menjadi materi pembelajaran tentang rasa aman dan sikap amanah pada dan bagi institusi dengan sistem yang sudah dianggap mapan selama ini.
Sajian media dalam beberapa hari ini, mulai dari cetak, online, radio hingga televisi mengabarkan secara berkelanjutan tentang fraud. Sehingga, dampaknya begitu kuat dirasakan oleh warga.
Lalu, pertanyaan kedua yang muncul atas fraud ini, bagaimana kekuatan sistem di institusi KCP BSI Sumenep sehingga bisa ditimpa ‘musibah’ ini?
Akankah kejadian ini kembali terulang dan membuat nasabah menjauh? Semoga kejadian ini segera terselesaikan.(*)
*Penulis adalah Zaitur Rahem, peneliti dan pengamat sosial. Tinggal di Kecamatan Guluk-Guluk, Sumenep.