Display 17 Agustus _20240918_112934_0000

Mahasiswa Pamekasan Kena Gendam via Telepon, Uang Beasiswa Ludes dan Tiba-Tiba Terdaftar Pinjol

Media Jatim
Mahasiswa Pamekasan
(Dok. Jago) Ilustrasi penipuan via online.

Pamekasan, mediajatim.com — 12 April 2023 adalah hari buruk, bahkan, hari terburuk bagi Moh. Sirojul Umam (20).

Pada hari itu, menjelang buka puasa, mahasiswa salah satu kampus swasta di Pamekasan tersebut kehilangan duit Rp3,8 juta.

Uang itu tidak jatuh atau ketinggalan di suatu tempat. Tidak pula dipinjam atau dibawa kabur seorang teman keluar kota. Tidak dan sungguh tidak.

Uang yang tersimpan di rekeningnya itu raib saat dirinya menerima telepon seseorang yang tidak dia kenal.

Mirisnya lagi, uang itu adalah Beasiswa Kartu Indonesia Pintar (KIP) Kuliah miliknya yang cair pada akhir Maret 2023.

Kepada mediajatim.com, mahasiswa yang beralamat di Desa Plakpak, Kecamatan Pegantenan itu menceritakan, orang tak dikenal yang telah meneleponnya melalui WhatsApp tersebut mengatasnamakan pihak Shopee.

Nomornya tidak lumrah, yakni +1(201)6214749 dengan profile picture WhatsApp Shopee. “Yang menelepon seorang laki-laki,” kata mahasiswa yang akrab disapa Umam itu, Senin (17/4/2023).

“Laki-laki ini menawarkan akan memberikan voucher Shopee sebesar Rp2 juta, setelah itu, saya tidak ingat bagaimana komunikasi selanjutnya, sebab, saya sudah tidak sadar,” imbuhnya.

Telepon dari orang tak dikenal ini berlangsung 54 menit 11 detik. Saat menerima telepon itu, dia mengaku tidak menyadari banyak hal bahkan terhadap apa yang dia lakukan.

Baru setelah telepon terputus dia sadar dan melihat KTP dan ATM-nya sudah berantakan. Dia juga akhirnya menyadari ada kurang lebih enam kode One Time Password (OTP) yang masuk ke handphone-nya.

Baca Juga:  NY Beri Tali Asih Rosiya, Janda Malang di Ledokombo

“Saya tak mengira akan kehilangan uang yang saya rencanakan untuk membeli laptop pascalebaran nanti, sebab, saya menganggap itu telepon biasa,” tutur Umam dengan raut wajah sedih.

Penipuan via telepon bermodus hadiah voucher tersebut terputus setelah Amam disadarkan oleh iparnya, Moh. Muhri.

“Kata ipar, di awal saya memang mengakui kalau itu penipuan. Akan tetapi, saya tetap tidak mau mematikan dan melepaskan smartphone yang saya genggam dan tetap berkomunikasi dengan pelaku,” jelasnya.

Usai sadar, Umam pun bergegas mengecek transaksi di mobile banking-nya, dan ternyata, yang awalnya bersaldo Rp3,9 juta hanya tersisa Rp177 ribu.

Banner Iklan Media Jatim

“Ada empat sampai lima kali transaksi saya cek di banking, diambil secara berangsur,” bebernya.

Tidak selesai di situ, pelaku ternyata juga mendaftarkan Amam ke salah satu aplikasi Pinjaman Online (Pinjol) Easycash.

Amam terbelit pinjaman Rp3,1 juta dengan angsuran Rp903 ribu setiap bulannya selama enam bulan ke depan.

“Keesokan harinya ada dana masuk ke rekening sebesar Rp3,1 juta, saya kira pelaku ingin mengembalikan uang yang diambil, ternyata tidak, saya didaftarkan secara tidak sadar ke Easycash dan saya menemukan aplikasi tersebut terinstal di handphone padahal saya tidak menginstal,” terangnya.

Umam mengaku sedikit trauma pascakejadian ini. “Kalau ada nomor masuk nelepon atau ada dering telepon, saya pasti langsung ingat uang saya yang dikuras penipu dan pinjaman online Easycash yang bunganya cukup besar,” akunya.

Baca Juga:  FEB UNIJA Gelar Yudisium, Dekan Harap Spirit Belajar 247 Lulusan Tak Pernah Padam! 

Mahasiswa semester 4 Prodi Teknik Informatika tersebut juga mengaku sudah mendatangi Bank BRI untuk berkonsultasi terkait penipuan yang menguras isi rekening KIP Kuliahnya.

“Pihak bank menyarankan agar mengubah nomor handphone dan tidak memberitahukan kepada siapa pun nomor kartu ATM serta tidak mudah menerima telepon dari nomor baru, apalagi dengan modus undian voucher,” paparnya.

Dia berharap kejadian ini tidak terulang kepada dirinya atau kepada siapa pun. “Semoga kita semua terhindar dari dunia tipu-tipu ini,” harapnya.

Meskipun dirundung trauma, Umam menyatakan tidak akan berdiam diri dengan keterpurukan. Segala upaya akan dilakukannya agar uangnya bisa kembali.

Manakala uangnya yang sudah raib tidak kembali, Umam akan pasrah kepada Yang Maha Kuasa. Terpenting aksi penipuan tersebut tidak makin menjadi-jadi dan memakan banyak korban.

Umam mengajak berbagai elemen masyarakat untuk tidak mudah percaya kepada siapa pun. Sebab, adakalanya kepercayaan yang diberikan justru disalahgunakan. Bahkan, dapat berujung pada penipuan yang sudah pasti merugikan korbannya.

“Sebagai korban, saya tidak akan menyerah begitu saja. Saya juga mengimbau kepada mahasiswa dan seluruh lapisan masyarakat untuk super waspada di tengah maraknya penipuan via online. Jika dulu penipuan berwujud nyata, kini ternyata juga merebak dan cukup meresahkan juga di dunia maya,” terang Umam. (rif/ky)