web media jatim
Brosur UIJ Sosial Media-01
Segenap pimpinan dan karyawan_20250605_201559_0000
10_20250605_164323_0009
3_20250605_164323_0002
5_20250605_164323_0004
Display Pancasila dan Lebaran 2024_20250605_233152_0000

Asal Kutukan Dusun Pocang

Media Jatim

Oleh: Habibullah Salman

2_20250605_164322_0001
7_20250605_164323_0006
4_20250605_164323_0003
12_20250605_164323_0011
1_20250605_164322_0000

Dahulu kala, di dusun Pocang ada keluarga kaya. Suaminya sebagai saudagar yang acapkali menjajakan barang dagangannya ke daerah Jawa. Istrinya tinggal di belakang.

9_20250605_164323_0008
8_20250605_164323_0007
5_20250605_164641_0004
11_20250605_164323_0010

Setiap kali pulang, si suami tidak enak hati karena di sekitar rumah ada banyak puntung rokok. Dia curiga. Tapi dia simpan untuk sementara dalam hati. Lama dipendam, juga tidak enak. Malah semakin sesak. Gelagat dirinya juga berubah ketika bercengkrama dengan sang istri. Kali ini si istri curiga dengan sikap suaminya.

6_20250605_164323_0005
2_20250605_164641_0001
3_20250605_164641_0002
8_20250605_164641_0007
Salinan dari Kantor Kementerian Agama Kabupaten Sampang_20250606_103712_0000

Ketika si suami berterus terang, terjadilah percekcokan. Istrinya tidak menerima kecurigaan tersebut dan suaminya juga minta penjelasan tentang serakan puntung rokok tersebut. Penjelasan istri tetap tidak memadamkan kecurigaannya.

Baca Juga:  Pelaku Rasisme Sudah Diproses Hukum, Papua Aman dan Damai

Begitulah curiga jika campur aduk dengan cemburu. Mirip anak panah yang menembus daging. Mudah masuk, namun sangat sulit untuk dikeluarkan, kecuali dengan merobek daging karena anak panah yang dikeluarkan dengan paksa.

Si suami curiga dan cemburu sebab istrinya memang cantik. Primadona desa. Tentu dia juga paham bahwa banyak orang yang menyukai istrinya baik ketika dia masih gadis atau saat sekarang ketika sudah menjadi permaisurinya. Cukup dengan sepuntung rokok yang terdedah di halaman cukup membuatnya cemburu dan curiga setengah mati.

IMG-20250502-WA0029
IMG-20250502-WA0027
IMG-20250502-WA0028
IMG-20250502-WA0031
IMG-20250502-WA0030
IMG-20250604-WA0240
4_20250605_164641_0003
6_20250605_164641_0005
1_20250605_164641_0000

“Jalan satu-satunya untuk meyakinkanmu adalah dengan membunuhku,” kata istrinya.

“Satu-satunya kemuliaan istri ketika suaminya bisa mempercayainya. Nyawaku bisa menebus harga diriku itu,” lanjutnya lagi.

Baca Juga:  Mengamalkan Gaya Hidup Sehat tanpa Takut Karbohidrat

Tentu saja tidak segera suaminya setuju dengan usul tersebut. Namun istrinya memaksa dan memaksa karena merasa tidak ada jalan lain untuk menghilangkan kecurigaan suaminya. Akhirnya suaminya sepakat.

“Jika nanti darahku berbau busuk, benarlah kecurigaanmu. Jika harum, engkau telah melakukan kesalahan besar dan ia akan jadi kutukan bagi keturunanmu kelak,” kata istrinya dingin.

“Kutukan apa?”

“Biar mereka juga merasakan perih yang kurasakan. Mereka yang kaya dan cantik akan mengalami nasib serupa denganku,” jawab istrinya.

Sebagaimana sohibul hikayat bertutur, darah yang keluar dari tubuh wanita itu harum. Kutukan pun benar-benar terjadi hingga hari ini.

Berita baiknya, kutukan tersebut memiliki kelemahan. Jika titik kelemahan tersebut disundul, kutukaannya menjadi paralyzed, lumpuh. Berdasarkan kajian dua sarjana yang saya wawancarai, ada beberapa strategi yang bisa melumpuhkan kutukan tersebut. Apa saja itu? jawabannya ada pada tulisan selanjutnya.