Jadi Pemateri dalam Sosialisasi Pencegahan Stunting BKKBN, Annisa Ajak Calon Ibu Penuhi Gizi dengan Baik

Media Jatim
Stunting
(Fitria M/Media Jatim) Sekretaris Umum Yayasan Qudsiyah UNIBA Madura Annisa Zhafarina Qosasi saat memaparkan materi stunting kepada para peserta di Gedung PKP-RI Pamekasan, Kamis (5/10/2023).

Pamekasan, mediajatim.com — Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) menggelar Sosialisasi dan KIE Program Bangga Kencana dan Percepatan Penurunan Stunting Bersama Mitra Kerja di Gedung PKP-RI Pamekasan, Kamis (5/10/2023).

Acara yang mengusung tema “Remaja Keren Cegah Stunting” ini dihadiri oleh 650 peserta, yang terdiri dari anak muda tingkat SMA dan mahasiswa.

Salah seorang narasumber dalam kegiatan ini Sekretaris Umum Yayasan Qudsiyah UNIBA Madura Annisa Zhafarina Qosasi.

Annisa memulai materinya dengan mengatakan bahwa stunting merupakan masalah gizi kronis yang disebabkan oleh banyak faktor.

“Menurut WHO suatu wilayah dianggap kronis kalau stuntingnya lebih dari 20 persen dan Indonesia di tahun 2022 berada di angka 21,6 persen. Jadi saat ini Indonesia masih kronis,” ungkapnya,

Lebih lanjut Annisa memaparkan, ada dua kabupaten di Madura yang masih tinggi angka stuntingnya.

Baca Juga:  PMB Geruduk Kantor Dishub Bangkalan, Minta Truk Garam Penyebab Banyak Kecelakaan Ditindak Tegas

“Bangkalan dan Sumenep angka stuntingnya masih tinggi. Sementara untuk Pamekasan dan Sampang sudah rendah. Jadi dua kabupaten ini sudah dianggap bisa mengatasi masalah-masalah stunting.” ujarnya.

Meskipun Pamekasan dan Sampang dinilai mampu menekan angka stunting, Annisa mengimbau kepada para peserta yang akan menikah untuk tetap menjaga kesehatan agar bayi yang dilahirkan terhindar dari stunting.

Apalagi saat ini, lanjut Annisa, sangat marak nikah muda. Bisa dikatakan, satu satu dari 10 remaja menikah di bawah usia 19 tahun.

“Ada lebih dari 200 ribu bayi lahir saat ibunya usia 15 sampai 19 tahun. Kehamilan remaja ini mempengaruhi tumbuh kembang mereka. Dari berat lahir bayi, resiko hipertensi saat kehamilan dan lainnya,” terangnya.

Karena itulah, terang Annisa, edukasi terkait stunting berkaitan erat dengan pencegah pernikahan di usia remaja.

Baca Juga:  Puluhan Wartawan Pamekasan Temui Langsung Wakil Ketua Baleg DPR RI: Tolak RUU Penyiaran!

“Menikah di usia remaja akan berpengaruh pada kecerdasan anak serta status kesehatan saat dewasa. Bahkan hal ini juga akan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi kita. Karena harusnya usia 18 tahun ke atas sudah produktif, namun menjadi tidak produktif karena punya bayi stunting,” jelasnya.

Annisa menilai langkah pemerintah sudah cukup bagus untuk mencegah stunting, namun perlu pencegahan dari diri sendiri.

“Poin penting mencegah stunting itu kesehatan dari ibunya, gizi yang cukup, lingkungan yang bersih, cek ke dokter, dan penyuluhan seperti kegiatan ini,” pungkasnya.

Selain Annisa, para narasumber yang juga turut hadir dan menyampaikan materi dalam kegiatan ini yakni Kepala Perwakilan BKKBN Provinsi Jawa Timur Maria Ernawati dan Akademisi Masyitho Mirza.(mj15/faj)