Oleh: Untung Wahyudi
Manusia adalah sebaik-baiknya makhluk yang oleh Tuhan diberikan berbagai kelebihan dan keterampilan yang mampu membuat seseorang berguna bagi orang lain. Ada yang diberi kemampuan mengajar, berorganisasi, hingga kemampuan untuk saling berbagi kepada orang-orang yang membutuhkan dan memiliki keterbatasan.
Namun, kadang manusia belum menyadari berbagai kelebihan yang diberikan Tuhan, sehingga ia justru baru menyadarinya saat Tuhan memberinya sebuah ujian dan cobaan yang cukup berat dalam hidup. Memang tak dapat dimungkiri bahwa, ujian dan cobaan membuat seseorang lebih bersemangat untuk menjalani hidup karena Tuhan masih memberikan kesempatan kedua untuk berbuat sesuatu yang bermanfaat.
Pengalaman yang ditulis Irfan, Rago, dan Fajar dalam buku Second Chance ini akan membuat pembaca sadar, betapa berharganya kesempatan kedua dalam hidup. Bahwa segala ujian dan cobaan akan membuat seseorang lebih menggebu-gebu menjalani kehidupan yang memang sangat kompleks.
Ketiga pemuda yang berbagi kisah dalam buku ini adalah sebagian dari sekian banyak orang yang oleh Tuhan diberikan kesempatan hidup setelah melalui berbagai peristiwa dan musibah yang nyaris merenggut nyawa mereka. Rago, misalnya. Mahasiswa UPI ini harus bersabar serta pasrah saat tangan kanannya harus cacat dan terkulai lemah. Kecelakaan yang menimpanya saat melakukan pendakian dan panjat tebing bersama komunitasnya itu mengubah hidup Rago. Dari seorang pemuda yang aktif, hingga menjadi seorang yang lemah. Ia jatuh dari ketinggian lima belas meter.
Rago tak pernah menduga kalau Tuhan akan memberinya ujian seberat itu, hingga ia merasa hidupnya benar-benar akan berakhir. Meskipun sempat drop dan stres karena merasa ujian itu begitu berat, akhirnya ia kembali bersemangat berkat dukungan teman-temannya yang datang membesuk. Berkat doa dan semangat dari sang Ibu jugalah akhirnya Rago bertekad untuk kembali bangkit, bahkan ia memutuskan untuk kembali ke kampus dengan segala keterbatasan fisiknya (hlm 50).
Beda kisah dengan Irfan, pemuda yang harus cacat dengan berjalan menggunakan tongkat setelah mengalami musibah. Sejak kecil, Irfan suka olah raga, dari futsal hingga badminton. Tapi saat SMA, karena di sekolah tempatnya belajar tidak ada eksrakurikuler yang sesuai dengan minatnya, akhirnya ia bergabung dengan pencinta alam. Begitu juga ketika di kampus.
Namun, sebuah musibah membuat ia harus terbaring di rumah sakit. Ia terempas dari ketinggian sepuluh meter papan panjat tebing di kampus. Tubuhnya mengalami kelumpuhan. Hanya kepala dan tangan yang bisa bergerak. Ia sempat bertanya dalam hati ketika tubuhnya terpelanting ke atas aspal. Sanggupkah ia menjalani hidup dengan segala keterbatasan? Tapi, ternyata Tuhan masih sayang dan memberikannya kesempatan kedua untuk menjalani hidup. Kesempatan yang tak boleh diabaikan.
Ia tak pernah membayangkan jika harus menggunakan kursi roda. Ia yang selama ini aktif harus benar-benar sabar dan pasrah atas ujian hidup yang diberikan kepadanya. Ia tetap bersemangat berkat dukungan moril dari teman-temannya. Ia pun sempat menyambangi sekretariat organisasi kampusnya setelah beberapa bulan dirawat di rumah sakit (hlm. 77).
Sementara itu, Fajar, pemuda yang aktif di sekolah ini pernah bergabung dengan PASKIBRA Kabupaten. Bersama teman-temannya ia berhasil mengharumkan nama sekolah karena berhasil lolos seleksi PASKIBRA, bahkan pernah dikirim ke Provinsi. Namun nahas, saat pulang dan menumpang motor temannya, ia terjatuh dan diseret sebuah truk kontainer. Meskipun nyawanya selamat, tapi dia harus menjalani beberapa operasi sebelum akhirnya divonis tidak bisa berjalan dan diamputasi. Tapi, diagnosis dokter ternyata salah, ia tidak jadi diamputasi. Tuhan masih memberinya kesempatan kedua untuk hidup lebih baik (hlm. 116).
Semangat untuk kembali bangkit setelah mengalami pelbagai musibah yang dialami Irfan, Rago, dan Fajar dalam buku ini menjadi penyemangat bagi banyak orang, terutama yang memiliki keterbatasan fisik. Baik karena bawaan sejak lahir, ataupun karena sebuah musibah atau kecelakaan yang dialami. Mereka membuktikan bahwa hidup harus tetap berjalan, meskipun dengan keterbatasan fisik. Buku yang sangat inspiratif karena mengajarkan kita untuk tidak pernah berputus asa. (*)
Data Buku
Judul : Second Chance; Lampaui Batasmu!
Penulis : Irfan, Rago, Fajar
Penerbit : Pastel Books, Bandung
Cetakan : Pertama, 2016
Tebal : 172 Halaman
ISBN : 9786020851709
*) Untung Wahyudi, lulusan UIN Sunan Ampel, Surabaya