Dokter Ahli Bisa Ular Jadi Pemateri Webinar RSUD Smart Pamekasan: Indonesia Sudah Beli Antivenom!

Media Jatim
Ular
(Dok. alodokter.com) Sejumlah tenaga kesehatan mengambil bisa ular.

Pamekasan, mediajatim.com – RSUD dr. H. Slamet Martodirdjo (Smart) Pamekasan menggelar Webinar tentang Tata Laksana dan Pelaporan Kasus Snake Bite (Gigitan Ular), Rabu (22/5/2024).

Hadir sebagai pemateri dalam seminar online ini, Dokter Spesialis Emergency Medicine Subspesialis Toksikologi Kemenkes RI dr. Tri Maharani.

Perempuan yang akrab disapa dr. Maha itu menjelaskan, ular memiliki indra yang peka terhadap getaran sehingga dengan mudah mendeteksi keberadaan manusia dan hewan lain di sekitarnya.

“Indranya terletak di sisik bagian perut. Sedangkan lubang di antara mata dan mulutnya berfungsi sebagai thermosensorik yang mengetahui perubahan suhu karena keberadaan manusia,” paparnya, Rabu (22/5/2024).

Di Pamekasan, lanjut dr. Maha, kasus yang paling banyak dilaporkan adalah pasien dengan gigitan ular tanah. “Ular tanah adalah kasus yang mendominasi dan paling banyak menyebabkan kematian,” tambahnya.

Baca Juga:  Fakultas Kesehatan UIM Gelar Sumpah Profesi dan Yudisium, 41 Mahasiswa Dinyatakan Kompeten

Selain ular tanah, lanjut dr. Maha, jenis ular yang gigitannya juga menyebabkan banyak kematian adalah kobra.

“Ada kobra Jawa, kobra Sumatera, dan king kobra. Kemudian juga ular weling, elang dan daun. Jadi penanganannya nanti harus berdasarkan jenis ularnya apa,” tuturnya.

Secara umum, ungkap dokter ahli bisa ular satu-satunya di Indonesia itu, ular memiliki racun yang menyerang saraf (neurotoksin) dan racun yang menyerang darah (hemotoksin).

“Untuk antivenom kami sudah membeli dari Thailand dan Australia. Namun keterbatasannya, belum banyak dokter di Indonesia yang bisa mengidentifikasi jenis ular, maka tahun ini kami hanya membeli polineuro dan polihemato,” terangnya.

Baca Juga:  Ditemukan Residu Antibiotik pada Daging Ayam, Spesialis Mikrobiologi RSUD Smart Minta Waspada!

Apabila di Pamekasan ada warga yang digigit ular dan mengalami pendarahan, ujar dr. Maha, maka penanganannya dengan polihemato.

“Sedangkan untuk kasus pasien yang datang dengan gejala mitosis, gagal napas, maka diberikan polineuro. Namun sebelum itu, pasien harus dipasang ventilator agar pernapasannya lancar kembali,” ujarnya.

Lebih lanjut dokter sekaligus Staf Ahli Hewan Berbisa dan Tumbuhan Beracun Kemenkes RI itu menerangkan, pencegahan adalah yang paling utama.

“Jika anda bekerja di tempat yang potensial ular bersarang, seperti semak belukar dan berlubang, maka pakailah APD untuk melindungi diri dari gigitan ular,” tutupnya.(fit/faj)