Akademisi UIM: Masyarakat Tak Lagi Terkungkung Figur Kiai atau Santri di Pilkada Pamekasan 2024

Media Jatim
Akademisi UIM Moh subhan
(Dok. Media Jatim) Akademisi UIM Mohammad Subhan.

Pamekasan, mediajatim.com — Akademisi Universitas Islam Madura (UIM) Mohammad Subhan mengatakan bahwa nilai-nilai fanatisme kelompok di Pilkada Pamekasan 2024 akan tergerus.

Pemicunya, kata Warek I UIM itu, yakni hadirnya kelompok milenial yang mulai berpikir rasional.

Selain itu, perjalan pemerintahan Pamekasan dari periode ke periode telah membuat masyarakat belajar lebih terbuka dan obyektif.

“Saya kira, hari ini masyarakat memilih bukan karena calon itu diusung oleh partai apa ataupun pesantren tertentu. Masyarakat bisa berpikir rasional, dan tentu dengan demikian akan lebih dinamis tahun ini,” terang dia, Minggu (14/7/2024).

Subhan juga menyebut bahwa saat ini para tokoh pilar–yang disebut sebagai para pilar–tidak akan tampil pasang badan untuk calon tertentu sebagaimana Pilkada Pamekasan tahun-tahun sebelumnya.

Baca Juga:  Jemaah Haji Asal Sumenep Wafat di Makkah karena Sesak Napas dan Hb Rendah

Apalagi, kata Subhan, saat ini para elit tidak agresif dan masih wait and see. “Elit partai sepertinya tengah alot berpikir sosok yang benar-benar akan dipilih masyarakat. Misal ke Kiai Kholil, partai sepertinya melihat kemampuan finansial beliau,” paparnya.

Dia memprediksi akan ada dua poros di Pilkada Pamekasan 2024. Pertama, poros Achmad Baidowi. Kedua, KH. Kholilurrahman.

“Kalaupun ada tiga poros, saya kira hanya alternatif. Di Pamekasan ini sejak 20 tahun terakhir mengemuka tiga poros. Namun di detik-detik pendaftaran selalu dua poros,” tuturnya.

Baca Juga:  Terjerat Kasus Korupsi Dana Hibah, Wakil Ketua DPRD Jawa Timur Terjaring OTT KPK

Subhan juga mengatakan bahwa masyarakat Pamekasan saat ini tidak akan terkungkung ke figur kiai, santri dan birokrat.

“Apalagi pemilih milenial. Akan lebih memilih figur yang karakternya transformatif. Yang bisa mengaver kepentingan olahraga, hiburan dan musik,” bebernya.

Dia juga menilai, masyarakat tidak akan lagi fanatik kepada sosok. Masyarakat akan melihat gagasan, karakter dan cara figur melayani masyarakat serta mengerti kebutuhan masyarakat.

“Saya kira PR para kandidat ialah harus mampu dan berkomitmen mengaver kebutuhan masyarakat. Misal di Pantura ada masalah kekeringan. Ini harus mampu diatasi,” pungkasnya.(**/ky)