Opini  

PMII dan Pilgub

Media Jatim

Suasana mulai memanas menjelang Pemilu, salah satu diantaranya Pilgub Jawa Timur seiring dengan memanasnya kondisi, pastilah terdapat yang namanya perbedaan pandangan masyarakat apalagi masalah pilihan untuk dijadikan jagoan pemenang dalam kontestasi ini.

Tidak ketinggalan kaum Mahasiswa yang notabene hidup di dalam dunia miniatur negara apalagi Mahasiswa yang aktif di organisasi intra maupun extra, salah satunya yaitu Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII).

Beberapa hari sebelumnya ada beberapa pertanyaan dari kader PMII yaitu, “Apakah PMII boleh mendukung salah satu dari calon Gubernur Jawa Timur?”

Saya langsung berprasangka, “Pasti ini yang dimaksud adalah Ibunda Khofifah,” karena beliau merupakan senior PMII.

Saya merasa sebagai kader PMII harus menjawab pertanyaan itu. Kita tahu bahwa PMII adalah organisasi kemahasiswaan dan bukan organisasi politik, sehingga secara kelembagaan PMII tidak etis menyatakan dukungan terhadap salah satu calon.

Namun secara personalitas, kader PMII boleh-boleh saja memilih siapapun diantara dua kandidat dan sewajarnya serta sepatutnya kader PMII memilih Ibunda Khofifah berdasarkan alasan beliau merupakan Senior PMII yang pada hakikatnya ideologi dan haluan keorganisasiannya sama semasa menjadi
Mahasiswa, yaitu dalam satu naungan PMII.

Baca Juga:  Tolak RUU Omnibus Law, Ribuan Mahasiswa di Pamekasan Banjiri Kantor DPRD

Setelah itu ada satu pertanyaan lagi, “Apakah Boleh kader PMII membawa lambang PMII saat ada acara yang dihadiri atau diadakan oleh Bunda?”

Saya kira itu tidak masalah karena itu merupakan bentuk refleksi rasa bangga kader PMII memiliki senior dari kaum hawa yang mampu berkontestasi dalam pemilu ini dengan membawa misi perubahan, apalagi beliau merupakan Senior PMII yang telah banyak mengabdi di PMII, salah satunya pernah menjabat sebagai Ketua KOPRI PMII Cabang Surabaya, Ketua Cabang PMII Surabaya, dan Ketua KOPRI PB PMII, sehingga ketika kader PMII membawa lambang PMII, bukan berarti itu adalah bentuk pernyataan dukungan PMII terhadap salah satu calon secara kelembagaan organisasi.

Analoginya adalah ada salah satu Alumni Pondok Pesantren yang menjadi calon Gubernur sementara pondok tersebut tidak ikut andil dalam kancah politik, suatu ketika ada salah satu santri pondok tersebut membawa atribut Pondoknya dalam mengikuti acara yang diadakan atau dihadiri oleh calon yang merupakan satu naungan pondok dengannya, dengan alasan bentuk rasa bangga dirinya karena satu naungan lembaga, hal itu saya kira sah-sah saja.

Baca Juga:  Menakar Masa Depan Lembaga Pendidikan NU

Kesimpulannya adalah bahwa secara kelembagaan PMII tidak etis jika menyatakan dukungan terhadap salah satu calon. Akan tetapi secara personalitas sah-sah saja Kader PMII memilih di antara kedua calon akan tetapi alangkah lebih baik jika Kader PMII memilih calon yang satu darah secara kulturalitas keorganisasian agar lebih yakin terhadap pandangan kedepan untuk Jawa Timur lebih baik. Dan ketika ada salah satu kader PMII membawa lambang atau Bendera PMII itu merupakan suatu refleksi rasa bangga kader PMII memiliki senior PMII yang akan menjadi pemimpinnya di tingkat Provinsi dan apa yang dilakukanya boleh-boleh saja karena hal itu bukan berarti bentuk pernyataan dukungan PMII secara kelembagaan.

Penulis: Abd Rohim