Opini  

Berbaur: Muda dan Ganteng, Itu Saja!

Pilkada itu adalah sebuah proses mencari pemimpin. Dalam proses ini saya juga menjadi bagian untuk mengarahkan kepada pasangan calon tertentu pilihan yang saya anggap baik. Tentu, baik menurut saya, dan ini subjektif. Menentukan kebaikan, saya punya indikator sendiri untuk menilai baik dan tidak yang tentu tidak sama dengan indikator yang orang lain gunakan sebagai alat ukur kebaikan.

Kalau dalam sebuah kontestasi, penilaian itu tidak akan berjalan searah. Artinya, tidak hanya memberikan penilaian kepada satu pasangan, tetapi juga kepada semua pasangan yang mengikuti kontestasi itu. Untuk menilai yang satu lebih baik daripada yang lain, mau atau tidak mau pendekatan melalui perbandingan harus dilakukan. Dalam perbandingan ini keterbatasan pengetahuan seseorang bisa berlaku, seperti perbandingan yang saya lakukan dan perbandingan yang orang lakukan. Makanya dari awal dikatakan bahwa ini adalah subjektif. Jadi, apabila nanti ada yang mengatakan bahwa penilaian yang saya lakukan adalah subjektif, begitulah adanya.

Jika subyektivitas yang saya lakukan akhirnya melahirkan sebuah penilaian, dan menyeret orang untuk bersepaham dengan saya itu artinya seseorang itu mempunyai kesamaan dengan saya, atau percaya terhadap cara saya menilai, memandang dan berpihak. Bersandar kepada cara pandang orang itu disebut dengan percaya, bahwa apa yang diputuskan orang itu mengandung kebaikan tanpa ada perdebatan alot dan panjang.

Baca Juga:  Pembukaan Tahun Ajaran Baru dan Sistem Pembelajaran di Masa Pandemi

Dalam kontestasi Pilkada Pamekasan, saya sebagai warga negara yang baik harus menentukan pilihan. Seperti yang disampaikan diawal. Berdasarkan keterbatasan penilaian, saya melihat pasangan “Berbaur” lebih baik dari pasangan lainnya. Kenapa sebab? Karena pasangan Berbaur itu muda dan ganteng. Ia, pokoknya saya suka itunya. Kalau masalah pengalaman, visi misinya, dan tetek bengeknya, kedua pasangan tidak jauh beda. Namanya mau jualan, pasti promosinya yang terbaik.

Buat saya muda dan ganteng itu adalah modal untuk memimpin. Ingat, ini buat saya. Kalau ditanyakan hasil penelitian secara ilmiah, apakah ada hubungan antara ganteng dan muda terhadap kepemimpinan seseorang, saya tidak bisa jawab. Namanya, juga subjektif. Pokoknya begini, saya pribadi sangat suka kalau punya pemimpin muda dan ganteng. Urusan visioner, progresif, inovatif, kreatif, dan tetek bengek lainnya, tidak tahulah. Muda, ganteng, titik!

Baca Juga:  Marah-Marah Soal Rumput Stadion Pamekasan, Nyatanya Nyinyir

Memang bicara kepemimpinan saya tidak terlalu paham, apalagi pemerintahan. Maka dari itu, sesederhana itu penilaian saya. Mau berdebat panjang lebar tentang program, sementara ini saya tidak tahu program yang konkret masing-masing calon, yang saya tahu programnya pemasangan baleho dan bagi-bagi kalender. Sejauh ini samalah.

Melemah apapun saya, juga boleh mengajak orang untuk sama pilihannya dengan saya. Meski kelihatannya lucu, karena saya bukan siapa-siapa. Sebab, patron kita selama ini dalam konteks pilkada Pamekasan itu cenderung kepada ulama dan tokoh masyarakat setempat. Tetapi dapat dipastikan dua figur ini sama-sama didukung oleh para ulama, selebihnya tinggal menentukan sikap berdasarkan hati nurani.

Wallahu alam!

Pamekasan, 11 Pebruari 2018

Musannan, Sekretaris Lesbumi PCNU Kabupaten Pamekasan.