PERIODE II

Karismatis Vs Diplomatis di Pilkada Pamekasan

Media Jatim

MediaJatim.com, Pamekasan – Akademisi STAIN Pamekasan, Achmad Muhlis, mengurai dua tipologi kepemimpinan yang perlu dipikirkan warga pemilih jelang pilkada serentak pada Rabu (27/6) mendatang. Yakni, dua model kepemimpinan karismatis dan diplomatis.

Kepemimpinan karismatis, terang Muhlis, merupakan gaya kepemimpinan yang mampu menarik orang banyak, membuat semua orang terkesima, semua orang terpesona dengan cara berbicaranya, bertutur kata, cara menyampaikan pesan yang dapat meyakinkan dan membangkitkan motivasi instrinsik maupun ekstrinsik seseorang, serta semangat dalam memberikan sugesti.

“Biasanya memiliki kepribadian visionaris, memiliki begitu banyak konsep dan sangat menyukai perubahan dan tantangan,” tegas Muhlis.

Tetapi, ungkapnya, salah satu kelemahan gaya kepemimpinan karismatis ini, bisa dianalogikan dengan peribahasa tong kosong nyaring bunyinya. Seorang yang memiliki tipologi kepemimpinan karismatik, biasanya mampu menarik orang untuk datang dengan “cepat percaya dengan cara bicaranya, menyakinkan orang dengan cepat pula”.

Baca Juga:  Duka Mendalam Garda Bangsa Pamekasan

Tetapi setelah beberapa lama, tambahnya, orang-orang yang datang, mengikuti atau memilihnya, ini akan merasa kecewa karena tidak konsisten apa yg diucapkan dengan tindakan yg dilakukan. Sehingga ketika diminta pertanggungjawabannya, maka ia akan memberikan seribu alasan, dan sejuta permintaan maaf, dan terus akan mengumbar janji dan janji yg sulit dipenuhi dan terpenuhi.

“Sementara kepemimpinan diplomatis, merupakan salah satu model kepemimpinan yang hanya dilakukan oleh seorang pemimpin yang memiliki kepribadian putih, yang bisa melihat kedua sisi, dengan jelas, apa yang menguntungkan dirinya, dan apa juga yang menguntungkan lawannya,” urai mantan Ketua II STAIN Pamekasan tersebut.

Diterangkan, kesabaran dan kepasifan adalah kelemahan pemimpin dengan gaya diplomatis ini. Umumnya, mereka sangat sabar dan sanggup menerima berbagai tekanan dari arah manapun. Mereka bisa menerima perlakuan yang tidak menyenangkan, disudutkan, dengan cara-cara tidak etis sekalipun, tetapi pengikut-pengikutnya yang tidak bisa menerimanya, dan hal inilah yang menyebabkan para pengikutnya meninggalkan pemimpin tersebut.

Baca Juga:  Jemparingan di Bangkalan, Padepokan Songgo Sukmo Buka Latihan Memanah ala Prajurit Kerajaan sambil Ngabuburit 

“Mereka menganggap pemimpin ini, tidak memiliki komitmen yang jelas. Padahal, sebetulnya ia memiliki sejuta ide dan gagasan yang siap dimuntahkan pada saat yang tepat, ia tidak terburu-buru untuk menentukan sikap demi kepentingan orang banyak yang lebih besar,” tegasnya.

“Itulah dua tipologi kememimpinan yang perlu ditelaah kembali dan direnungkan, agar kita para pemilih tidak terjebak pada karisma kosong tanpa isi, diplomatis semu tanpa konsep,” tukasnya.

Reporter: Agus Supriyadi

Redaktur: Sule Sulaiman