Derita Stroke, Warga Langsar Sumenep Hidup Sebatangkara

Media Jatim

MediaJatim.com, Sumenep – Matahari mulai tinggi. Langit cerah seperti biasa. Namun suasana terasa sepi. Tak ada aktifitas apapun di sepetak rumah berukuran 4×5 yang halaman rumahnya masih menyerupai tegalan kering kerontang.

Pemilik rumah, Sami’ani (60), sudah puluhan tahun hidup sebatangkara tanpa memiliki keturunan. Sekitar lima belas tahun lalu suaminya meninggal dunia.

Sejak enam tahun terakhir, Sami’ani lebih banyak menghabiskan hidupnya diatas tempat tidur yang kumuh. Sebab Sami’ani mengidap berbagai penyakit.

Diantaranya stroke dan darah tinggi. Selain tubuhnya yang sudah kurus dan renta, kini tangan kanan Sami’ani sudah tidak bisa lagi diandalkan.

Baca Juga:  Nurul Ghufron, Wakil KPK di Mata IPNU-IPPNU Jember

“Iya, stroke dan darah tinggi,” tutur Hawariya (43), keponakan Sami’ani.

Bagian dalam rumah Sami’ani tampak kumuh. Tempat tidurnya yang hanya terbuat dari ‘lencak’ sederhana, berdekatan dengan tungku memasak (dapur) dan kandang ayam.

“Ini Mas adanya,” lanjut Hawariya membenarkan.

Untuk mandi, kadang Sami’ani memanfaatkan air hujan yang di tadah menggunakan tang aspal yang berkarat. Kadang Sami’ani mendapat bantuan air dari tetangga dan keponakannya sendiri.

Sejak mengidap penyakit, Sami’ani sudah tidak bisa lagi memasak. Ia hanya mengandalkan sedekah dari tetangga untuk makan.

Banner Iklan Media Jatim

Hingga kini, menurut Hawariya, tidak ada bantuan dari pemerintah. Untuk berobat saja, ia harus mengundang dokter dari puskesmas setempat dan membayar seperti biasanya.

Baca Juga:  Diduga Curi HP, Warga Srono Ini Masuk Bui

“Ngak ada. Kecuali saya undang (dokternya),” jelasnya.

Bantuan dari pemerintah, lanjut Hawariya, sejauh ini hanya mendapat rastra (beras sejahtera) saja. Sementara untuk bantuan lainnya seperti KIS dan RTLH tidak ada.

Secara terpisah, kepala UPT Puskesmas Saronggi Nurul Latifa enggan berkomentar terkait kondisi kesehatan nenek sebatangkara tersebut.

Sebab kunjungan yang dilakukan petugas puskesmas beberapa waktu lalu ke rumah nenek Sami’ani, data medisnya diklaim bersifat rahasia.

Reporter: Nur Khalis

Redaktur: Sulaiman