Tokoh  

Rektor UIJ, Kader NU yang Berangkat dari Bawah

Media Jatim

MediaJatim.com, Jember- Tidak banyak kader NU yang berangkat dari bawah hingga mencapai posisi puncak di lembaga atau Banom NU. Sebab untuk berkhidmah di lembaga NU selevel ranting, setidaknya membutuhkan kesabaran yang berlipat, karena nahdliyin di akar rumput memiliki latar belakang pendidikan yang heterogen sehingga mempengaruhi karakter dan gaya komunikasinya, dan cenderung ego centris.

Karena itu, bisa dimafhumi jika agak susah ditemui kader NU yang mampu berkiprah di Ranting NU, kemudian bergerak secara hirarkis hingga mencapai puncak.

Namun hal itu tidak berlaku bagi H Abdul Hadi. Pria kelahiran Jember tanggal 22 Agustus 1965 itu memang dikenal sebagai kader NU dengan kadar 24 karat. Ia memulai berkhidmah di NU sebagai pengurus Ranting NU Desa Seputih, Kecamatan Mayang, Kabupaten Jember. Menjejakkan kaki di NU bagi H Hadi bukan sesuatu yang baru, karena keluarga besarnya memang berdarah NU.

Setelah berkiprah di Ranting NU, H Hadi melanjutkan pengabdiannya di level MWCNU Mayang sebagai wakil ketua. Bahkan saat itu ia juga merangkap sebagai Ketua Pimpinan Anak Cabang (PAC) Ansor Mayang (1992).

Baca Juga:  Didukung NU, Ifan Yakin Bisa Cetak Sejarah di Jember

“Saya berkhidmah di NU tidak ada maksud lain, kecuali hanya ingin berkumpul dengan para ulama, dan ingin mendapat barokah dari para ulama, muassis NU,” ucapnya.

Setelah sekian tahun malang melintang di Ranting NU dan MWCNU, H Hadi akhirnya masuk di kepengurusan cabang (PCNU). Pada saat yang hampir bersamaan, H Hadi juga terpilih sebagai Rektor Universitas Islam Jember (UIJ), sebuah perguruan tinggai milik PCNU Jember.

“Bagi saya, di manapun berada, yang penting saya bermanfaat untuk umat, bermanfaat untuk NU dan sebagainya,” lanjut H Hadi.

Posisi puncak di UIJ yang ditempati H Hadi juga didahului dengan cerita panjang. Dia mengenal UIJ saat kuliah di lembaga tersebut. Karena tuntutan ekonomi, Hadi melaksanakan kuliah sambil menjadi tukang sapu di kampus tersebut. Meski honornya tidak seberapa tapi hitung-hitung bisa membantu bayar uang kuliah.

Jarum jam terus berputar, waktu terus berjalan. Nasib H Hadi terus merangkak naik, mulai dari menjadi Dekan FISIP UIJ, hingga akhirnya meraih posisi orang nomor satu di kampus tersebut. Meski demikian, tak ada yang berubah dari penampilan H Hadi. Ia tetap sederhana, bahkan dalam memnet-moment tertentu, ia tak segan-segan mengangkat kursi dan memasang spanduk sendiri jika ‘pekerja’ sudah kelabakan.

Baca Juga:  Pimpin Upacara Haul Bung Karno ke-53, Walkot Blitar Minta Warga Rawat Kebinekaan dan Persatuan Bangsa

Bagi H Hadi, jabatan rektor yang digenggamnya biasa-biasa saja. Tidak terlalu istimewa, sehingga tidak harus merubah penampilan. Yang mambanggakan justru karena UIJ merupakan perguruan tinggi milik NU, organisasi yang selama ini menjadi kebanggaan H Hadi.

“Saya bangga karena dipercaya kiai untuk mengelola lembaga milik mereka. Kepercayaan kiai itulah yang membuat saya bangga,” jelasnya.

H Hadi laik berbangga, karena kepercayaan itu tidak diberikan gratis. Kepercayaan, dari siapapun, bukanlah hadiah, tapi reward bagi sesorang yang loyalitasnya tinggi dan integritasnya mumpuni. Dan sosok H Hadi telah menunjukkan itu untuk NU. Semoga.

Reporter: Aryudi A Razaq

Redaktur: A6