MediaJatim.com, Pamekasan – Senin kemarin (18/11/2019), Kader Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) IAIN Madura melakukan aksi menuntut salah satu dosen IAIN Madura, Eko Ariwidodo untuk dipecat akibat dinilai sudah melakukan pelecehan terhadap organisasi mahasiswa, PMII.
Eko Ariwidodo, Jumat (15/11/2019), melakukan penurunan banner penerimaan anggota baru Rayon Fakultas Syariah PMII IAIN Madura. Bukan hanya itu saja, Dosen Eko menyobek dan membuang banner tersebut ke tempat sampah.
Tindakan yang dianggap tidak selayaknya dilakukan oleh seorang pendidik itu mengundang reaksi dari kader PMII di IAIN Madura, puncaknya pada hari Senin kemarin (18/11/2019), mereka melakukan aksi menuntut dosen Alumnus UGM itu segera dipecat dari IAIN Madura.
Namun setelah aksi tersebut beredar dukungan terhadap dosen Filsafat itu. Dalam dukungan yang beredar di media sosial itu menilai aksi itu tidak selayaknya dilakukan oleh seorang murid terhadap gurunya. Selain dukungan itu, juga beredar foto massa aksi yang dianggap sangat tidak patut dilakukan.
Terlihat dalam foto itu, ratusan massa aksi mengepung dosen Eko yang sedang menemui massa aksi dan melakukan klarifikasi menjelaskan latarbelakang tindakan yang telah dilakukannya. Hingga muncul hastag #KamiBersamaPakEko dan #SaveAdabKampus.
Selain itu juga muncul cuitan “Sekhilaf apapun seorang guru, ia telah berjasa menaikkan kita dari bumi ke langit”. Bahkan ada netizen yang menyuruh kader yang mengikuti aksi untuk belajar lagi adab seorang murid terhadap gurunya.
Menanggapi hal tersebut, salah satu inisiator Aksi Kader PMII IAIN Madura, Misbahul Munir melakukan klarifikasi terhadap foto yang dianggap tidak beretika dan beredar di media sosial.
“Foto salah satu peserta yang melakukan aksi itu, dalam kajian fotografer memang pengambilan foto itu sangat mempengaruhi cerita yang ingin disampaikan dari foto tersebut. Jadi memang waktu itu, teman-teman ingin diskusi duduk. Hanya saja pada waktu pak Eko duduk lebih dulu, sedangkan teman-teman masih belum duduk semua termasuk warek 3 yang pakai baju putih juga masih belum duduk. Dan terkena foto dan itulah hasilnya,” cerita Misbahul Munir saat dihubungi Media Jatim, Selasa (19/11/2019).
“Jadi memang itu tidak ada unsur sengaja dan menghina. Itu hanya dari sudut pandang kamera dan pengaruh opini publik yang dibuat oleh orang-orang yang kontra terhadap aksi kemarin,” tambah pria yang biasa dipanggil Rahul itu.
Bahkan Rahul menjelaskan kekecewaan sahabat-sahabat PMII terhadap Dosen Eko. Ia juga mengatakan sumber hastag yang beredar di media sosial itu berasal dari orang-orang terdekat DosenEko dan mereka kontra terhadap aksi kemarin.
“Kita mengibaratkan PMII ini adalah ibu kita yang sudah mendidik, merawat dan membesarkan kita. Bagaimana perasaan saat ibu kita dilecehkan oleh orang lain, seperti itu lah yang kami rasakan. Terkait pro kontra, dan muncul hastag yang mendukung Pak Eko, itu mayoritas dari tatanan dosen yang dekat dengan pak Eko. Sehingga mampu mempengaruhi mahasiswa,” katanya
Ketua Rayon Mandilaras PMII IAIN Madura itu menegaskan, Dosen Eko sudah tiga kali memiliki permasalahan dengan PMII. Dosen Filsafat itu juga pernah bersitegang dengan kader PMII karena ingin menurunkan salah satu banner berisi ucapan selamat datang yang dibuat PMII IAIN Madura.
“Pak Eko itu sebenarnya bermasalah dengan PMII itu sudah ketiga kalinya. Sebelumnya pernah diskusi dan mau menurunkan ucapan selamat datang yang dipasang sahabat-sahabat PMII, hingga sampai diskusi ke rektor tapi tidak terjadi. Karena sudah ketiga kalinya, kami mengganggap tindakan itu sudah ada unsur sengaja dan mengandung kebencian terhadap PMII,” tegas mahasiswa yang berambut godrong tersebut.
Menurutnya, yang membuat dukungan pada Dosen Eko adalah orang yang tidak mengerti terhadap perasaan kader PMII keseluruhan yang berada di IAIN Madura.
“Bagaimana kalau organisasinya dilecehkan atau sampai dibuang ke tempat sampah?. Prinsip sahabat-sahabat PMII sekarang, dia harus mendapatkan balasan yang setimpal, sebagaimana dia menurunkan banner dan membuangnya ke sampah. Maka sahabat-sahabat PMII sepakat, dia juga harus diturunkan dan dibuang ke tempat sampah,” paparnya.
“Karena kalau bicara kemanusiaan dan hati nurani, Pak Eko saja sudah tidak mengedepankan kemanusiaan dan hati nurani. Dia dengan cara tidak elok tanpa diskusi, menyobek dan membuangnya banner PMII ke tempat sampah. Jika Pak Eko bisa setega itu, kami juga bisa lebih tega dalam mempermasalahkan persoalan ini,” tukas Rahul.
PMII memang tidak main-main dengan permasalahan ini, pihaknya sudah melaporkan ke Kepolisian Resort (Polres) Kabupaten Pamekasan, Selasa (19/11/2019).
Reporter: Zul
Redaktur: Sulaiman