MediaJatim.com, Sampang – Dalam rangka melatih kepekaan mahasiswanya terhadap lingkungan sekitar dan menyuarakan melalui tulisan , Institut Agama Islam (IAI) Nazhatut Thullab, Sampang mengadakan pelatihan jurnalistik, Senin-Rabu (16-18/3/2020).
Dalam pelatihan yang berlangsung tiga tersebut, pihak penyelenggara mendatangkan empat pegiat pers mahasiswa. Tiga pemateri bernama Wahyu Agung Prasetyo, Asrur Rodzi dan Drei herba Ta’abudi dari Unit Aktivitas Pers Mahasiswa (UAPM) Inovasi Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim, Malang. Sedangkan satu pemateri atas nama Gafur Abdullah dari Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) Activita Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Madura.
Materi yang disajikan dalam pelatihan ini meliputi; paradigma kritis, straight news, depth news dan esai. Setiap selesai materi, peserta diberikan tugas untuk praktik dan dievaluasi oleh setiap pendamping.
Mahbub Junaidi, Ketua Pelaksana mengatakan, pelatihan jurnalistik tersebut sebagai langkah awal untuk menumbuhkan semangat mahasiswa IAI NATA dalam bidang jurnalistik. “Acara ini untuk langkah awal dalam memberikan fasilitas berupa kegiatan pelatihan jurnalistik,” terangnya saat memberikan laporan kegiatan pada penutupan, Rabu (18/3/2020).
Mahbub, sapaan akrabnya berharap, peserta yang ikut kegiatan itu bisa mengimplementasikan ilmu jurnalistiknya.
Peserta tidak hanya dari internal IAI NATA, ada juga dari kalangan siswa MA Nuruddholam, Kedungdung, Sampang dan sejumlah mahasiswa dari Sekolah Tinggi Keguruan Ilmu Pendidikan (STKIP) Sampang.
Musrifa, selaku Presiden Mahasiswa di kampus tersebut berharap, peserta mampu menulis berita dan menjadi jurnalis. “Harapan kami kepada kalain, semua menulis dan jadi jurnalis di Sampang. Mungkin dengan salah satu cara ini, kita dapat berkontribusi kepada masyarakat,” ujar Musrifa, Rabu (18/3/2020).
Asrur Rodzi, salah satu pemateri menyarankan, menjadi aktifis pers mana itu harus nulis, bukan hanya berbicara secara teoritis. Menurutnya, dengan sering membaca tersebut, akan kaya kosakata dan tentunya data. “Jadi aktifis pers mahasiswa, baik label LPM, UAPM dan lainnya, harus banyak baca. Itulah kunci menulis. Lebih-lebih jika mau menulis berita, harus tahu banyak hal. Regulasi, data dan fakta-fakta yang ada di lapangan,” kata pria yang akrab disapa Asrur itu.
Untuk memahami perjuangan dan perlawanan pemangku kebijakan yang otoriter dan penindasan terhadap rakyat misalnya, lanjut Asrur, harus banyak baca buku sejarah perjuangan. Bisa juga diperkuat dengan buku-buku yang mengandung paradigma kritis.
Wakil Rektor 3 IAI NATA, Kholil Asy’ari mengatakan, pelatihan ini dirancang secara serius untuk pembentukan LPM di IAI NATA. “Kegiatan ini sengaja dirancang dengan serius untuk membentuk LPM di kampus kita ini,” jelasnya, Rabu (18/3/2020).
Selain itu, lanjutnya, peserta juga bisa yang dari desa bisa mengawal desa secara keseluruhan. Sehingga dapat berkontribusi untuk kemajuan desa masing-masing.
Diklat atau pelatihan jurnalistik ini, tegasnya, tidak harus melahirkan jurnalis, tapi juga bisa melahirkan kaum muda yang peka sosial.
“Peserta bisa belajar dari tulisan pemateri, di media yang ada. Seperti Wahyu yang liputannya beberapa bulan lalu dinobatkan sebagai liputan terbaik versi AJI Pusat,” pungkasnya.
Reporter: Gafur
Redaktur: Sulaiman