MediaJatim.com, Jember – Politik keumatan yang diterapkan NU selama ini sudah cukup pas untuk menjalankan fungsi dakwahnya. Jargon NU tidak kemana-mana tapi ada di mana-mana, sangat cocok untuk bekal NU dalam menjalankan misi dakwahnya di berbagai jalur dan bidang. Dengan begitu, kepentingan dakwah NU bisa ‘dititipkan’ di mana-mana di semua lini kehidupan.
“Dan itulah yang diterapkan oleh para ulama dan sesepuh NU sejak awal,” ucap tokoh NU Jember, H Zeinul Hasan di kediamannya, Jember, Rabu (15/7/2020).
Gus Zen, sapaan akrabnya, mengibaratkan NU sebagai garam dalam masakan. Apapun menu masakannya, katanya, garam selalu hadir untuk melengkapi rasa. Garam tak perlu banyak, tapi sedikit saja sudah bisa mewarnai rasa. Tanpa garam, masakan dijamin hambar.
“NU kira-kira seperti itu seharusnya. Harus selalu hadir dalam setiap momentum untuk mewarnai,” terangnya.
Alumnus Pondok Pesantren Nuris, Antirogo, Kecamatan Subersari, Jember itu menambahkan, untuk memberi rasa, garam tidak perlu teriak-teriak, apalagi ribut dengan rempah dan pemberi rasa yang lain, namun cukup melarutkan diri dalam masakan. Meski begitu, hasilnya cukup dirasakan.
“Filosofi garam, mungkin bagus ditiru oleh kader-kader NU dalam berkhidmah,” pungkasnya.
Kendati demikian, dalam politik kekuasaan, NU perlu bersatu dan kompak agar kekuatan ‘garam’ bisa lebih terasa dan lebih luas jangkaun manfaatnya, walaupun karakter garam yang slow perlu dipertahankan.
“Ya mau tidak mau, jika NU ingin perannya lebih besar, ya kekuasaan harus direbut, dan itu butuh kebersamaan,” pungkasnya.
Reporter: Nurwahyudi
Redaktur: A6