MediaJatim.com, Jember – Hari ini, Senin (10/8/2020), adalah ulang tahun (Ultah) ke-38 bagi Dekan Fakultas Tarbiyah Universitas Islam Jember (UIJ), Jasuli. Sebuah usia yang sebenarnya masih tergolong muda meski hampir memasuki usia kepala empat. Bagi pria kelahiran Desa Sukorejo, Kecamatan Sukowono, Jember ini, pertambahan usia berapapun tidak ada artinya jika tidak mendorong perbaikan dalam perilaku yang bersangkutan.
Menurut Jasuli, usia hanyalah sebuah angka-angka, bukan menjadi tolak ukur utama dari pola pikir dan kedewasaan manusia. Di banyak momen, pertambahan usia kerap kali tak bemakna apa-apa kecuali sekadar tiup lilin belaka.
“Saya bersyukur dengan pertambahan umur ini. Tapi ini tidak akan berarti apa-apa jika tidak membawa perubahan apapun bagi diri saya dan masyarakat,” ujarnya di Kampus 1 UIJ, Jalan Kiai Mojo Nomor 101 Jember, Jawa Timur, Senin (10/8/2020).
Jasuli mengungkapkan, masih terlalu banyak tugas dan keinginannya yang belum dieksekusi baik sebagai dekan maupun kader Ansor. Bahkan ia mengaku punya hutang dengan umur yang terus bertambah, sementara keinginan dan cita-cita belum terjawab semua. Dikatakan, sebagai alumnus sekaligus Dekan Fakultas Tarbiyah UIJ, Jasuli bertekad untuk memajukan fakultas tarbiyah hingga setara dengan fakultas serupa di kampus-kampus ternama tanah air.
“Tidak hanya fakultas, UIJ secara umum juga saya berharap dapat berkembang secara signifikan,” ucapnya.
Pria yang baru saja meraih gelar doktor di IAIN Jember itu menegaskan keyakinannya agar UIJ bisa berkembang dan menjadi universitas yang layak dibanggakan. Sebab, UIJ memiliki modal utama. Di antaranya adalah warga NU mayoritas di Jember dan SDM (sumber daya manusia) NU dengan kualifikasi akademik yang mumpuni, juga banyak.
“Dua faktor itu adalah modal utama, tinggal bagaimana kita mengelola dan memanfaatkannya sambil membangun koneksi dengan seluas mungkin,” jelasnya.
Sedangkan sebagai kader Ansor, Jasuli menegaskan keinginannya untuk bisa terus meningkatkan pengabdiannya lewat Banom NU tersebut. Baginya, Ansor telah banyak berjasa dalam menempa militansinya dalam membela dan memperjuangkan NU.
“Saya menjadi seperti sekarang ini, juga karena kontribusi militansi yang didapat dari Ansor,” pungkasnya.
Jasuli adalah sebuah potret sosok muda NU yang selalu haus untuk berkarya. Ia melihat betapa pentingnya berbuat sesuatu, memberikan manfaat bagi bangsa dan negara. Ia paham bahwa makna manusia ada dalam perbuatan, bukan dalam pertambahan umur sebagaimana yang diucapkan seorang penyair dan filsuf Amerika Serikat, Ralph Waldo Emerson bahwa: “Usia terus bertambah tanpa perlu anda usahakan. Tapi usia yang penuh makna harus anda usahakan dengan penuh perjuangan”.
Reporter: Aryudi A Razaq
Redaktur: A6