PERIODE II

Kisah UIJ yang Tak Terpisahkan dari NU Jember

Media Jatim

MEDIAJATIM.COM | Jember – Tanggal 14 September 2021, Universitas Islam Jember (UIJ) genap berusia 37 tahun. Keberadaan UIJ tak bisa dipisahkan dari NU Cabang Jember, karena memang UIJ adalah pengejawantahan dari keinginan para kiai, pengurus NU dan Nadliyin Kabupaten Jember untuk memiliki perguruan tinggi yang patut dibanggakan.

Berikut ini kisah pendirian dan perjalanan UIJ (bagian pertama)

Kendati bukan lembaga profit, namun Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Jember pernah memiliki tanah yang cukup prospektif. Tanah yang di atasnya dibangun kantor PCNU Jember tersebut, terletak di Jalan Wijaya Kusuma Nomor 01, Jemberlor, Kecamatan Patrang, Kabupaten Jember. Tanah itu terletak di jantung kota Jember, sangat strategis.

Di sekitar lokasi tersebut berdiri sejumlah bangunan penting dan punya nilai sejarah. Persis di seberang jalan kantor PCNU Jember itu, berdiri bangunan Pendopo Wahyawibawagraha. Agak ke timur laut sedikit, terdapat stasiun Kereta Api Jember. Sedangkan di sebelah kanan kantor PCNU Jember berdiri banguan masjid Jamik Al-Baitul Amin yang baru, yang di depannya (seberang jalan) terdapat alun-alun Jember.

Baca Juga:  HIMA KPI Gelar Pelatihan Public Speaking, Ini Harapan Rektor IAIN Madura

Konon, demikianlah penataan ala Walisongo: alun-alun sebagai pusat keramaian di posisi tengah. Di sebelah baratnya ada masjid, di sisi samping terdapat pendopo dan kantor bupati. Di sisi yang lain diperuntukkan bagi bangunan-bangunan penting pemerintah. Peta seperti ini terjadi di banyak daerah terutama di Jawa Timur.

“Kita lihat di banyak daerah seperti itu tata letak bangunan pemerintah. Ada alun-alun, masjid, pendopo, dan sebagainya,” ucap mantan Sekretaris PCNU Jember, Ustadz Fahrurrozi di kediamannya, Pesantren Riyadlul Qari’in, Ajung, Kabupaten Jember, Jumat (10/9/2021).

Menurutnya, hal tersebut menggambarkan bahwa pemerintahan dan keramaian tidak boleh lepas dari agama. Apalagi masjid jamik kabupaten selalu mengumandangkan azan setiap masuk shalat lima waktu. Azan tersebut tentu diharapkan dapat mengingatkan masyarakat dan pegawai pemeritah kabupaten untuk sejenak bisa bersujud kepada Allah agar selalu mendapat petunjuk dan perlindungan-Nya dalam menjalankan tugas keseharian.

Baca Juga:  Wow, Ada Tahsin di Universitas Dr. Soebandi Jember

NU Jember didirikan sejak awal tanpa punya aset apapun, termasuk tanah. Namun para kiai saat itu tentu menginginkan punya kantor sekaligus tanahnya. Tahun 1970-an, banyak warga yang menginginkan Kartu Tanda Anggota Nahdlatul Ulama (Kartanu). Orang yang mau membuat Kartanu memberikan kontribusi seikhlasnya kepada NU. Uang dari kontribusi hasil Kartanu itu ditambah dengan iuran pengurus dan kiai NU, kemudian dikumpulkan untuk dibelikan tanah tersebut.

“Di atas tanah itu lalu dibangun kantor NU, dan berdiri cukup lama, sampai akhirnya disepakati untuk dijual yang hasilnya (uangnya) sebagian dibelikan tanah di dekat MAN (Kantor PCNU Jember sekarang) dan sebagian lagi untuk pengembangan UIJ,” jelasnya. (bersambung)

Reporter: Aryudi AR/Jasuli

Redaktur: Zul