Tokoh  

Sukses Pimpin Perguruan Tinggi, Mantan Ketua Ansor Jember Raih MURI

Media Jatim

MEDIAJATIM.COM | Jember – Prof. Babun Suharto adalah sosok yang cukup fenomenal. Pasalnya, kisah perjalanan Babun di Universitas Islam Negeri Kiai Haji Achmad Siddiq (UIN KHAS) Jember, cukup mengesankan. Semula ia bukanlah siapa-siapa. Ia hanya tukang antar minuman di perguruan tinggi yang terletak di Jalan Mataram Nomor 1 Kelurahan Mangli Kecamatan Kaliwates Jember Jawa Timur itu. Namun siapa sangka di ujung perjalanan itu, Babun akhirnya mampu menjejakkan kakinya di puncak karir: menjadi Rektor UIN KHAS.

Namun tentu bukan hal gampang untuk mencapai prestasi itu. Babun tak pernah berpikir posisi, tapi terus memutar otak untuk memajukan lembaga yang dipimpinnya agar sejajar dengan perguruan tinggi umum negeri. Salah satu indikator penting kemajuan perguruan tinggi adalah peningkatan status.

“Peningkatan status, penting. Dan saya yakin, lembaga yang saya pimpin bisa beralih status, menjadi UIN,” tutur Babun di rung kerjanya, Selasa (26/10/2021).

Babun adalah pejabat yang cukup komplit merasakan posisi pimpinan UIN KHAS Jember. Ia pernah menduduki kursi Direktur Pascasarjana saat UIN KHAS masih bernama Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN). Tak berapa lama kemudian, ia terpilih menjadi Ketua STAIN (Juli 2012).

Mendapat amanah memimpin STAIN, Babun langsung tancap gas. Cita-citanya satu: meningkatkan status STAIN menjadi IAIN Jember. Ia membentuk tim taskforc untuk menggodok dan memenuhi persyaratan yang diperlukan guna pengajuan perubahan status STAIN Jember. Dan akhirnya, tahun 2014 STAIN Jember beralih status menjadi IAIN Jember. Perubahan tersebut terjadi hanya sekitr dua tahun sejak Babun dipercaya menahkodai STAIN. Seiring dengan perubahan status itu, Babun dilantik menjadi rektor.

“Saya bersyukur, dan sivitas akademika IAIN Jember juga bersyukur atas perubahan status itu,” tambahnya.

Baca Juga:  Mengelola UIJ dengan Leadership yang Mumpuni

Namun bukan Babun namanya jika cepat puas dengan keadaan. Iapun membidik target yang lebih bergengsi: merubah IAIN menjadi UIN. Kendati tidak gampang, tapi bukan hal yang tidak mungkin. Sebab, ada banyak persyaratan fisik maupun administrasi yang wajib dipenuhi. Misalnya jumlah mahasiswa, luas lahan hingga pembukaan fakultas dan prodi berbasis ilmu umum.

Babun pantang menyerah. Di tengah kesibukannya sebagai Ketua Forum Perguruan Tinggi Islam Negeri (PTKIN), ia terus berusaha menggolkan keinginannya itu. Ia tidak hanya berupaya memenuhi syarat formal perubahan status, tapi juga mohon doa dan restu dari para kiai berpengaruh di Jember dan daerah tapal kuda.

Pelan tapi pasti. Segala upaya dilakukan, doa pun dipanjatkan, dan restu mayarakat juga dihadirkan. Akhirnya usaha tak kenal lelah itu membuahkan hasil: IAIN Jember menjadi UIN KHAS Jember (Mei 2021).

“Ini merupakan kado besar yang telah ditunggu-tunggu oleh seluruh sivitas akademika dan masyarakat,” tambahnya.

Keberhasilan IAIN Jember bertransformasi menjadi UIN KHAS tak membuat Babun menepuk dada. Ia mengakui bahwa capaian tersebut bukan semata-mata hasil usaha dirinya, tapi juga berkat kerja keras segenap karyawan dan sivitas UIN KHAS. Semuanya berkeringat dan mempunyai kontribusi mengantarkan perubahan status lembaga tersebut.

“Tanpa kerja keras dan kejasama semuanya, mustahil kita bisa menjadi UIN KHAS,” terangnya.

Terlepas dari itu, kegigihan Babun dalam meningkatkan status lembaga yang dipimpinnya, layak diacungi jempol. Ia adalah sosok pekerja keras. Dia mengakui keberhasilannya dalam memimpian UIN KHAS tak lepas dari gemblengan yang didapat di Ansor.

“Ansor telah memberikan saya banyak pelajaran terutama tentang kepemipinan, dan itu menjadi bekal saya dalam meniti karir,” jelasnya.

Baca Juga:  Tiga Kelebihan Kiai Kholilurrahman Perspektif Cak Imin

Babun identik dengan Ansor. Ia pernah menjadi Ketua PC Gerakan Pemuda (GP) Ansor Jember dan Wakil Ketua PW GP Ansor Jatim. Meski sudah lama tak lagi menjadi orang nomor satu di lingkungan Ansor Jember, namun Babun tetap tak jauh-jauh dari Ansor dan tak bisa dipisahkan dari organiasi para militer NU itu. Saat ini ia menjadi Penasehat PW GP Ansor Jatim sekaligus A’wan PWNU Jatim.

Di tengah kesibukannya sebagai guru besar dan Rektor UIN KHAS Jember, ia masih meluangkan waktu untuk membina anggota Ansor.

“Ansor telah banyak memberikan bekal kepada saya. Gus Ipul (Saifullah Yusuf, matan Ketua Umum PP Ansor), juga banyak menginspirasi kepeimimpinan saya,” ungkapnya.

Prestasi yang dicapai Babun, rupaya tak lepas dari radar Museum Rekor Dunia Indonesia (MURI). Karena itu, bertepatan dengan Hari Santri 22 Oktober 2021, Babun mendapatkan Rekor MURI. Ia dinilai sukses luar biasa. Selama menjadi pimpinan, ia dua kali berhasil menaikkan status lembaga yang dipimpinnya. Yakni dari STAIN menjadi IAIN, dan dari IAIN menjadi UIN.

“Alhamdulillah kami berkesempatan hadir ke Kampus UIN KHAS Jember, untuk mencatat prestasi spektakuler, yakni Prof Babun Suharto sebagai pimpinan perguruan tinggi yang berhasil menaikkan dua kali status lembaganya,” ucap Representatif MURI, Sri Widayati di Kampus UIN KHAS Jember, Jumat (22/10/2021).

Menurut dia, tidak banyak pimpinan perguruan tinggi yang memiliki keberhasilan seperti Babun. Karena itu, MURI secara resmi mencatat capaian tersebut sebagai Rekor MURI ke-10076.

“Semoga ini bisa menginspirasi semuanya, terutama para santri, para pemuda, dan para mahasiswa,” pungkasnya.

Reporter: Aryudi AR

Redaktur: Zul