7_20240630_204808_0001
Display Hari Bhayangkara'24_20240701_101916_0000
Opini  

Antusiasme Warga Pematang Wangi, Bandar Lampung, Menyambut Pembangunan Padepokan Pencak Silat

Media Jatim

Oleh: Untung Wahyudi*

Salinan dari Display MJ_20240629_182830_0000
3_20240630_150012_0001
8_20240630_204808_0002
4_20240630_150012_0002
5_20240630_150012_0003
Display Hari Bhayangkara'24_20240701_134128_0000

Pencak silat adalah seni bela diri yang tidak asing di kalangan masyarakat. Hampir semua orang mengenal istilah pencak silat. Pencak silat berasal dari Indonesia yang ditetapkan UNESCO sebagai warisan budaya tak benda.

9_20240630_225018_0000
6_20240630_204808_0000
Display Hari Bhayangkara'24_20240630_230750_0000
10_20240630_225018_0001
11_20240630_225018_0002

Sebagaimana dilansir detik.com (08/6/2021), penetapan tersebut dilakukan pada sidang ke-14 Intergovermental Committee for the Safeguarding of the Intangable Cultural Heritage, yang berlangsung di Bogota, Kolombia, 9-14 Desember 2019.

Sebagai warga Negara Indonesia kita patut bangga karena pencak silat diakui dunia. Sudah selayaknya seni bela diri ini dilestarikan agar tidak punah dan bisa diwariskan pada anak cucu.
Dilansir dari situs kemdikbud.go.id, pencak silat merupakan seni bela diri tradisional yang menjadi budaya Indonesia. Budaya yang dimaksud adalah karakter kebudayaan khas Timur yakni etika. Karena itu, etika dalam pencak silat sangat diutamakan. Mulai dari tunduk peraturan saat berlatih, sebelum bertanding, hingga setelah bertanding. Ketundukan itu akan terlihat pada kemantapan gerakan dan juga etika kepada lawan bertanding dan wasit.

Sementara itu, dalam laman wikipedia.org dijelaskan, pencak silat adalah olah raga bela diri yang memerlukan banyak konsentrasi. Ada pengaruh budaya Tionghoa, agama Hindu, Buddha, dan Islam dalam pencak silat. Setiap daerah di Indonesia mempunyai aliran pencak silat yang khas. Misal, daerah Jawa Barat terkenal dengan aliran Cimande dan Cikalong, di Jawa Tengah ada aliran Merpati Putih dan di Jawa Timur ada aliran PSHT dan Perisai Diri.

Baca Juga:  Bisnis Online Shop di Kalangan Mahasiswa

Bandar Lampung adalah salah satu kota yang juga memiliki kelompok pencak silat yang aktif. Keaktifan tersebut membuat mereka sering diundang di berbagai acara untuk mempersembahkan budaya pencak silat. Hal ini juga dalam rangka mengenalkan seni bela diri ke khalayak.

Karena minimnya tempat berlatih, khususnya di daerah Kelurahan Pematang Wangi, anggota pencak silat harus berpindah-pindah tempat untuk berlatih. Secara bergantian mereka berlatih dari rumah ke rumah para anggotanya. Hal ini tentu sangat menyulitkan. Tetapi, semangat mereka berlatih membuat kegiatan pencak silat tetap terlaksana di antara minimnya fasilitas.
Semangat dan antusiasme para anggota pencak silat yang selalu aktif dalam berbagai kegiatan membuat warga Kelurahan Pematang Wangi, Kecamatan Tanjung Jenang, Kota Bandar Lampung, membangun padepokan sebagai pusat latihan para anggota.

Pembangunan padepokan tersebut didukung oleh tim E-Troopers dari Yayasan Erick Thohir. Warga Pematang Wangi begitu antusias dengan pembangunan padepokan pencak silat di daerahnya. Mereka menyambut niat baik tim E-Troopers sehingga rela membangun padepokan dengan semangat kebersamaan dan gotong royong.

Baca Juga:  Silau dengan Prestasi Kakak, Kini Linda Jadi Pesilat yang Rajin Juara

Pembangunan padepokan pencak silat sesuai dengan program Yayasan Erick Thohir yang membangun ratusan fasilitas umum sebagai pemulihan sosial (social healing) pascapandemi Covid-19. Dibangunnya fasilitas-fasilitas umum tersebut diharapkan bisa membantu masyarakat untuk saling mendukung dan bersatu dalam tiap kegiatan kemasyarakatan yang sejak pandemi dibatasi.

Melestarikan Pencak Silat

Padepokan lebih dikenal sebagai tempat belajar dan penggemblengan atau tempat tinggal para pendekar dalam dunia persilatan. Pada mulanya, kata padepokan adalah tempat tinggal para pujangga dalam masyarakat Jawa.

Karena itu, keberadaan padepokan pencak silat di Kelurahan Pematang Wangi bisa bermanfaat sebagai tempat belajar dan berlatih. Para anggota yang aktif bisa lebih serius berlatih sehingga, kelak bisa berpartisipasi ketika ada perlombaan di tingkat Kecamatan, Kabupaten, hingga Provinsi.

Sampai saat ini, pencak silat masih terus dilestarikan. Di beberapa sekolah biasanya ada kegiatan ekstrakurikuler cabang seni bela diri pencak silat. Hal ini untuk mengenalkan sekaligus melestarikan pencak silat di kalangan siswa atau pelajar.

Lewat seni bela diri pencak silat, para siswa bisa berprestasi dan mengharumkan nama sekolah, sanggar, atau padepokan dengan mengikuti kompetisi tingkat Nasional dan Internasional seperti Olimpiade Olahraga Siswa Nasional (O2SN) hingga Pekan Olahraga Nasional (PON).

*) Untung Wahyudi, lulusan UIN Sunan Ampel, Surabaya.