Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) baru saja meluncurkan program Merdeka Belajar episode Kelima Belas yakni Kurikulum Merdeka dan Platform Merdeka Mengajar. Program ini resmi diluncurkan dan disambut baik oleh para pemangku pendidikan, guru, kepala sekolah, dan satuan-satuan pendidikan.
Bagi sebagian orang, Kurikulum Merdeka memang cukup asing. Banyak yang belum ngeh dengan kurikulum baru yang mengundang kontroversi ini. Karena itu, berbagai opini tentang kurikulum baru pun bermunculan. Banyak penulis dan media online yang memberitakan sekaligus merespons peluncuran kurikulum yang sebelumnya dikenal dengan Kurikulum Prototipe ini.
Sebagian guru di sejumlah sekolah mungkin masih nyaman dengan kurikulum yang saat ini diterapkan, yakni Kurikulum 2013. Maka, tak heran jika muncul pro dan kontra sehingga pihak berwenang, dalam hal ini Kemendikbudristek, perlu mensosialisasikan perihal kurikulum baru tersebut.
Dalam Siaran Pers Nomor: 59/sipers/A6/II/2022 Mendikbudristek Nadiem Makarim menjelaskan, Kurikulum Merdeka membebaskan siswa menentukan materi pelajaran yang sesuai dengan minat dan kemampuannya. Tidak ada materi pelajaran yang wajib untuk dipelajari dalam kurikulum ini. Siswa bebas menentukan materi apa yang sesuai dengan kemampuannya.
Dalam mengajar, guru pun bisa menggunakan berbagai perangkat ajar sesuai kebutuhan dan karakteristik peserta didik. Guru bisa berinovasi dan memperdalam metode mengajar yang sesuai dengan kebutuhan siswa.
Teman Guru dalam Mengajar
Dengan kecanggihan teknologi dan informasi, saat ini para pendidik bisa menambah kompetensi dan pengetahuan mengajar lewat berbagai cara. Selain mengikuti seminar dan pelatihan yang dilaksanakan secara offline, terutama sebelum pandemi Covid-19, saat ini siapa pun bisa menggali informasi seputar pengajaran lewat berbagai aplikasi atau channel YouTube yang bertaburan di internet.
Sepaket dengan Kurikulum Merdeka, untuk mengimplementasikan kurikulum baru, Kemendikbudristek menyediakan platform khusus para guru bernama Platform Merdeka Mengajar. Platform ini membantu guru dalam mendapatkan referensi, inspirasi, dan pemahaman untuk menerapkan Kurikulum Merdeka.
Dalam paparannya pada Jumat (11/2/2022), Mendikbudristek menjelaskan, platform Merdeka Mengajar menyediakan referensi bagi guru untuk mengembangkan praktik mengajar sesuai dengan Kurikulum Merdeka. Dengan begitu, guru tidak perlu bingung atau kagok menghadapi kurikulum baru. Dengan referensi yang tersedia di platform, guru bisa dengan bebas mengekspolarasi kemampuannya dalam mengajar.
Lewat platform ini, kesempatan terbuka luas bagi guru untuk terus belajar dan mengembangkan kompetensinya, kapan pun dan di mana pun. Kesempatan ini bisa dimanfaatkan dengan baik sehingga, guru bisa mengoptimalkan materi pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan siswa.
Platform Merdeka Mengajar juga mendorong guru untuk terus berkarya dan menyediakan wadah berbagi praktik. Guru yang memiliki karya atau keterampilan khusus, bisa berbagi dengan guru-guru lainnya sehingga tercipta sinergi yang baik antara pendidik satu dengan lainnya.
Tak ada kata berhenti untuk terus belajar dan mengembangkan diri. Guru juga bisa belajar dari kesuksesan rekan-rekan pendidik lainnya yang berbagi lewat platform Merdeka Mengajar. Lewat platform ini, guru juga bisa berbagi metode pembelajaran. Harapannya, Merdeka Mengajar menjadi suatu referensi bagi guru mengembangkan praktik mengajar.
Dari beberapa pemaparan yang dijelaskan Mendikbudristek dapat disimpulkan, Platform Merdeka Mengajar mempunyai tiga fungsi, yaitu membantu guru untuk mengajar, belajar, dan berkarya.
Karena itu, untuk mewujudkan transformasi pendidikan di Indonesia. Kemendikbudristek mengajak semua pihak untuk mendukung program ini. Kepada para guru dan kepala sekolah, Mendikburistek mengimbau agar dapat mempelajari pilihan-pilihan kurikulum dan informasi lebih mendalam tentang Kurikulum Merdeka dari Platform Merdeka Mengajar dan kurikulum.kemdikbud.go.id.
*) Untung Wahyudi, lulusan UIN Sunan Ampel, Surabaya.