Mengintip Bengkel Sapi Janda Rintisan LPPNU Pamekasan yang Beromzet Ratusan Juta

Media Jatim
Bengkel Sapi Janda
(M. Arif/Media Jatim) Ketua LPPNU Pamekasan KH. Ilzamuddin saat memberikan pakan konsentrat di Pesantren Al Fatih, Desa Klampar, Kecamatan Proppo, Selasa (29/11/2022).

Pamekasan — Lembaga Pengembangan Pertanian Nahdlatul Ulama (LPPNU) Pamekasan merintis Bengkel Sapi Janda di Pesantren Al Fatih, Desa Klampar, Kecamatan Proppo.

Banner Iklan Media Jatim

Hal yang mengejutkan, Bengkel Sapi Janda yang dirintis pada April 2021 lalu itu memiliki pendapatan ratusan juta rupiah dalam empat bulan.

Ketua LPPNU Pamekasan KH. Ilzamuddin menceritakan, cara kerja usaha ini ialah dengan membeli sapi yang kurus, kemudian diberikan pakan konsentrat dan jamu untuk penggemukan tanpa suntikan obat apa pun.

“Sesuai pengalaman kami selama dua tahun, sapi yang dipiara selama empat bulan, saya pastikan sudah gemuk sesuai harapan,” ungkapnya kepada mediajatim.com, Selasa (29/11/2022).

Pengasuh Pesantren Al Fatih itu memilih usaha Bengkel Sapi Janda karena dua faktor. Pertama, termasuk ke dalam sektor ketahanan pangan yang akan tetap eksis meskipun dilanda krisis.

Baca Juga:  Inilah Para Pihak yang Berperan Penting Mendorong Kemandirian Pesantren Melalui LPPNU Pamekasan

Kedua, memiliki asas manfaat yang berkesinambungan dengan sektor pertanian. “Kotoran sapinya bisa kita olah menjadi pupuk organik, termasuknya air kencingnya bisa dijadikan pupuk organik cair,” tambahnya.

Asas yang kedua ini, kata Kiai Ilzam, sangat menguntungkan pihaknya. Sebab, pupuk organik sudah tidak lagi disubsidi oleh pemerintah dan harganya tembus Rp150 ribu per 50 kilogram.

“Pupuk organik ini kemudian ditabur ke lahan pertanian jagung pesantren yang hasil panennya akan diberikan kepada santri, dan memang sudah lama makanan santri ini kami tanggung melalui sistem ini,” jelasnya.

Kiai yang juga pengusaha batik itu membeberkan, Bengkel Sapi Janda tersebut awalnya hanya memiara sapi yang dititipkan para santri.

Baca Juga:  Permudah Urus Paspor Haji dan Umrah, Syarat Lampiran Rekomendasi Kemenag Kini Dicabut

Kemudian dikelola dengan semaksimal mungkin sehingga bisa mandiri. “Kalau kandangnya kami yang menyiapkan,” sebutnya.

Dia mengatakan, pendapatan kotor usahanya ini mencapai Rp280 juta per empat bulan. Sedangkan hasil bersihnya mencapai Rp210 juta dalam periode yang sama.

Jumlah sapi yang dipiara Kiai Ilzam ini sebanyak 70 ekor, dan pendapatan bersihnya per satu ekor sapi sekitar Rp3 juta.

“Kelihatannya memelihara sapi penuh dengan kotoran. Di sini kami tunjukkan kalau memelihara sapi tanpa ada bau menyengat seperti biasanya, itu hasil dari pakan yang kami berikan, yang tidak menimbulkan bau,” pungkasnya.(rif/ky)