Melihat Pamekasan setelah RBT, Mengapa Belum Ada Figur Kuat Muncul (?)

Media Jatim
Ongky Arista UA
Ongky Arista UA

Baddrut Tamam purnatugas dari kursi Bupati Pamekasan pada 24 September 2023. Beberapa bulan sebelum dan sesudah dia purnatugas, belum ada figur calon yang begitu kuat dengan dukungan bulat muncul untuk maju di Pilkada Pamekasan 2024.

Ketidakmunculan figur ini bisa dijawab sederhana, yakni, karena Pilkada 2024 masih lama. Komunikasi bakal calon dan partai pemenang Pileg belum terjalin dan jauh panggang dari api.

Misalnya, nama Kiai Kholil, hanya lamat-lamat terdengar. Sebelumnya, dia dikabarkan akan terus berada di pesantren dan tidak akan aktif lagi di politik dan birokrasi.

Lalu, nama lain yang cukup ambisius eks Kakemenag Pamekasan Afandi juga hanya sayup-sayup terdengar. Selain karena tidak punya pengalaman di politik praktis karena berstatus ASN, dia tidak pernah terdengar memiliki kedekatan khusus dengan partai mana pun, termasuk PPP. Nama Afandi tenggelam dalam buku catatan partai pemenang.

Lalu, nama RB Fattah jasin. Brand image Fattah yang berpengalaman di birokrasi “jawatimuran” tampaknya tidak mendulang banyak dukungan dan simpati.

Track record-nya yang pernah maju di Pilkada Sumenep pada 2020 membuat dia dicap sebagai warga Sumenep. Lalu, migrasi politik dia ke Pamekasan kerap menuai cibiran.

Orang tidak percaya Fattah jasin berjiwa Pamekasan. Apalagi, saat didapuk jadi Wabup pengganti Raja’e, dia dikabarkan kerap ke Surabaya dan tidak membumi–meminjam kata-kata Redaktur Kabar Madura Khairul Umam–di Pamekasan.

Nama lain seperti Rudy Susanto, keponakan Mahfud MD yang bernama Firmansyah Ali, kemudian eks Sekda Totok Hartono, Abd. Rasyid Fansori, Ketua PCNU Kiai Taufik, Halili Yasin, dan baru-baru ini ada nama Acmadi serta Mohammad Sahur juga tidak terdengar begitu nyaring.

Termasuk, nama Achmad Baidowi–incumbent DPR RI Dapil Madura yang meraih suara besar namun gagal lolos ke senayan karena PPP tidak sampai pada ambang batas suara–juga tidak benar-benar nyaring terdengar. Segelintir orang tahu siapa Baidowi, tapi banyak orang belum tahu siapa Baidowi.

Nama-nama di atas, dan nama-nama lain yang tidak muncul begitu kuatnya, apakah karena semata-mata komunikasi partai belum terjalin dan Pilkada 2024 masih lama? Ya, saya kira, iya.

Tapi saya pikir tidak hanya itu saja. Ada hal lain yang saya pikir menjadi pemicu mengapa tidak ada nama yang bulat didukung sampai detik ini.

Pertama, Baddrut Tamam telah merombak total kekuatan patronasi di Kabupaten Pamekasan.

Masa dia memimpin, dia berpikir rasional. Dia “memutus” kekuatan tokoh tertentu di luar birokrasi yang ikut cawe-cawe dalam pemerintahan.

Patron ini rata-rata dipanggil kiai atau lora. Dulu, kabarnya, rekomendasi menjadi kepala dinas keluar dari tokoh ini. Birokrasi primordial ini perlahan diputus oleh RBT dan dia menamainya “Reformasi Birokrasi”.

Pemutusan ini tidak hanya membuat Baddrut tidak lagi mendapat empati dan dukungan moral dari pesantren. Lebih dari itu, Baddrut kemudian “dikucilkan” di wilayah patron ini karena dianggap tidak “patuh”.

Baca Juga:  Karaoke Esek-esek, Legitimasi Terselubung

Akibat ini, patron tidak lagi bersentuhan dengan wilayah pemerintahan. Cawe-cawe patron dihapus. Baddrut menjadi pejabat tunggal–utamanya setelah Wabup Raja’e wafat dalam masa dua tahun memimpin.

Tatanan simpul patron ini pun sedikit cerai-berai sebab lima tahun patron ini tidak lagi punya simpul kuasa “merekom”.

Sebab inilah kemudian, hari ini, komunikasi antarpatron tidak terlihat simpulnya. Patron menjadi kepingan-kepingan.

Ini akhirnya berimbas pada belum adanya dukungan bulat dari patron kepada salah seorang figur untuk maju ke Pilkada Pamekasan 2024.

Inilah yang menjadi PR bagi figur calon menurut saya pada Pilkada 2024, yakni, menyatukan puzzle patron untuk jadi karpet merah di Pilkada 2024.

Kedua, Baddrut telah membangun brand image daerah berpikir cepat. Program beasiswa santri, beasiswa kedokteran, wirausaha baru dan reformasi birokrasi, pamekasan call care, tidak bisa dianggap sepele.

Betapapun program ini bisa dianggap belum sempurna dan sangat belum sempurna, bahkan disinyalir banyak masalah, terobosan ini menjadi indikator cepatnya Baddrut Tamam berpikir (ideas) tentang program pemberdayaan.

Pikiran-pikiran penuh lompatan, out of the box, dan tidak populis ini telah menjadi brand image Baddrut Tamam.

Banner Iklan Media Jatim

Pikiran-pikiran cerdas dan cepat ini juga sesuai dengan kultur modern-milenial, dan Baddrut memimpin memakai jiwanya yang muda.

Jiwa muda ini berpatokan pada rasionalisasi dan efesiensi kerja. Apa yang menurut dia benar, harus dilaksanakan. Apa yang menurut dia menghambat dan memperlambat, maka akan dia putus.

RBT juga tidak banyak mengulur waktu untuk menemui LSM, pendemo dan forum audiensi. Bagi dia, itu cara dan model kontrol sosial yang klasik dan bagi dia, itu kurang penting. Dia hanya ingin mendengar apa gagasannya, apa idenya, dan solusi cepatnya bagaimana.

Betapapun intelektualitas RBT menjadi bupati ini akhirnya dia dinilai antikritik, namun brand image muda dan berpikir cepat telah melekat pada figur seorang bupati dalam lima tahun Pamekasan.

Figur muda yang begitu kuat, dari sisi umur dan pemikirannya, belum tampak terlihat ada pada sosok siapa hari ini.

Itulah saya pikir, yang juga menjadi penyebab belum adanya figur yang muncul begitu kuat karena figur muda masih referensial pada sosok RBT.

Orang mungkin tidak akan memilih RBT pada Pilkada 2024, dan masyarakat membenci sosok RBT, dan RBT mungkin tidak akan maju kembali pada Pilkada 2024, tapi brand image muda dan cerdas telah menjadi wajah Bupati Pamekasan mutakhir.

Dan, saya kira “muda” ini menjadi kode figur ke depan. Karena semakin ke depan, sistem pemerintahan semakin anak muda, gaya dan instrumennya. Apalagi, 45 anggota dewan terpilih tahun ini rata-rata adalah anak muda.

Semakin anak muda pola pemerintahannya, maka akan semakin penuh alat teknologi ke depan, termasuk akan semakin cepat pembaruan sistem digital layanan pemerintahan.

Baca Juga:  PPP-PDIP Resmi Usung Ra Bakir-Taufadi di Pilkada Pamekasan 2024

Orang “tua” yang maju di Pilkada 2024 harus kerja keras untuk lari melakukan penyesuaian.

Ketiga, terlepas RBT akan maju atau tidak, saya kira dia masih memenuhi syarat untuk dipilih menjadi pemimpin Pamekasan dari sisi kemampuan dan gayanya.

Orang-orang banyak mengakui terobosan RBT adalah bagus. Pada zaman dialah di Pamekasan ada tempat produksi sepatu di Kecamatan Pegantenan dan ada produksi sarung tenun di Palengaan. Termasuk songkok, sandal, dan seterusnya.

Termasuk ide–sekali lagi ini soal idenya–adanya program antar-jemput orang sakit dengan Mobil Sigap–terlepas masalah dugaan penyimpangan yang melilitnya.

Ide penuh terobosan ini membuat Baddrut tetap diterima di hati terdalam masyarakat. Walaupun di sisi lain, pola komunikasi yang dijalin Baddrut dengan stakeholders, janji-janji saat perbincangan dengan warga banyak tidak dia kabulkan.

Banyak rekan berkata, dia banyak berjanji secara tidak formal kepada warga namun tidak dia penuhi. Dia terlanjur berjanji dan menyakiti komitmen. Inilah yang memicu RBT dicintai di satu sisi dan dibenci di lebih banyak sisi.

Program Baddrut yang sebegitu bagusnya menjadi mentah dan sangat mentah. Ya, saya kira, akibat pola komunikasi yang menciptakan fenomena gunung es ini. Sebab, kita masih memegang prinsip, “Apa pun yang tidak baik akan menjadi baik bila komunikasinya terjalin baik”.

Dan, barangkali, banyak orang akan mengakui betapa kecewanya saat menjalin komitmen atau janji saat berkomunikasi dengan RBT.

Kagum pada RBT di satu sisi, namun kecewa kepada RBT di banyak sisi telah menposisikan figur RBT berada di ambang. Cocok namun ya tidak cocok. Tidak cocok ya namun ada cocoknya.

Posisi figur RBT yang berada di ambang ini memicu tidak lahirnya figur rival politik yang kuat pra hingga purnatugas RBT. Karena RBT di satu sisi dianggap layak, dan di satu sisi dianggap tidak layak.

Di sisi lain lagi, diakui atau tidak, belum ada figur apple to apple yang hari ini tampak bisa menandingi ide-ide dan brand image RBT saat memimpin Pamekasan dalam lima tahun terakhir.

Dan di sisi lain, juga harus diakui atau tidak, figur RBT juga telah menggoreskan kekecewaan ke sejumlah golongan, utamanya patron, yang kini perlahan diobati melalui soft komunikasi Pj Bupati Masrukin.

Bagi saya, ide yang telah ditorehkan RBT perlu dilestarikan oleh siapa pun ke depan yang hendak melaju ke kursi kepala daerah, rasionalisasi dan efesiensi kerja, muda dan intelektual, cepat dan out of the box.

Di akhir, saya hanya ingin menegaskan, bahwa yang saya bahas adalah ide, bukan RBT itu sendiri.(*)

_____
*Ketua Forum Wartawan Pamekasan